Menelaah Gerakan Ilmu dalam Gerakan Islam Berkemajuan
Oleh: Sutopo Ibnoris, PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta
Konsep Gerakan Islam Berkemajuan merupakan pondasi bagi bangunan pemikiran, organisasi, gerakan dan pelayanan bagi kemajuan masyarakat, umat, bangsa, kemanusian dan kehidupan dunia. Konsep dasar ini telah dan akan diimplementasikan oleh persyarikatan Muhammadiyah dalam sebuah gerakan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia dan menjadi pedoman dasar bagi gerakan berkemajuan. Karena dikembangkan atas dasar agama yang shahih, Islam berkemajuan sesungguhnya merupakan kebutuhan semua umat Islam untuk mencapai keunggulan.
Salah satu bagian dari perwujudan Islam berkemajuan adalah gerakan ilmu. Islam berkemajuan menempatkan ilmu, teknologi dan seni sebagai jalur serentak dari dialog atas wahyu dengan mengkontekstualisasikan realitas alami dan kehidupan manusia yang terus bergerak dalam memahami dan menghampiri kehendak Tuhan bagi kesejahteraan umat manusia. Islam berkemajuan meniscayakan gerakan ilmu yang berfungsi untuk memerangi kebodohan, kejumudan dan keterbelakangan. Gerakan itu diwujudkan dalam bentuk pengembangan lembaga-lembaga pendidikan, dari pra Sekolah sampai pendidikan tinggi, forum- forum pencerahan, pusat-pusat riset dan inovasi, dan pertemuan-pertemuan untuk mempercepat peningkatan capaian ilmiah. Pada tingkat individu, setiap mukmin harus senantiasa mempertinggi ilmunya dan pada tingkat lembaga, setiap kegiatannya harus mencerminkan misi keilmuan.
Cetak biru Tuhan terhadap umat Islam sebagai umat terbaik (khairu ummah) perlu mendapat perhatian yang serius. Gelar sebagai umat terbaik tidak bisa diterima begitu saja sebagai barang jadi yang sudah ada dalam perkembangan sejarah. Pembenaran predikat tersebut justru membutuhkan ikhtiar dan desain terencana untuk membumikannya. Umat terbaik yang diantaranya ditandai dengan budaya literasi harus dibuktikan dengan pendirian lembaga universitas-universitas oleh umat Islam. Universitas-universitas tersebut harus memiliki daya saing di tingkat nasional maupun internasional. Gerakan literasi juga ditandai dengan aktivitas riset dalam berbagai bidang keilmuan. Ini sebenarnya yang pernah dilakukan oleh para ulama klasik sehingga Islam mampu untuk menjadi obor keilmuan dunia. Namun jika dilihat secara jernih dan jujur situasi dan kondisi umat Islam pada kini, tentunya umat Islam harus melakukan evaluasi kritis terhadap jati dirinya. Islam berkemajuan dengan nilai-nilai yang terkait dengan hal tersebut belum membumi secara maksimal.
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan
Muhammadiyah hadir sebagai gerakan pendidikan yang telah mewarnai perjalanan pendidikan nasional. Berawal dari keprihatinan terhadap keterpurukan dan ketertinggalan bangsa dalam semua aspek kehidupan. KH. Ahmad Dahlan terpanggil untuk berkiprah membenahi kondisi yang sedang dihadapi dengan mengambil peran dalam sektor pendidikan. Bermula dari sebuah balai pendidikan yang sederhana, beliau memperkenalkan konsep modernitas. Seiring berjalannya waktu, lahirlah Muhammadiyah yang mengusung slogan berkemajuan. Konsentrasi beliau menggarap dunia pendidikan tidak lepas dari pemikirannya yang menilai bahwa kemajuan suatu bangsa berawal dari pendidikan.
Pendidikan harus integratif holistik bukan dikotomis parsial. Sebab, dalam dunia pendidikan pemisahan antara ilmu dan agama berakibat pada rendahnya mutu pendidikan dan kemunduran dunia Islam pada umumnya (Abdullah, 2003). Pendidikan yang memiliki konsekuensi sosial inilah yang menjadi sumber kesadaran Muhammadiyah untuk membangun sikap peduli terhadap lingkungan sosial. Sebab, sikap peduli terhadap lingkungan sosial merupakan misi risalah Islam. Yaitu berupa upaya memobilisasi orang untuk melakukan tindakan positif konstruktif, mencegah orang dari perbuatan negatif destruktif, menghalalkan yang baik, mengharamkan yang buruk, mengatasi himpitan hidup, dan melepaskan belenggu belenggu yang bisa menghancurkan manusia.
Hakikat pendidikan adalah keseimbangan wawasan dan perbuatan, ketersambungan teori dan kenyataan, kesesuaian konsep dan praktek. Pendidikan transformatif menjadikan ilmu bukan sebatas wacana di dunia maya. Namun, mengubah ilmu sebagai prestasi nyata yang membumi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perkembangannya konsep yang demikian lebih dikenal dengan istilah teologi transformatif. Artinya, syariat islam bukanlah semata ajaran ritual vertical antara manusia dengan Tuhan, namun lebih daripada itu Islam hadir sebagai problem solver bagi permasalahan masyarakat. Konsep inilah yang juga dikenal sebagai teologi amal yang menjadi karakteristik Ahmad Dahlan dan awal kelahiran Muhammadiyah.(Arofah & Jamu’in, 2015)
Ada empat perspektif atau pandangan berkaitan dengan fungsi pendidikan Muhammadiyah. Adapun empat fungsi tersebut antara lain: pertama, sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan; kedua, sebagai pelayanan masyarakat; ketiga, sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar; dan keempat, sebagai area kaderisasi (Nuryana, 2017). Fungsi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon terhadap keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan. Seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dalam bidang pendidikan harus melaksanakan pendidikan al Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai pondasi pendidikan. Kebijakan ini semakin mempertegas posisi Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan.
Penutup
Membangun “Gerakan ilmu dalam Muhammadiyah,” dan menjadikan “Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu” harus diperkokoh untuk dapat menghadapi tantangan zaman dan mempertinggi mutu kehidupan. Islam Berkemajuan menempatkan ilmu, teknologi dan juga seni sebagai jalan serentak dari dialog wahyu dengan kenyataan alami dan kehidupan manusia yang terus bergerak dalam memahami dan menghampiri kehendak Tuhan bagi kesejahteraan umat manusia secara universal.
Islam berkemajuan bukan Islam jenis baru vis a vis Islam yang lama. Islam berkemajuan merupakan Islam otentik yang terdapat di dalam Alquran dan as-Sunnah. Islam berkemajuan merawat cita-cita Islam sebagai agama yang mengandung spiritualitas sekaligus membebaskan, menempatkan manusia pada posisi yang sederajat, dan bergaul kepada siapa pun. Islam berkemajuan menghidupkan kembali semangat Islam yang sebenarnya. Islam berkemajuan adalah Islam yang komprehensif dan utuh. Dimensi-dimensinya tidak saja meliputi hal-hal yang bersifat vertikal ketuhanan, namun juga terkait dengan hal-hal yang bersifat horizontal kemanusiaan, kealaman dan kedirian.
Islam berkemajuan adalah Islam yang menjadi rahmat untuk semua, akomodatif terhadap berbagai budaya, terbuka dengan berbagai perubahan sejauh sejalan dengan Alquran dan as-Sunnah, bersifat non diskriminasi, toleran namun berprinsip, anti peperangan, anti eksploitasi, menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, responsif dan realistis dengan berbagai perkembangan masyarakat. Islam berkemajuan merupakan alternatif jika bukan pilihan utama untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dan mengimplementasikan Islam yang sesungguhnya.