Menghidupkan Ranting Muhammadiyah dengan Bahagia
Oleh: Ahsan Jamet Hamidi – Ketua PRM Legoso dan Wakil Sekretaris LPCRPM PP. Muhammadiyah
Saya bersyukur bisa menghadiri undangan Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid PP Muhammadiyah yang menggelar Workshop Nasional Pengembangan Ekonomi Cabang Ranting dan Masjid Muhammadiyah di RS. Sarkies Aisyiyah Kudus, pada 9-11 Mei 2024. Kurang lebih ada 150 peserta hadir. Mereka adalah para penggagas dan pengelola usaha kecil di Ranting dan Cabang dari seluruh Indonesia.
Kehadiran saya mewakili PRM Legoso, Tangerang Selatan sekaligus pengelola Susu Kambing Muhammadiyah (SKM). Forum pertemuan ini adalah wadah belajar bersama untuk menghidupkan gerakan Muhammadiyah agar bisa lebih mandiri secara ekonomi, sehingga kemanfaatannya bisa terus meningkat. Medium ini juga telah menjadi ajang silaturahmi antar sesama warga Muhammadiyah. Kami bisa saling belajar, memberikan semangat dan kerjasama konkrit.
Beruntung, saya berkesempatan mengunjungi salah satu kantor Ranting Muhammadiyah yang sangat menginspirasi di desa Getassrabi, Kabupaten Kudus - Jawa Tengah. Mas Andi M Falah, Ketua PRM begitu ramah menjamu kami dengan hidangan tahu telor dan kudapan kampung ala Kudus yang lezat. Kami berkumpul, duduk bareng di antara dua bangunan unik dan sangat artistik, yaitu Klinik Kesehatan dan Aula Grha Pemuda Muhammadiyah Getassrabi. Bangunan unik itu terinspirasi oleh salah satu bentuk bangunan di dalam kawasan Rendeng Suiker Fabriek yang dibangun oleh NV Mirandolle Voute en Co (MVC), Belanda di Kudus.
Kami berdiskusi tentang dinamika dalam mengelola amal usaha di tingkat Ranting. PRM Getassrabi, Kudus sedang merintis usaha penggemukan kambing dan ikan. Mereka sudah memiliki Klinik Kesehatan, Aula Besar yang bisa disewakan untuk pernikahan, Kantor PRM yang tergabung dengan Sekolah serta Masjid Megah yang menaranya setinggi 17 meter. Saat ini juga sedang mendapat hibah tanah seluas 2000 m2 yang akan dibangun sekolah bahasa. PRM Legoso bercerita tentang SKM (Susu Kambing Muhammadiyah) andalannya. Insya ALLAH, kedua PRM ini sukses menebarkan manfaat untuk orang banyak.
Menghidupkan Ranting
Dari pertemuan singkat kemarin, saya mendapat cukup banyak inspirasi tentang bagaimana sebaiknya menghidupkan Gerakan Muhammadiyah di tingkat Ranting. Paling tidak ada 4 prasyarat, antara lain;
Pertama, berani membuat terobosan. Sekretaris Umum PP Muhammadiydah, Prof. Abdul Mu’ti berasal dari Desa Getassrabi dan selalu pulang kampung setiap bulan itu memberi pesan penting. Mengurus ranting harus dengan hati dan pikiran terbuka, sehingga gagasan dan praktiknya bisa melampaui hal-hal yang sudah biasa. Bahasa sederhanannya, kita harus bisa berpikir dan bertindak dengan sudut pandang lain yang lebih luas yang berbeda dengan kebanyakan orang. PRM Getassrabi sudah membuktikannya. Level Ranting ini sudah memiliki Klinik kesehatan, Sekolah, Aula yang disewakan, Masjid, usaha penggemukan kambing dan ikan.
Kedua, ikhlas dan bahagia. Saya sependapat dengan pesan Ketua LPCRPM PP Muhammadiyah, Muhammad Jamaludin Ahmad. Dia selalu berpesan bahwa spirit dasar dalam mengurus Muhammadiyah itu berjiwa ikhlas. Tidak ada harapan lain selain ridho ALLAH. Untuk itu, kita tidak boleh berantem, berdebat yang melampaui batas hingga berkonflik.
”Jika di dalam suatu pertemuan para pesertanya sudah mulai berdebat dan ada ketegangan, maka pertemuan itu harus segera dihentikan. Peserta istirahat minum kopi, teh atau makan (durian)”. Demikian gurauan Mas Jamal yang kerap disampaikan dalam pertemuan LPCRPM. Insya ALLAH, pamrih akan kita dapatkan langsung dari ALLAH saat mengurus Muhammadiyah. Ia bisa berupa hati dan pikiran yang tenang, penuh kebahagiaan dan kebersyukuran.
Ketiga, transparan dan akuntabel. Saya belajar dari Mas H. Hery Kustanto, Ketua PCM Serpong Utara, perintis Mi LEZATMU. Dia menyampaikan bahwa amal usaha PCM atau PRM harus dikelola oleh pihak ke tiga secara professional. Pembagian tugas masing-masing pihak harus jelas dan dijalanan secara tegas. Setiap rupiah yang diperoleh dikelola oleh Bendahara secara terpisah, transparan dan bisa dipertanggunggugatkan. Intervensi Ketua PRM dan PCM harus tetap dalam koridor aturan yang telah disepakati bersama.
”Kalau ketua dan pengurus PCM/PRM mengambil barang, ya harus dicatat dan ditagih pembayarannya. Mereka tidak boleh marah....” Demikian pesan Mas Hery.
Keempat, tidak mengabaikan peran perempuan. Dalam beberapa kali pertemuan yang dihelat oleh LPCRPM PP Muhammadiyah, saya ingat banget pesan Mbak Sri Lestari Linawati, dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Dia berpesan;
”Jika ingin kegiatan Muhammadiyah berhasil, jangan pernah mengabaikan peran perempuan (AISYIYAH maksudnya)”. Pesan itu disampaikan dengan nada guruan tetapi maknanya serius. Mereka tidak hanya mengurus konsumsi dan memimpin nyanyian Mars Sang Surya dan Aisyiyah, tetapi jauh lebih signifikan dari kedua hal itu. ”Kami bisa melakukan apa saja”. Imbuhnya
Empat pesan penting di atas benar-benar saya praktikkan selama mengelola PRM Legoso. Saya tidak pernah berani mengabaikan peran penting PRA dalam setiap kegiatan yang pernah dan akan kami lakukan. Mulai dari pengajian, perayaan ulang tahun, bakti sosial, vaksinasi massal, perayaan Halal bi Halal, Buka Puasa Bersama dst.
PRA dan PRM adalah mata dan telinga dalam gerakan Muhammadiyah dalam mewujudkan programnya di tengah-tengah warga. Pengurus pada level PRA dan PRM sangat memahami seluruh dinamika warga di masyarakat. Mereka mengerti betul berapa jumlah dan kondisi para yatim piatu yang harus bersekolah, kondisi para janda dan duda miskin yang harus disantuni, memahami dengan sangat baik kebutuhan dasar warga saat terjadi musibah dst.
Jargon ”Ranting itu penting dan Cabang harus Berkembang” tidak boleh berhenti hanya pada nyanyian dan perbincangan di ruang seminar. Mari kita sama-sama praktikkan dengan krativitas masing-masing dengan satu tekad untuk memperoleh keberkahan, rahmat dan keridhoan Allah semata. Amin.