YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ramadhan 1446 H malam ke-19 Masjid Islamic Center kembali menggelar ceramah tarawih yang kali ini menghadirkan Dr. H. Khoiruddin Bashori, M.Si. sebagai penceramah pada Selasa (18/03). Ia merupakan Anggota Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Dosen Prodi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dalam ceramahnya, Ia menyampaikan pesan mendalam mengenai pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup yang paling tepat bagi umat Islam.
Dalam pembukaan ceramahnya, Khoiruddin mengajak para jamaah untuk bersyukur atas nikmat kesehatan yang masih diberikan oleh Allah. “Alhamdulillah kita masih diberi sehat, mudah-mudahan terus diberi kesehatan agar bisa menuntaskan Ramadhan dengan sempurna,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk yang paling tepat, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 9 yang artinya "Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus." Ia menjelaskan bahwa petunjuk dari Al-Qur'an ibarat manual dari pabrik yang dibuat oleh pencipta produk. “Allah adalah pencipta manusia, maka petunjuk dari-Nya pasti paling pas untuk kehidupan kita,” jelasnya.
Salah satu contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari yang Ia sampaikan adalah tentang bagaimana seseorang memperlakukan Al-Qur'an. Dalam pengalamannya, Ia pernah menanyakan kepada calon pegawai, di mana mereka menyimpan Al-Qur'an di rumah. Jawaban yang muncul pun beragam, mulai dari menyimpan di almari hingga di meja. Namun, jawaban yang paling mengesankan adalah seseorang yang mengatakan, “Saya letakkan di dalam hati."
"Inilah yang disebut sebagai hamalatul Qur'an, yaitu orang yang selalu membawa Al-Qur'an dalam hidupnya, menjadikannya pedoman dalam setiap langkah dan keputusan," jelasnya.
Khoiruddin juga membagikan kisah inspiratif ketika berada di ruang tunggu bandara Cengkareng. Saat itu, Ia melihat seorang musisi terkenal tengah membuka dan membaca Al-Qur'an. “Kelihatannya sangar, tapi ternyata hatinya begitu dekat dengan Al-Qur'an,” ungkapnya.
Dalam ceramahnya, Khoiruddin juga mengajak para jamaah untuk mengalami transformasi spiritual yang lebih baik setelah berpuasa selama hampir dua puluh hari. “Hidup harus terus naik seperti menaiki tangga, bukan seperti gelombang yang naik turun. Jangan sampai setelah Ramadan, kita kembali turun dalam ibadah dan kedekatan dengan Allah,” tegasnya.
Khoiruddin kemudian menjelaskan empat bentuk transformasi yang perlu dilakukan umat Islam. Pertama, Transformasi Keyakinan (Tahawwul I’tiqadi): Meneguhkan tauhid yang bersih dan murni, menghilangkan ketakutan-ketakutan yang tidak perlu.
“Kita hanya boleh takut kepada Allah, bukan kepada hal-hal yang tidak berdasar seperti mitos dan budaya yang bertentangan dengan Islam,” jelasnya.
Kedua, Transformasi Pemikiran (Tahawwul Fikri): Mengembangkan pola pikir positif dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Ia menekankan bahwa prasangka baik terhadap Allah adalah bagian dari ibadah yang baik. Ketiga, Transformasi Perasaan (Tahawwul Sy’uuri): Mengelola emosi dengan baik agar tidak terjebak dalam kesalahan berulang, seperti dalam kisah seorang suami yang selalu jatuh cinta berulang kali tanpa komitmen sejati. Keempat, Transformasi Tindakan (Tahawwul Suluki): Mengaplikasikan keyakinan, pemikiran, dan perasaan yang sudah dibenahi dalam tindakan nyata.
“Jika kita meyakini bahwa peduli kepada sesama adalah baik, maka harus kita wujudkan dalam amal dan sedekah,” pesannya.
Menutup ceramahnya, Khoiruddin mengingatkan para jamaah akan pentingnya menjaga kesehatan mental dengan menyeimbangkan pikiran, perasaan, dan tindakan.
“Survei terbaru menunjukkan bahwa 30% masyarakat mengalami gangguan mental. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya, dan dengan mentransformasikan diri, kita menjadi pribadi yang lebih sehat secara spiritual dan emosional,” tutupnya. (Fina Dwi/n)