Mengungkap "Q": Injil Tertua yang Tersembunyi

Publish

20 December 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
90
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Mengungkap "Q": Injil Tertua yang Tersembunyi

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Hari ini, saya akan mengulas sebuah buku yang sungguh menarik perhatian saya, yaitu Q: The Earliest Gospel (2008) karya John Kloppenborg, seorang pakar ternama di bidang Studi Q. Beliau adalah profesor di Universitas Toronto. 

Buku ini sungguh memikat, menyingkap tabir misteri seputar "Q". Q? Apa itu? Q berasal dari bahasa Jerman "Quelle", yang berarti "sumber". Istilah ini merujuk pada sebuah dokumen kuno yang menariknya belum ditemukan wujud fisiknya. Para ahli telah merekonstruksi "Q" ini semaksimal mungkin berdasarkan Injil Matius dan Lukas. 

Mari kita telusuri lebih dalam. Alkitab Kristen memiliki empat Injil: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Tiga yang pertama dikenal sebagai Injil Sinoptik karena memiliki kemiripan yang mencolok. Bayangkan, alur cerita dan urutan peristiwanya hampir identik! Bukan hanya itu, bahkan beberapa bagiannya persis sama kata demi kata. Hal ini mendorong para ahli untuk menyelidiki sumber Injil-Injil ini dan hubungannya satu sama lain. Mungkinkah ketiganya berasal dari satu sumber yang sama? Atau saling menyalin? 

Kloppenborg, dalam bukunya, mengajak kita menelusuri jejak keberadaan Q. Ia dengan brilian menjelaskan bahwa tiga Injil Sinoptik memiliki benang merah yang menghubungkan mereka. Kunci dari misteri ini? Matius dan Lukas, selain menggunakan Markus sebagai sumber, juga merujuk pada sebuah dokumen kuno yang sayang telah lenyap. Dokumen inilah yang diyakini para ahli sebagai gudangnya kata-kata hikmah Yesus. Mereka menyebutnya "Quelle" (sumber), atau disingkat "Q".

Menariknya, Kloppenborg menyebut Q layak disebut "injil". Mengapa? Karena Q merupakan sebuah kesatuan utuh dengan orientasi dan keyakinan yang jelas. Sama seperti Injil-Injil kanonik yang kita kenal, Q pun menceritakan kisah Yesus, meski dalam bentuk yang berbeda. Para cendekiawan, termasuk James Robinson, telah berhasil merekonstruksi Q dari Matius dan Lukas. Kloppenborg, dalam bukunya ini, menyajikan rekonstruksi versinya sendiri. Meskipun singkat, Q menyimpan harta karun berharga, termasuk versi Doa Bapa Kami yang menggemparkan!

Dulu, di sekolah, saya diajarkan Doa Bapa Kami versi Matius. Namun, versi Lukas —atau lebih tepatnya, versi Q yang telah direkonstruksi— berbunyi begini:

"Ketika kamu berdoa, katakan, 'Bapa, 

semoga nama-Mu dijaga kudus. 

Biarlah kerajaan-Mu datang. 

Berikan kami roti harian kami hari ini, 

dan hapuskan hutang kami, 

sebagaimana kami juga telah menghapuskan hutang mereka yang berhutang pada kami. 

Dan janganlah membawa kami ke dalam ujian.'"

Versi yang lebih panjang, yang ditemukan dalam Injil Matius dan beberapa manuskrip kemudian, berbunyi:

"Bapa kami yang di surga, 

dikuduskanlah nama-Mu. 

Kerajaan-Mu datang, kehendak-Mu jadilah, 

di bumi seperti di surga. 

Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, 

tetapi lepaskan kami dari yang jahat. 

Karena Engkaulah kerajaan, kuasa, dan kemuliaan, 

selama-lamanya. Amin."

Uniknya, versi Q lebih ringkas dan langsung menyebut "Bapa", bukan "Bapa Kami" seperti yang kita kenal. Inilah versi yang diabadikan dalam Injil Lukas.

Kloppenborg menjelaskan bahwa penomoran kata-kata hikmah dalam Q mengikuti urutan pasal dan ayat dalam Injil Lukas. Lukas dianggap lebih akurat dalam mempertahankan urutan asli dibandingkan Matius yang cenderung menggabungkan beberapa pernyataan menjadi satu kesatuan yang lebih panjang, seperti dalam Khotbah di Bukit. Maka tak heran, para ahli sering merujuk pada Lukas untuk menemukan bentuk asli dari kata-kata Yesus.

Salah satu perkataan Yesus dalam Q yang juga terdapat dalam Khotbah di Bukit versi Matius sering dikutip oleh umat Muslim, yaitu:"Jangan mencoba mengoreksi saudaramu ketika kamu sendiri memiliki kesalahan."

Dalam Q 6:41-42, yang sesuai dengan Injil Lukas, tertulis:

"Mengapa kamu melihat serpihan di mata saudaramu, tetapi mengabaikan balok di matamu sendiri? Bagaimana kamu bisa berkata kepada saudaramu, 'Izinkan aku mengeluarkan serpihan dari matamu,' sedangkan kamu mengabaikan balok di matamu sendiri? Hai orang munafik! Keluarkanlah terlebih dahulu balok dari matamu sendiri, dan kemudian kamu akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan serpihan dari mata saudaramu."

Perkataan Yesus ini bagaikan tamparan keras bagi orang-orang munafik, mengingatkan kita untuk bercermin terlebih dahulu sebelum menghakimi orang lain. Meskipun wujud fisik Q belum ditemukan, Kloppenborg dengan meyakinkan menunjukkan bahwa dokumen ini pasti pernah eksis dalam bentuk tertulis.

Salah satu buktinya adalah perkataan Yohanes Pembaptis yang muncul baik di Matius maupun Lukas, dengan kemiripan yang mencengangkan! Bayangkan, dari 28 kata, 27 di antaranya identik. Perbedaannya hanya pada kata *"chi"* (yang berarti "dan" dalam bahasa Yunani), sebuah perbedaan kecil yang tak mengubah makna. Ini menunjukkan bahwa kedua Injil tersebut menyalin dari sumber yang sama, yaitu Q.

Mungkinkah kita memiliki Q secara utuh? Sayangnya, tidak. Kita hanya memiliki bagian yang dikutip oleh Matius dan Lukas. Namun, mengingat betapa detailnya mereka menyalin Injil Markus, para ahli optimis bahwa kita telah memiliki sebagian besar, bahkan mungkin seluruh isi Q yang tersebar di kedua Injil tersebut. Teologi yang terpancar dari Q memberikan kita gambaran yang cukup jelas tentang wajah Kekristenan purba.

Q diperkirakan ditulis pada tahun 50-an Masehi, sekitar 20 tahun setelah Yesus, sementara Injil-injil yang kita kenal sekarang baru muncul pada tahun 70-an Masehi dan seterusnya. Ini berarti Q merepresentasikan pandangan Kristen awal yang lebih autentik dan dekat dengan ajaran Yesus yang sesungguhnya. Sebuah temuan berharga bagi para sejarawan yang ingin mengungkap asal-usul Kekristenan!

Bagi umat Muslim, penemuan Q ibarat menemukan peti harta karun. Mengapa? Karena umat Muslim lebih menitikberatkan pada ajaran Yesus, kata-kata hikmah yang keluar dari mulutnya, ketimbang narasi kehidupannya. Q, dengan segala keunikannya sebagai kumpulan sabda Yesus, menjadi sangat berharga dan relevan. Ia menyingkap tirai masa lalu, menunjukkan kepada kita pandangan Kristen awal yang murni dan orisinal, sebuah sumber ilmu yang memberdayakan dan memperluas wawasan.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Sepeda adalah Vitamin Ekonomi Berkelanjutan Oleh: Miqdam A Hashri, M.Si, C.LQ, Anggota LDK PP ....

Suara Muhammadiyah

30 August 2024

Wawasan

Tips Menemukan Pendekatan Pembelajaran Terbaik Seperti yang diketahui bahwasanya dunia pendidikan i....

Suara Muhammadiyah

4 July 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Haruskah kita mengatakan Allah ....

Suara Muhammadiyah

24 June 2024

Wawasan

Hijrah Kontemporer, Hijrah Yang Transformatif (Bagian I): Memberdayakan Aset Informasi Persyarikatan....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Wawasan

Integrasi Teori Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivis dalam Teknologi Pendidikan Oleh: Sadrian....

Suara Muhammadiyah

7 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah