Menguntungkan dan Memakmurkan

Publish

11 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
70
Foto Istimewa

Foto Istimewa

(Catatan Keempat Business Gathering Suryaganic MNU)

Oleh: Khafid Sirotudin

 

Dr Agung Danarto, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkenan hadir, memberikan arahan dan membuka secara resmi kegiatan Business Gathering Suryaganic MNU di Resto Alam Dadap Sumilir, Pendoworejo, Girimulyo Kulonprogo, Sabtu Pon 31 Mei 2025. Setidaknya saya mencatat 3 (tiga) pesan penting yang disampaikan beliau pada kesempatan siang itu.

Pertama, Belajar dari Kegagalan.  

KIta perlu belajar dari keberhasilan dan kegagalan dengan sebaik-baiknya. Belajar dari keberhasilan atau kesuksesan untuk mendapatkan semangat berkembang. Belajar dari sebuah kegagalan agar kita memiliki kecermatan, keuletan, kesabaran dan kehati-hatian dalam menjalankan suatu usaha ekonomi dan bisnis.

Mas Agung bercerita tentang salah usaha milik warga persyarikatan di bidang budidaya dan ekspor ubi kayu (singkong). Pada awal produksi, mereka telah berhasil mengekspor produknya ke luar negeri. Tetapi pada ekspor berikutnya, dengan kuantitas yang berlipat, produknya dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) di negara tujuan oleh importir. Mudah diduga lini usaha itu akhirnya bangkrut karena permodalan terbatas, akibat kekurangcermatan dan kurang hati-hati dalam menerapkan standar industri agribisnis.

Standar produk pertanian dunia dikenal sebagai GAP (Good Agricultural Practices). Suatu standarisasi produk hasil pertanian dunia yang memiliki persamaan dan perbedaan di setiap negara. Saya menduga kejadian itu disebabkan kelalaian manajemen tidak menerapkan joint inspection for quality control in product yang biasa disepakati para pebisnis (B to B) antara eksportir dan importir. Kami pernah mengalami kejadian serupa ketika mengekspor salak pondoh ke China sepuluh tahun lalu, meski kerugiannya tidak separah sebagaimana diceritakan mas Agung. Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik.

Dalam konteks industri pupuk organik oleh PT MNU, secara implisit mas Agung berpesan agar amanah, prudent, cermat dan menghindari mal-praktek yang tidak memberikan keuntungan bagi BUMM serta kemanfaatan bagi persyarikatan dan masyarakat. Beliau menaruh harapan besar agar revitalisasi mesin yang saat ini dilakukan –setelah 1,5 tahun berhenti berproduksi– dapat berjalan lancar, sukses, memberi keuntungan (profit) bagi perusahaan, serta kemanfaatan dan kemakmuran (benefit) bagi masyarakat dan persyarikatan.

Kedua, Bersinergi dengan Instansi dan Perguruan Tinggi.

Bekerjasama dengan Pemerintah dan BUMN yang memiliki otoritas di sektor pertanian, pangan dan pupuk. Banyak kader dan warga Muhammadiyah yang saat ini menduduki berbagai posisi di pemerintahan. Dengan nada humor mas Agung berkelakar, “Karena kita dekat dengan istana, maka cukup berjalan kaki menyeberangi jalan, tidak perlu naik pesawat dan antre”.

Mas Agung juga menyampaikan informasi bahwa saat ini banyak Ijin Usaha Perkebunan (HGU) yang hampir habis masa berlakunya. Kebijakan pemerintah sekarang kelihatannya mengarah kepada pergantian pemain untuk sektor-sektor tertentu. “Mengganti sembilan naga dengan sembilan haji”, ujarnya.

Diharapkan Muhammadiyah mampu memanfaatkan peluang untuk memasuki industri perkebunan melalui perusahaan (BUMM) guna meluaskan peran serta persyarikatan di bidang ekonomi. Setidaknya mampu mengkapitalisasi aset ekonomi seperti jumlah kekayaan sahabat Nabi Saw Abdurrahman bin Auf, yang jika dikonversi dengan IDR sekarang mencapai Rp 70.000 Triliun.

Bersinergi dan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) serta berbagai komponen anak bangsa yang telah berhasil dan berkhidmat lama di bidang pertanian perlu dilakukan. Kita tidak bisa berjalan sendirian. Berdikari atau mandiri dalam ekonomi musti dimaknai sebagai kolaborasi, kerjasama dan sinergi (ta’awun) dengan segenap komponen persyarikatan dan anak bangsa lainnya untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Sejalan dengan Tri Sakti Bung Karno yang mencita-citakan: “Berdaulat secara politik, Berdikari dalam ekonomi dan Berkepribadian dalam budaya”.

Ketiga, Tata kelola yang baik.

Tata kelola yang baik (good governance) adalah konsep yang menekankan pada proses pengambilan keputusan, sikap dan tindakan perusahaan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif efisien, transparan, pastisipatif, akuntabel, menegakkan norma dan etika, berkeadilan dan berkelanjutan. Good governance dapat pula dimaknai sebagai suatu sistem yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. 

M Sayuti, PhD Ketua Dewan Pengawas Dapenmu Syariah dan Sekretaris PP Muhammadiyah yang berkenan bergabung di tengah dialog nara sumber dan peserta, menyampaikan pesan singkat bahwa tata kelola perusahaan yang baik itu indikatornya “bathi” (memberi keuntungan) dan membawa kemakmuran bagi banyak orang. Semoga MNU pasca-revitalisasi manajemen dan mesin produksi dapat memberikan keuntungan dan kemakmuran (profit and benefit) bagi perusahaan (BUMM), persyarikatan, warga dan masyarakat dengan optimal.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I Dalam khazanah agama islam dosa sering disebutkan ketika melakuk....

Suara Muhammadiyah

18 September 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Pernahkah Anda bertanya kapan perang Rusia-Ukraina akan berakhir? Jika demikian....

Suara Muhammadiyah

22 September 2023

Wawasan

Kekuatan Cinta Menyelamatkan Indonesia Oleh: Agusliadi Massere Indonesia adalah kode—yang me....

Suara Muhammadiyah

25 November 2023

Wawasan

Pemikiran Revitalisasi Ajaran Islam Oleh: Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. H....

Suara Muhammadiyah

5 June 2024

Wawasan

Oleh : Endang Suprapti, Wakil Dekan 1 FKIP UMSurabaya Generasi cerdas adalah harapan bangsa untuk m....

Suara Muhammadiyah

12 February 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah