Menggembirakan Tetangga yang Sakit
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Kajian ini berisi uraian lanjutan tentang "Menjenguk Tetangga yang Sakit" yang telah dipublikasi di Suara Muhammadiyah online, 18 Juli 2025. Ada tiga hal pokok yang telah diuraikan di dalam edisi tersebut, yaitu (1) perintah menjenguk orang sakit, (2) menjenguk orang sakit bukan sekadar aktivitas sosial, dan (3) fenomena menjenguk tetangga yang sakit.
Pada dasarnya uraian ini merujuk kepada butir (1) "Perilaku Hidup Bertetangga" sebagaimana terdapat di dalam Himpunan Putusan Tarjih Jilid 3 (hlm.456-457), yaitu memperlakukan tetangga dengan sebaik-baiknya.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan lebih baik lagi dalam hubungannya dengan menjenguk orang sakit lebih-lebih lagi tetangga.
Di dalam Tafsir Al-Azhar (hlm.352), karya Hamka, dijelaskan bahwa muslim mukmin yang sabar dan mengucapkan
نَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ
ketika menerima cobaan (yang salah satunya adalah sakit) digembirakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka mendapat keberkatan yang sempurna, mendapat rahmat, dan mendapat petunjuk-Nya.
Kita dapat menggembirakan tetangga yang sakit dan keluarganya dengan berbagai cara. Beberapa langkah berikut ini kiranya dapat kita tempuh.
Berniat dengan Ikhlas dan Mengikuti Tuntunan
Telah kita pahami bahwa menjenguk orang sakit merupakan ibadah karena melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Pahala yang disediakan bagi orang yang melakukannya sangat besar, yaitu berjalan di taman surga sampai dia kembali dan mendapat rahmat. Agar ibadah kita diterima, kita harus ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, bukan karena yang lain misalnya karena balas budi atau pencitraan.
Dalam hubungannya dengan niat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
"Sesungguhnya, setiap amalan bergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrah karena dunia yang dia cari-cari atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang dia tuju.”
Orang yang dengan ikhlas melakukan amalan (termasuk menjenguk tetangga yang sakit) dapat diketahui melalui ucapan dan perilakunya. Keikhlasannya dapat diketahui juga misalnya melalui wajahnya. Wajah orang ikhlas berbeda dari wajah orang merasa terbebani (terpaksa).
Di samping niat yang ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, agar ibadah kita diterima-Nya, adalah mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hubungan ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tuntunan agar kita mendoakan orang sakit. Di dalam doanya, beliau mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika tidak mengikutinya, misalnya memohon kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, amalan kita tertolak. Hal itu dapat kita ketahui dari HR Muslim berikut ini.
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Kesesuaian Pakaian
Suasana hati orang sakit dan keluarganya berbeda dari suasana hati orang yang mengadakan pesta misalnya pesta pernikahan. Setiap muslim mukmin wajib mengetahui hal itu. Dengan mengetahuinya, dalam hal berpakaian, kita menyesuaikan dengan suasana hati tetangga yang sakit dan keluarganya.
Pakaian berpesta bernuansa suka cita. Sesuaikah dengan suasana hati tetangga yang sakit dan keluarganya? Perhiasan yang digunakan ketika menghadiri pesta pernikahan seperti cincin, gelang, dan arloji mewah yang dengan mudah dapat dilihat kiranya tidak baik dikenakan ketika menjenguk orang sakit.
Warna pakaian serbahitam atau warna gelap yang “dianggap lazim” digunakan ketika takziyah, kiranya lebih baik kita hindari agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Waktu Menjenguk
Jika tetangga yang sakit dirawat di rumah sakit, kita menjenguknya sesuai dengan waktu berkunjung yang diatur oleh rumah sakit. Hal lain yang perlu mendapat perhatian juga adalah durasi (lamanya waktu) menjenguk. Harus kita sadari bahwa di samping kita, ada orang lain yang bermaksud menjenguknya. Kita harus memberikan kesempatan kepadanya. Bahkan, yang lebih penting lagi, kita perlu memberikan kesempatan beristirahat kepada tetangga yang sakit.
Sangat mungkin tetangga yang sakit bergembira ketika kita jenguk. Dia ingin agar kita menemaninya berlama-lama. Akibatnya, dia lupa waktu istirahat. Hal ini tentu berpengaruh buruk terhadap kesehatannya. Agar hal itu tidak terjadi, kita harus membatasi waktu.
Mendoakan Sesuai dengan Tuntunan
Di dalam HR at-Tirmizi dan Abu Daud dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kesembuhan orang yang sakit sebagai berikut.
أَسْأَلُ اللَّهَ العَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menyembuhkan penyakitmu.”
Hadis tersebut berisi contoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan orang sakit agar diberi kesembuhan. Jadi, sesungguhnya beliau memerintah secara tidak langsung agar muslim mukmin mendoakan orang sakit.
Di dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim disebutkan juga doa berikut ini.
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا
“Ya Allah berilah kesembuhan pada Sa’ad“. (Sebanyak tiga kali).
Masih ada lagi doa yang diajarkan oleh beliau sebagaimana terdapat di dalam Ṣaḥiḥ al-Bukhari dan Ṣaḥiḥ Muslim, yakni
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِهُ وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkanlah kesukaran atau penyakit itu, wahai Tuhan manusia. Sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Menyembuhkan. Tak ada kesembuhan, kecuali kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.”
Isi doa-doa tersebut hakikatnya menggembirakan orang yang sakit. Dikatakan demikian karena doa tersebut berisi permohonan memperoleh kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain. Doa tersebut ditujukan kepada Allah Yang Maha Menyembuhkan. Di samping itu, di dalam doa tersebut nama orang yang sakit disebut. Tambahan lagi, bagi muslim mukmin, hal yang paling menggembirakan adalah doa-doa tersebut diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menghibur Tidak Sekadar Membuat Tertawa
Banyak komedian dapat membuat orang sehat tertawa, tetapi belum tentu dapat membuat orang sakit tersenyum. Menghibur tetangga yang sakit dan keluarganya tidak sama dengan menghibur dalam konteks pertunjukan lawak atau menghibur pengantin dan keluarganya.
Menggembirakan tetangga yang sakit dan keluarganya, di samping dengan doa-doa sebagaimana telah dikutip, dapat kita lakukan juga dengan menceritakan kisah nabi, sahabat nabi, ulama, atau teman sendiri yang sangat sabar menerima cobaan dan kesabarannya itu mendatangkan ketenangan yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan. Kita dapat menceritakan contoh nyata misalnya ada orang sakit dengan gejala yang sama dan atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia sembuh total.
Di dalam kenyataan memang ada orang sakit dengan gejala sama akhirnya meninggal. Namun, hal ini tidak perlu kita ceritakan sebab dapat membuatnya sedih, bahkan, patah semangat.
Kita dapat pula membacakan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam misalnya yang terdapat di dalam HR al-Bukhari berikut ini.
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مقيما صحيحًا . (رواه البخاري )
"Apabila seorang hamba mengalami sakit atau sedang dalam perjalanan, maka akan dicatat baginya pahala perbuatannya seperti pahala perbuatan yang dilakukannya ketika tidak bepergian atau tidak sakit."
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa sakit dapat menjadi penggugur dosa bagi muslim mukmin dapat pula kita sampaikan.
Jika tetangga yang sakit adalah orang yang sudah memahami hadis-hadis tersebut, kiranya kita tidak perlu membacakannya. Namun, jika tetangga yang sakit dan keluarganya belum mengetahuinya, kita dapat membacakannya dan menjelaskan artinya. Bagi mereka, doa pun perlu kita jelaskan artinya. Semuanya mempunyai kekuatan menghibur yang luar biasa bukan karena lucu, melainkan karena mampu menggetarkan jiwa optimistis menghadapi segala kemungkinan berkaitan dengan sakitnya.
Di antara tetangga yang sakit mungkin ada yang secara medis sudah diketahui penyebabnya misalnya minuman keras, merokok, makan tidak teratur, atau kurang berolahraga. Meskipun demikian, tidak sepantasnya kita dengan serta merta menyalahkannya apalagi dengan kata-kata yang justru menyebabkannya tidak senang, bahkan, merasa seperti “terdakwa”. Perasaan yang demikian dapat menambah sakit. Lebih-lebih lagi, jika sampai dia merasa dipermalukan di depan orang-orang yang menjenguknya.
Ada lagi cara lain untuk menggembirakan tetangga yang sakit dan keluarganya. Kita hadir dengan membawa oleh-oleh misalnya buah-buahan. Sangat bagus jika kita dapat menyesuaikan dengan petunjuk dokter. Jika tidak, oleh-oleh itu pun bermanfaat untuk keperluan lain. Dapat juga kita menyampaikan “tanda cinta” dalam wujud lain yang diperlukan oleh tetangga yang sakit dan keluarganya misalnya uang.
Insyaallah semua itu menjadi bagian dari cara menggembirakan tetangga yang sakit dan keluarganya. Aamiin!