Generasi yang Terlahir dengan Ketergantungan
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Penelitian terbaru mengungkapkan fakta yang sangat memprihatinkan: setiap 40 menit, seorang bayi lahir di Amerika Serikat dengan ketergantungan pada obat-obatan opiat. Bayangkan, bayi yang baru saja melihat dunia sudah harus berjuang melawan kecanduan yang menyiksa. Efek jangka panjang dari kondisi ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun biaya penanganan kecanduan yang harus ditanggung sungguh luar biasa. Bayi-bayi ini mengalami gejala seperti rewel berlebihan, kesulitan bernapas, dan bahkan tangisan mereka pun berbeda, menandakan penderitaan akibat sakau.
Dan ini baru masalah terkait opiat. Kita juga memiliki masalah sindrom alkohol janin yang sudah lama dikenal. Semua ini adalah konsekuensi dari gaya hidup modern yang seringkali mempromosikan individualisme dan hedonisme. Pesannya seolah-olah: "Lakukan apa pun yang membuatmu bahagia sekarang, pikirkan akibatnya nanti." Bahkan, seringkali akibat buruk tersebut tidak pernah dipertimbangkan.
Fakta-fakta ini menyoroti betapa pentingnya kita mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan kita, terutama dalam hal penggunaan zat-zat adiktif. Kita tidak hanya bertanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi juga generasi mendatang.
Masyarakat kita saat ini cenderung mengejar kesenangan sesaat dan melakukan apa pun untuk mencapainya. Kita telah berusaha mengatasi masalah ini melalui hukum dan regulasi, seperti melarang obat-obatan tertentu dan membatasi iklan alkohol serta tembakau. Namun, di sisi lain, tokoh-tokoh yang kita kagumi, seperti bintang Hollywood, justru seringkali mempromosikan gaya hidup yang mendorong penyalahgunaan zat-zat tersebut.
Kita menyaksikan kematian tragis para bintang muda seperti Whitney Houston dan Amy Winehouse, yang hidupnya berakhir akibat penyalahgunaan narkoba. Mereka adalah contoh nyata bagaimana gaya hidup yang merusak dapat berujung pada kehancuran. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu kembali kepada nilai-nilai spiritual dan agama. Kita harus memandang tubuh dan pikiran kita sebagai anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dirawat, bukan disalahgunakan. Al-Qur'an, misalnya, dengan jelas melarang alkohol karena dianggap dapat menutupi akal sehat dan menghalangi perkembangan intelektual manusia.
Kita membutuhkan kecerdasan dan akal sehat untuk menjalani hidup yang bermakna dan bermanfaat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjauhi segala sesuatu yang dapat merusak anugerah berharga ini. Meskipun narkoba tidak secara eksplisit disebutkan di zaman Nabi Muhammad, Islam memiliki pandangan yang jelas tentangnya. Para ulama menggunakan analogi dengan alkohol, yang dilarang karena mengaburkan akal, untuk menyimpulkan bahwa segala zat yang memiliki efek serupa juga harus dihindari.
Selain itu, Al-Qur`an juga memperingatkan tentang dampak negatif alkohol yang dapat memicu permusuhan dan kekerasan. Hal ini juga berlaku untuk narkoba, yang seringkali menyebabkan hilangnya kontrol diri dan mendorong perilaku kriminal. Seseorang yang tadinya memiliki moral dan nilai-nilai yang kuat bisa saja melakukan tindakan yang mereka sesali setelah mengonsumsi narkoba.
Yang lebih memprihatinkan lagi, penggunaan narkoba kini telah merambah ke kalangan ibu hamil, yang secara tidak sadar membahayakan bayi yang mereka kandung. Ini adalah bukti nyata betapa destruktifnya dampak narkoba, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi generasi mendatang. Islam mengajarkan kita untuk menjaga akal sehat dan menghindari segala sesuatu yang dapat merusaknya. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih sehat, harmonis, dan bermartabat.
Masalahnya bukan hanya tentang mengonsumsi narkoba, tetapi tentang terjebak dalam cengkeraman kecanduan yang tak terkendali. Kecanduan membuat narkoba menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi, bahkan jika harus mengorbankan segalanya, termasuk pekerjaan dan harga diri.
Berita dari Inggris tentang gadis-gadis muda yang terjerumus ke dalam prostitusi akibat kecanduan narkoba adalah contoh nyata betapa mengerikannya dampak kecanduan. Mereka diperdaya, diberi narkoba hingga kecanduan, dan kemudian dipaksa menjual diri untuk mendapatkan narkoba lagi.
Larangan alkohol dalam Al-Qur'an, (surah Al-Maidah: 90) bukan tanpa alasan. Tujuannya adalah agar kita bisa meraih kesuksesan sejati dalam hidup. Kesuksesan tidak hanya tentang materi atau kesenangan sesaat, tetapi juga tentang memiliki tujuan hidup yang jelas, dipandu oleh prinsip-prinsip moral dan kedekatan dengan Tuhan.
Bagi mereka yang sudah terjebak dalam kecanduan, jangan pernah menyerah. Carilah bantuan profesional, seperti program rehabilitasi dan konseling. Berdoalah kepada Tuhan dan kuatkan tekad untuk melawan kecanduan. Ingatlah, Tuhan selalu siap membantu mereka yang berusaha keras untuk kembali ke jalan yang benar.