Menilai Kualitas Ketakwaan Selepas Ramadhan
Oleh: Mohammad Fakhrudin, Warga Muhammadiyah Magelang
Telah satu bulan kita, sebagai muslim mukmin, beribadah Ramadhan. Bagi kita, sudah sangat jelas bahwa puasa yang merupakan salah satu ibadah pada Ramadhan kita kerjakan berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah (2): 183. Hal yang perlu kita sadari kembali adalah bahwa puasa kita kerjakan berdasarkan iman, sedangkan tujuan yang harus kita capai adalah menjadi muttaqiin, yakni orang-orang yang bertakwa.
Sangat banyak balasan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang bertakwa.
Ada balasan yang diberikan di dunia dan ada pula yang diberikan di akhirat. Bahkan, ada yang diberikan di dunia dan akhirat! Jika ada balasan yang belum kita peroleh di dunia, boleh jadi karena kita belum termasuk muttaqiin sebagaimana ditetapkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Mungkin juga Dia menguji kualitas iman dan takwa kita atau tidak tertutup kemungkinan pula, ada rencana yang penuh hikmah.
Berkenaan dengan itu, kiranya sikap kita yang terbaik adalah selalu husnuzan. Sesuatu yang kita sukai belum tentu disukai juga oleh Allah Subḥanahu wa Ta'ala. Sesuatu yang baik bagi kita, belum tentu baik juga menurut Dia.
Ciri-Ciri Mttaqiin
Di dalam dunia pendidikan, evaluasi diri (ED) dilakukan dalam rangka akreditasi, baik program studi maupun institusi. ED dilakukan sebelum validasi lapangan oleh asesor dan harus dilakukan secara objektif. Jika tidak, justru berakibat fatal sebab hal itu pasti diketahui oleh tim akreditasi.
Tentu akreditasi oleh manusia berbeda dari akreditasi oleh Allah' Subhaanahu wa Ta'ala. Namun, pada kedua akreditasi tersebut terdapat keobjektifan. Ada pelajaran yang harus kita pahami baik-baik. Akreditasi oleh manusia saja harus dilakukan secara objektif, apalagi akreditasi oleh Allah Yang Maha Tahu. Bukankah ada riwayat yang berisi kisah seseorang yang merasa yakin bahwa ibadahnya sudah cukup sehingga dengan penuh percaya diri menghadap Allah Subḥanahu wa Ta'ala, tetapi segala kebohongannya terbongkar. Akibatnya, dia bukannya beruntung, melainkan malah buntung.
Agar dapat melakukan ED dengan baik tentang kualitas ketakwaan kita, kiranya pemahaman tentang ciri-ciri muttaqin sebagai tolok ukur sangat penting. Banyak ciri muttaqin dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Di antaranya dijelaskan di dalam surat, misalnya, al-Baqarah (2) ayat 3-4,
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِا لْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,"
وَا لَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِا لْاٰ خِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
"dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat."
Sementara itu, di dalam surat al-Baqarah (2): 177 dijelaskan,
لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَا لْمَلٰٓئِکَةِ وَا لْكِتٰبِ وَا لنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَا لسَّآئِلِيْنَ وَفِى الرِّقَا بِ ۚ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّکٰوةَ ۚ وَا لْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَا لصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."
Ciri muttaqiin dijelaskan pula di dalam surat Ali ‘Imran (3): 134,
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."
Di dalam ayat 135 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَا لَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَا حِشَةً اَوْ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَا سْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ ۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui."
Balasan bagi Muttaqiin
Banyak balasan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada muslim yang bertakwa. Di antaranya, adalah
1. dimuliakan Allah
QS Al-Hujurat (49): 13
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
2. diberi jalan keluar dari masalah
QS ath-Thalaq (65): 2
فَاِ ذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَ مْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَا رِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَ قِيْمُوا الشَّهَا دَةَ لِلّٰهِ ۗ ذٰ لِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَا نَ يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۙ وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا
"Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,"
3. diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka
QS ath-Thalaq (65): 3
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَا لِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
"dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."
4. dimudahkan dalam urusan
QS ath-Thalaq (65): 4
وَا لّۤـٰـئِـيْ يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيْضِ مِنْ نِّسَآئِكُمْ اِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلٰثَةُ اَشْهُرٍ ۙ وَّا لّۤـٰـئِـيْ لَمْ يَحِضْنَ ۗ وَاُ ولَا تُ الْاَ حْمَا لِ اَجَلُهُنَّ اَنْ يَّضَعْنَ حَمْلَهُنَّ ۗ وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ یُسْرًا
"Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid, sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya."
5. diampuni atas dosanya dan dilipatgandakan pahalanya
QS ath-Thalaq (65): 5
ذٰلِكَ اَمْرُ اللّٰهِ اَنْزَلَهٗۤ اِلَيْكُمْ ۗ وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗۤ اَجْرًا
"Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepadamu; barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya."
6. diberi barakah oleh Allah
QS al-A٬raf (7): 96
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
7. dimasukkan surga
QS Ali ‘Imran (3): 133
وَسَا رِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,"
Antara Ketakwaan dan Balasan
Mari secara jujur kita membandingkan ketakwaan kita dengan balasan dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang kita peroleh. Sungguh, ketakwaan kita masih sangat jauh dari yang seharusnya. Namun, betapa banyaknya kenikmatan yang telah kita terima. Memang begitulah Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Apakah kita sudah mensyukurinya? Pandai mensyukuri nikmat-Nya merupakan ciri muttaqin juga. Peningkatan rasa syukur berarti peningkatan kualitas ketakwaan. Sesungguhnya, peningkatan rasa syukur itu pun balasan dari Allah Subḥanahu wa Ta'ala bagi orang yang bertakwa.
Allahu a’lam