Menggali Semangat Hizbul Wathan: Pelajaran Jenderal Soedirman untuk HUT TNI Ke-80

Publish

10 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
71
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menggali Semangat Hizbul Wathan: Pelajaran Jenderal Soedirman untuk HUT TNI Ke-80

Oleh: Aris Rakhmadi, S.T., M.Eng., Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta, Anggota Qabilah HW Moh. Djazman UMS

Pada 5 Oktober 2025, Tentara Nasional Indonesia memperingati HUT ke-80, menandai perjalanan panjang delapan dekade pengabdian tanpa henti untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa. Usia 80 tahun bukan sekadar angka, melainkan cermin dari dedikasi, disiplin, dan pengorbanan para prajurit yang terus mengabdi kepada rakyat dan negara. Momen ini sekaligus menjadi kesempatan untuk merenungkan nilai-nilai kepemimpinan dan karakter yang membentuk profesionalisme TNI, yang lahir dari fondasi pendidikan, semangat pengabdian, dan keteladanan yang diwariskan oleh para pendahulu bangsa.

Salah satu fondasi karakter yang membentuk jiwa kepahlawanan TNI dapat ditelusuri dari Hizbul Wathan (HW), gerakan kepanduan yang didirikan Muhammadiyah pada tahun 1918 oleh KH Ahmad Dahlan, untuk membina akhlak, kepemimpinan, dan cinta tanah air bagi generasi muda. HW mengajarkan disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan keberanian sejak usia dini, sehingga para anggotanya tidak hanya terampil secara fisik, tetapi juga memiliki landasan moral dan spiritual yang kuat. Lewat kegiatan kepanduan, latihan lapangan, dan pendidikan nilai-nilai Islam, HW menjadi wahana penting untuk menumbuhkan rasa nasionalisme yang berpadu dengan keimanan.

Nilai-nilai HW—iman, disiplin, kepemimpinan, keberanian, dan pengabdian—menjadi pondasi moral yang menyiapkan pemuda Muhammadiyah untuk menjadi pemimpin masa depan. Tidak mengherankan, kader-kader HW seperti Jenderal Besar Soedirman kemudian mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam perjuangan nyata membela bangsa, termasuk saat memimpin perang gerilya melawan Belanda meskipun dalam kondisi sakit. Pengalaman di HW menanamkan karakter tangguh yang berpadu dengan jiwa religius, yang kemudian menjadi teladan bagi TNI dalam menegakkan profesionalisme, keberanian, dan pengabdian kepada rakyat.

Jenderal Besar Soedirman merupakan sosok yang lahir dan dibentuk dalam lingkungan Muhammadiyah, di mana pendidikan, akhlak, dan pengabdian menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sejak muda, ia aktif dalam Hizbul Wathan, memimpin kegiatan kepanduan, membina pemuda, dan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan yang berpijak pada iman. Dari pengalaman ini, Soedirman tumbuh menjadi pribadi yang tegar, disiplin, sederhana, dan visioner, serta memiliki keberanian dan rasa tanggung jawab yang luar biasa terhadap bangsa. Latar belakang ini menjadikannya inspirasi bagi para pemimpin dan prajurit, menunjukkan bahwa pengabdian sejati lahir dari pendidikan karakter dan iman yang kokoh.

Inspirasi Soedirman semakin nyata ketika ia memimpin perang gerilya melawan Belanda meskipun menderita penyakit paru-paru kronis. Tubuh yang lemah tidak mengurangi tekadnya untuk berada di garis depan, membimbing pasukan, dan menggerakkan rakyat mempertahankan kemerdekaan. Semangat juang dan kepemimpinannya menghidupkan nilai firman Allah: “Jika Allah menolongmu, maka tak ada yang dapat mengalahkanmu…” (QS. Āli-‘Imrān [3]:160). Keteladanan Soedirman menjadi sumber inspirasi abadi bagi TNI, mengingatkan setiap prajurit bahwa keberanian dan pengabdian yang berpadu dengan iman mampu menghadirkan kekuatan luar biasa demi bangsa dan rakyat.

Di usia 80 tahun, TNI dapat mengambil banyak pelajaran dari nilai-nilai Hizbul Wathan dan teladan Jenderal Besar Soedirman. Kekuatan iman berpadu keberanian, profesionalisme yang disertai kedekatan dengan rakyat, serta disiplin yang dikombinasikan dengan kesederhanaan, menjadi prinsip-prinsip yang relevan untuk membentuk prajurit masa kini. Nilai-nilai ini mengingatkan bahwa pertahanan negara bukan hanya soal alat dan strategi militer, tetapi juga soal karakter, integritas, dan pengabdian yang tulus kepada bangsa.

Dalam menghadapi tantangan modern, seperti kemajuan teknologi, sistem pertahanan canggih, dan dinamika keamanan yang kompleks, TNI tetap perlu meneguhkan landasan moral dan spiritual yang diwariskan pendahulu. Kolaborasi nilai-nilai HW dengan praktik modern TNI penting ditumbuhkembangkan, agar semangat Soedirman tetap terjaga dan menjadi pedoman bagi generasi prajurit masa kini. Semangat Soedirman dan pendidikan karakter dari HW mengajarkan bahwa prajurit yang kuat adalah mereka yang mampu menggabungkan keahlian profesional dengan keimanan dan kepedulian terhadap rakyat. Dengan begitu, TNI tidak hanya mampu menjaga kedaulatan negara, tetapi juga menjadi teladan bagi masyarakat dan generasi penerus bangsa.

Di hari HUT TNI ke-80, peringatan ini bukan sekadar angka, tetapi momen refleksi untuk meneladani semangat Hizbul Wathan dan keteladanan Jenderal Besar Soedirman. Generasi TNI sekarang diharapkan tetap mempertahankan nilai-nilai iman, keberanian, disiplin, dan pengabdian kepada rakyat, sebagaimana diwariskan oleh para pendahulu. Semangat ini menjadi dasar yang kokoh bagi setiap prajurit untuk menghadapi tantangan zaman, menjaga kedaulatan, serta membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat.

Dengan meneladani perjuangan Soedirman, TNI dapat memperkuat profesionalisme, akhlak, dan cinta tanah air di tengah dinamika pertahanan modern. Sebagaimana beliau pernah mengingatkan, pengabdian sejati lahir dari ketulusan hati dan keberanian menghadapi segala rintangan. Nilai ini sejalan dengan firman Allah: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya…” (QS. Al-Hajj [22]:78), mengingatkan bahwa pengabdian kepada bangsa dan negara adalah bentuk ibadah yang mulia. Semoga peringatan HUT TNI ke-80 menjadi inspirasi bagi seluruh prajurit untuk terus mengabdi dengan penuh iman, disiplin, dan semangat pengorbanan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Muhammad Akhyar Adnan, Dosen Prodi Akuntansi FEB Universitas Yarsi MABIMS (Menteri-Menteri Ag....

Suara Muhammadiyah

1 June 2025

Wawasan

Ibu, Sosok Insan yang Mulia Oleh: Rumini Zulfikar Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai H....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Wawasan

Segenggam Impian untuk IMM di Masa Depan Oleh: Tri Laksono Pernahkah kita membayangkan kehidupan b....

Suara Muhammadiyah

14 October 2023

Wawasan

Tidak Mendukung Kemaksiatan adalah Kenikmatan Beragama Oleh : Haidir Fitra Siagian, alumnus Jurusan....

Suara Muhammadiyah

1 June 2024

Wawasan

Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Mengapa pacaran tidak dibenarkan dala....

Suara Muhammadiyah

29 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah