Mengatasi Bias Sektarian dalam Menafsirikan Al-Qur`an (1)

Publish

20 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
300
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Donny Syofyan

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


Bagaimana caranya mengatasi bias sektarian dalam memahami Al-Qur`an? Ini pertanyaan yang bagus. Nabi Muhammad SAW hadir saat beliau mengajarkan para Sahabatnya dan kemudian wafat. Masyarakat Muslim lalu terpecah menjadi berbagai faksi dengan ide-ide yang berbeda. Pada masa Nabi Muhammad umat Islam bersatu karena ketika mereka memiliki pertanyaan, baik tentang teologi atau praktik, mereka bisa bertanya langsung kepada Nabi Muhammad.

Namun setelah beliau wafat, orang-orang memiliki pendapat berbeda dan membentuk kelompok-kelompok. Masing-masing memiliki berbagai pendapat, baik terkait dengan masalah teologi maupun praktik. Ketika orang menafsirkan Al-Qur`an, tentu saja mereka ingin mendukung sudut pandang mereka. Mereka akan mengutip ayat-ayat Al-Qur`an untuk mendukung pandangan mereka. Mereka tidak hanya mengutip ayat-ayat Al-Qur`an tetapi juga memberikan penafsiran mereka.

Sekarang, sebagai pedoman, ada baiknya kita memahami bahwa pelbagai sekte muncul pasca Nabi Muhammad SAW dan itu setelah Al-Qur`an sudah menjadi kitab yang lengkap. Al-Qur`an sudah utuh selama masa hidup Nabi Muhammad. Sejarawan agama yang melihat cara pengumpulan Al-Qur`an mencatat kemurnian teks-teks Al-Qur`an karena mereka memperhatikan, berbeda dengan hadis, hal-hal yang mendukung berbagai sudut pandang. Dalam kasus Al-Qur`an, tidak ada hal-hal baru dimasukkan untuk mendukung berbagai sudut pandang. 

Yang dilakukan oleh orang-orang dari berbagai faksi yang berbeda adalah mereka "menjinakkan" penafsiran. Mereka tidak bisa mengubah teks, tetapi mereka menerapkan interpretasi baru pada teks tersebut untuk mendukung berbagai pandangan mereka. Ketika faksi-faksi muncul, kita akan melihat dangkalnya beberapa upaya untuk membenarkan pandangan faksi tertentu hanya berdasarkan teks Al-Qur`an karena Al-Qur`an tidak mendukung teks itu.

Pedoman yang baik untuk diingat adalah jika sesuatu sudah final, maka tidak diperdebatkan. Dan saat sesuatu diperdebatkan, maka ia tidak akan pernah diselesaikan. Jika beberapa ide teologis diselesaikan oleh Al-Qur`an, maka orang tidak akan memperdebatkan masalah ini. Fakta bahwa umat Islam banyak berdebat tentang teologi, tentang bagaimana tepatnya menjalankan ritual-ritual tertentu dalam Islam. Jika itu sudah ditetapkan dengan jelas di dalam Al-Qur`an, maka umat tidak akan berbeda pendapat tentang hal itu karena mereka setuju, "Ini adalah Kitab Allah. Ini yang dikatakannya, jadi itulah yang kami yakini, dan itulah cara kami beribadah."

Persoalannya bahwa ada hal-hal yang samar-samar dalam Al-Qur`an dan umat berupaya melahirkan tafsir tentang hal-hal itu. Berbagai praktik muncul dan masing-masing mengutip ayat yang sama atau berbeda dari Al-Qur`an untuk mendukung posisi mereka. Mereka bersikeras bahwa tafsir merekalah yang dimaksudkan ayat-ayat yang mereka perselisihkan.

Tetapi kita perlu membedakan antara apa yang sebenarnya dikatakan ayat dan apa yang sebenarnya penafsiran orang tentang ayat tersebut. Tentu saja, masing-masing pihak akan mengatakan bahwa pihak lainlah yang salah tafsir atas Al-Qur`an untuk mendukung posisi mereka. Kita bisa melihatnya dalam literatur mereka, berbagai pihak, berbagai faksi, menarik perhatian pada bagaimana pihak lain telah menyalahgunakan Al-Qur`an.

Satu hal yang sangat umum ditemukan adalah pandangan kelompok Sunni bahwa Syiah mencoba mendukung kepercayaan pada keluarga Nabi Muhammad SAW dengan merujuk pada ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur`an. Sebagai contoh, Allah berfirman dalam surah Ar-Rahman, “Dia membiarkan dua laut (tawar dan asin) bertemu. Di antara keduanya ada pembatas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)? Dari keduanya keluar mutiara dan marjan” (QS 55: 19-22). Ayat-ayat di atas menegaskan ada dua lautan dengan kandungan berbeda tapi bersatu. Dari kedua lautan tersebut muncul mutiara dan permata. Sebetulnya ini bahasa Arab yang sederhana dan jelas.

Namun, ada pihak-pihak tertentu yang ingin menemukan penyebutan Ali bin Abi Thalib (menantu dan sepupu Nabi) dan Fathimah (putri Nabi SAW) yang menjadi istri Ali. Kita tahu bahwa mereka memiliki anak, Hasan dan Husain. Bagaimana kita bisa menemukan nama Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain dalam Al-Qur`an? Tidak bisa. Hal yang bisa dilakukan adalah menemukannya dalam tafsir ayat ini

Menurut tafsir Syiah, dua lautan itu adalah Ali dan Fathimah. Mereka bersatu, dan dari mereka berdua lahirlah Hasan dan Husain, putra-putra mereka. Nama-nama tersebut tidak ada dalam teks Al-Qur`an itu sendiri. Teks Al-Quran sudah ditetapkan. Tidak ada yang bisa dihilangkan dan ditambah-tambah, tetapi yang orang lakukan adalah menghasilkan tafsir yang memiliki arti persis seperti yang dikatakan Al-Qur`an.

Namun dalam sejarah Islam, tidak hanya Syiah yang melakukan tafsir demikian ini. Dalam sejarah Islam, ada kelompok yang dikenal dengan Mu'tazilah. Mereka rasionalis, cenderung menafsirkan sesuatu secara rasional. Al-Imam Al-Zamakhshari adalah seorang mufassir Al-Quran yang luar biasa. Dia sangat tertarik pada tata bahasa Arab. Tafsirnya tentang Al-Quran, yang bernama Tafsir Al-Kasysyaf, dipelajari secara luas di akademisi Sunni hingga hari ini.

Mahasiswa yang belajar tafsir mengakui bahwa Tafsir Al-Kasysyaf sangat membantu dalam memperkuat penggunaan dan memahami tata bahasa Arab. Namun tafsir ini sering dikritik oleh kaum Sunni karena mendukung ide-ide Mu'tazilah. Hal ini juga diungkapkan Andrew Lane lewat disertasinya yang kini telah dibukukan Al-Kashshaf: Al-Zamakhshari's Mu'tazilite Exegesis of the Qur'an, bahwa al-Zamakhshari mendukung paham Mu'tazilah.

Namun demikian tidak sedikit yang menganggap kritik semacam itu terhadap tafsir al-Zamakhshari sangat dangkal. Faktanya, ada ide-ide tertentu dalam aliran Mu'tazilah nyaris tidak dapat ditemukan dalam tafsir Zamakhshari. Sebaliknya tidak sedikut pula pendekatan kaum Sunni atau orang-orang Sunni yang rasional. (Bersambung)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Tantangan Dakwah Muhammadiyah Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/LPPA PWA Kal....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Wawasan

Oleh: Nabhan Mudrik Alyaum Muhammadiyah dikenal dengan gerakan pendidikan. Tercatat Muhammadiyah me....

Suara Muhammadiyah

3 June 2024

Wawasan

Genosida, Sebuah Kajian Sosial  Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak, LPPA PWA ....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Oleh: Mohammad Fakhrudin Warga Muhammadiyah, tinggal di Magelang Kota Oleh: Iyus Herdiyana Saputra....

Suara Muhammadiyah

11 January 2024

Wawasan

Kurikulum Holistik: Pendidikan Masa Depan Berkelanjutan Rizal Arizaldy Ramly, Mahasiswa Univer....

Suara Muhammadiyah

13 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah