Tokoh Pergerakan Nasional: Usia Belia Berjuang Untuk Indonesia

Publish

22 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
254
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Tokoh Pergerakan Nasional: Usia Belia Berjuang Untuk Indonesia

Oleh: Mohammad Fakhrudin, Warga Muhammadiyah Magelang

Tiap 20 Mei bangsa Indonesia memperingati hari Kebangkitan Nasional (harkitnas). Kebangkitan nasional di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (hlm.169) dijelaskan artinya ‘perihal bangkitnya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa melawan dan mengusir penjajah melalui berbagai cara’. 

Peringatan harkitnas ditetapkan sesuai dengan waktu lahirnya Budi Utomo, yakni 20 Mei 1908. Sesungguhnya, sebelum organisasi ini lahir, telah lahir Sarekat Dagang Islam. Pendirinya adalah Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905. Kemudian, organisasi itu pada tahun 1912 berubah menjadi Sarekat Islam sebagai pergerakan nasional dengan tujuan untuk mencapai Indonesia merdeka. 
 
Para tokoh pergerakan nasional umumnya berusia belia. Pada tahun 1908 mereka umumnya belum berusia 30 tahun: dr Sutomo (20 tahun); HOS Tjokroaminoto (26 tahun); Ki Hadjar Dewantara (19 tahun); Haji Agus Salim (24 tahun); Abdul Muis (22 tahun); Hadratussyeikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari (37 tahun), dan Cipto Mangunkusumo (22 tahun).  Namun, mereka mempunyai semangat kebersamaan lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan golongan, kelompok, apalagi kepentingan diri sendiri.

Tema Peringatan Harkitnas 2025

Sejarah telah membuktikan bahwa peranan pemuda dan mahasiswa sangat penting sejak perjuangan merebut kemerdekaan hingga sekarang, bahkan, hingga masa-masa yang akan datang. Tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1998 merupakan tahun-tahun penting bagi pergerakan pemuda dan mahasiswa Indonesia. Mereka bergerak dengan penuh semangat kebersamaan sesuai dengan tuntutan zaman. 

Ketika melawan dan mengusir penjajah Belanda dan Jepang, mereka dituntut mempunyai semangat kebersamaan berjuang dengan sepenuh jiwa raga untuk mencapai Indonesia merdeka. Ketika tentara NICA pada 10 November 1945 akan mengganggu kedaulatan Indonesia yang sudah merdeka, para pemuda dengan semangat kebersamaan berjuang mempertahankan kemerdekaan. 

Pada tahun 1966 pelajar, mahasiswa, dan pemuda dengan semangat kebersamaan menumbangkan rezim orde lama. Pada tahun 1998 mereka pun dengan semangat kebersamaan melakukan gerakan reformasi. 

Lepas dari kontroversi persepsi masyarakat, pada dasarnya semangat kebersamaan diperlukan sepanjang zaman. Namun, hal yang perlu dipahami adalah bahwa kebersamaan itu tidak sekadar gerakan bersama-sama, tetapi gerakan bersama-sama itu dilandasi juga dengan berpikir bersama yang benar. 

Peringatan harkitnas 20 Mei 2025 bertema “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat”. Di dalam pidato kebangsaan pada peringatan harkitnas 2025 itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa elit dan tokoh bangsa pada era pergerakan nasional memperjuangkan kepentingan bangsa, kepentingan rakyat di atas kepentingan diri sendiri dan kelompoknya sendiri.

Pernyataan tersebut, jika kita pahami secara utuh dengan memperhatikan konteks historis, boleh jadi dimaksudkan bahwa karakter elit bangsa dan tokoh yang demikian menjadi faktor pendukung keberhasilan perjuangan mereka, yakni Indonesia merdeka. Bukankah mereka berhasil memimpin bangsa Indonesia hingga mencapai kemerdekaan?

Menurut beliau, para elit dan tokoh bangsa pada era pergerakan nasional adalah sosok yang luas wawasannya, kuat pemikirannya, dan tahu arah perjalanan Indonesia: Indonesia merdeka, dan sesudah merdeka, mereka merumuskan konstitusi yang menjadi prinsip dan arah perjalanan Indonesia. Pernyataan itu dapat dimaknai sebagai nasihat agar elit dan tokoh bangsa pada saat ini seperti mereka.

Pada bagian lain pidatonya beliau menyatakan, “Dalam konteks ini, ketika kita memperingati kebangkitan nasional, adakah elit bangsa di negeri ini betul-betul menyatukan pemikiran, memperluas wawasan, dan menjaga arah bangsa agar betul-betul sesuai dengan konstitusi dan spirit perjuangan para pejuang dan pendiri Indonesia yang dengan darah dan segenap penderitaan mereka memperjuangkan Indonesia ini?" 

Persoalan Bangsa Indonesia

Pada saat ini berbagai perilaku sebagian remaja dan pemuda sangat memperihatinkan karena bertentangan dengan harapan kita semua. Muncul “geng liar” yang anggotanya masih remaja. Mereka membegal dengan kekerasan, bahkan, tidak sega-segan membunuh korban. Orang yang tidak bersalah pun menjadi sasaran! 

Menurut data di Pusiknas Bareskrim Polri pada periode 1 Januari-20 Februari 2025 terjadi kasus yang melibatkan anak-anak sebagai berikut: (1) pencurian: jumlah laporan 17.241 perkara. Jumlah terlapor berusia kurang dari 17 tahun: 437 orang. (2) Penganiayaan dan pengeroyokan: jumlah laporan 6.442. Jumlah terlapor berusia kurang dari 17 tahun: 460 orang. (3) Narkoba: jumlah laporan 6.469. Jumlah terlapor berusia kurang 17 tahun: 349. (4) Perkelahian antarpelajar dan mahasiswa: jumlah laporan 6 perkara. Jumlah terlapor berusia kurang dari 17 tahun: 7 orang.

(Diakses 13 Mei 2025)

Dari angka yang dipaparkan tersebut, jelas sekali tampak bahwa pemuda dan orang tua yang menjadi pelaku tindakan kriminal sangat banyak, sedangkan jumlah remaja dan pemuda yang tidak melakukannya jauh lebih banyak. Meskipun demikian, ada gejala peningkatan, baik kuantitas maupun kualitas tindakan kriminal, baik yang dilakukan oleh ramaja, pemuda, maupun orang tua. 

(Baca juga: “Pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Harkitnas 2024” di dalam Suara Muhammadiyah online,15 Mei 2025)

Pelaku korupsi tidak hanya orang tua, tetapi juga anak muda. Dari jumlah uang yang dikorupsi pun fantastis. Kasus korupsi yang diungkap banyak, tetapi kasus yang belum diungkap atau tidak ditindaklanjuti mungkin lebih banyak. 

Pada tahun 2024 terjadi kasus tindak pidana korupsi yang sangat menghebohkan karena jumlahnya mencapai Rp300 triliun. Sungguh angka yang sangat fantastis. Di samping itu, terjadi masalah di Kementerian Agama RI dalam penyelenggaraan haji pada era kepemimpinan Yaqut Cholil Qoumas. 

Di dalam pidato kebangsaan pada peringatan harkitnas 2025, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan secara tegas bahwa persoalan yang sampai sekarang dihadapi oleh bangsa Indonesia, antara lain, adalah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, akumulasi kekuasaan, oligarki kekuasaan politik dan ekonomi.

Jika kita cermati, ada juga persoalan lain yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, tetapi dinyatakannya secara impilisit. Beliau menyatakan bahwa para elit bangsa dan tokoh pergerakan nasional  memiliki karakter yang kuat, karakter yang tinggi, bahkan, sifat-sifat yang luhur dan utama. 

Jika pernyataan tersebut kita pahami dengan memperhatikan akhlak bangsa Indonesia saat ini, sesungguhnya beliau menasihati para elit dan tokoh bangsa Indonesia pada saat ini agar mencontoh akhlak para elit dan tokoh bangsa pada era pergerakan nasional. Kiranya tidak berlebih-lebihan dikatakan demikian. 

Ada kasus menarik yang perlu kita renungkan berkaitan dengan akhlak elit dan tokoh bangsa. Di antara mereka banyak yang membanggakan dengan memuji-muji dan membela pemimpin yang dihasilkan melalui proses yang melanggar etika. Mereka sama sekali tidak malu. Ironis!


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kaitan IMM dan Film Jumbo Oleh: Figur Ahmad Brillian/ IMM Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Unive....

Suara Muhammadiyah

21 April 2025

Wawasan

Lailatul Qadar Untuk Semua Oleh: Kumara Adji Kusuma, Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Wa....

Suara Muhammadiyah

30 March 2025

Wawasan

Perjanjian Hudaibiyah: Jalan Menuju Pembukaan Makkah (Serial Kehidupan Rasulullah SAW)  Oleh: ....

Suara Muhammadiyah

25 September 2024

Wawasan

Praktik Baik Universitas Muhammadiyah Kupang Bina Desa Berkemajuan Oleh: Uslan, Ph.D, Ketua Prodi S....

Suara Muhammadiyah

10 December 2023

Wawasan

365 Hari Dilalui, 365 Hari Akan Kita Hadapi Oleh : Machnun Uzni, S.I.Kom, Wakil Sekertaris Pimpinan....

Suara Muhammadiyah

31 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah