Menjadikan Nabi Muhammad sebagai ‘Role Model’
Oleh: Donny Syofyan
Kita bersyukur bahwa Allah masih menganugerahkan kita kesempatan untuk memperingati Maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Maulid Rasulullah adalah sebuah peristiwa yang akan dikenang sampai akhir zaman dan terus mengilhami umat Islam, tentu dengan catatan bahwa umat Islam konsisten meniru dan mengikuti ajaran dan perilaku Nabi Muhammad.
Dalam dunia yang sarat dengan goncangan dan tekanan yang tiada hentinya, kita kembali mengingat Nabi Muhammad sebagai figur penyelamat yang tak tertandingi yang berhasil membawa dunia dan umat manusia untuk perdamaian dan kemakmuran. Kontribusi Muhammad dalam hal ini tidak dapat disangkal. Hal ini terkait dengan gaya kepemimpinan Rasulullah yang berhasil menyelamatkan pengikutnya dan umat manusia terlepas dari belenggu askriptif, semisal warna kulit atau ras. Jika gaya kepemimpinan Rasulullah betul-betul diadopsi oleh para pemimpin Islam, kaum Muslimin tidak akan pernah berada dalam konflik atau perperangan. Persatuan mereka akan tumbuh lebih kuat dan kemakmuran akan mudah didapatkan.
Kepemimpinan dan tuntunan moral Nabi Muhammad harus dirujuk sebagai pelajaran. Kegagalan melakukan ini menjadikan peringatan Maulid Rasulullah hanya sekadar seremonial namun abai pada ajaran-ajarannya. Keteladan Nabi Muhammad menempatkan beliau sebagai cermin kesabaran, sifat murah hati dan selalu bersyukur. Kesabarannya dapat diamati lewat kemampuan beliau mengendalikan emosi, rasa sakit dan penderitaan yang diberikan suku Quraisy dalam awal misi dakwahnya di Makkah. Terlepas dari kuatnya oposisi kaum Quraisy, Nabi Muhammad tetap sabar dan sukses menyebarkan Islam. Nabi Muhammad juga seseorang yang sangat pemaaf dan tidak pendendam. Dia tidak nyinyir dengan keluhan meskipun dahsyatnya penderitaan yang dialaminya.
Sungguhpun Nabi Muhammad adalah seorang penguasa penuh kasih dan pemimpin spiritual, banyak yang tidak sadar bahwa dia adalah sosok yang memiliki rasa humor yang luar biasa. Nabi juga tertawa dan bergurau. Nabi sering tersenyum dan tak jarang membuat lelucon dengan para sahabatnya. Tatkala seorang nenek mendatanginya dan bertanya tentang surga, beliau menjawab, "nenek-nenek tidak masuk surga." Wanita tua itu menangis. Ketika si nenek hendak pergi, seraya menunjukkan rasa humor yang halus, Rasulullah bersabda, "nenek-nenek akan menjadi muda sebelum ia memasuki surga." Pada kesempatan lain seorang pria mendekati Nabi dan memintanya untuk naik unta. Nabi berkata, "Aku akan memberikan anak unta." Kata pria itu, "Wahai Rasulullah. Apa yang akan saya lakukan dengan anak unta? "Nabi tersenyum dan berkata," Apakah ada unta yang bukan keturunan unta? "
Dilihat dari holistitisitas kepribadian beliau, Michael H. Hart tidak berlebihan dalam buku klasiknya, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (edisi 1992), mengatakan bahwa Muhammad telah memainkan peran yang jauh lebih penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam melebihi tokoh-tokoh agama-agama lainnya. Beliau bertanggung jawab dalam penyebaran teologi dan prinsip-prinsip utama etika-moral Islam. Ia juga memainkan peran kunci dalam dakwah keimanan yang baru dan menetapkan praktek-praktek agama Islam.
Selain kekaguman, penghujatan juga menjadi bagian dari sejarah Nabi Muhammad. Pelbagai buku tebal telah ditulis untuk penghujatan yang dilakukan oleh pihak-pihak Barat, seperti sarjana orientalisme dan orang lain yang hanya membencinya. Pada tahun 2005 surat kabar Denmark, Jyllands-Posten, menerbitkan kartun satir Nabi Muhammad atas nama kebebasan berpendapat. Hal ini memicu kemarahan Muslim dan protes kekerasan di seluruh dunia. Pada tahun 2008 perusahaan buku Serbia, BeoBooks, memesan sebuah novel tentang kehidupan Nabi Muhammad yang sudah ditarik oleh penerbit di Amerika Serikat karena derasnya protes umat Islam di sana. Perusahaan penerbitan Serbia ini memiliki 1.000 eksemplar novel yang telah dicetak dan dikirim ke toko-toko buku lainnya. Akhirnya novel ini kembali ditarik peredarannya setelah eskalasi tekanan dari para pemimpin Islam.
Bukanlah tindakan yang bijaksana untuk menerbitkan gambar atau kartun Nabi Muhammad dengan kata-kata yang tidak pernah diucapkannya. Perilaku tak beradab itu jelas merupakan penghinaan terhadap pemimpin dunia yang sangat dihormati kaum Muslimin. Pada sisi lain, bukanlah keanehan di saat Muslim merasa sedih dan marah ketika seorang ‘uswah’ yang hebat telah direduksi menjadi bahan tertawaan dan olok-olokan. Namun demikian, umat Islam tidak perlu ikut-ikutan bereaksi lewat liar tindakan destruktif karena hanya akan membuat mereka menjadi korban taktik dan trik kelompok Islamphobia yang selalu akan mencoba untuk menghasut kemarahan dan ingin melihat Muslim dalam kekacauan.
Meskipun kegelisahan dan kesedihan tetap niscaya, kaum Muslimin diingatkan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan pengikutnya untuk menyakiti orang lain. Sejarah telah menunjukkan bahwa Nabi tidak pernah ceroboh atau agresif saat menangani situasi seperti ini. Dia dikenal sebagai tokoh yang sabar dan tenang dalam menghadapi penghinaan dan rasa sakit, tidak pernah menurunkan dirinya ke tingkat yang sama dengan musuh. Pertanyaan yang lebih penting untuk menjawab adalah ini: ketika semua upacara dan kegiatan Maulid Nabi Muhammad ini usai, akankah kita masih mempertahankan semangat dan prilaku Nabi Muhammad dengan menjadikannya sebagai super uswah, suri tauladan, dan role model.
Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas