Oleh: Benni Setiawan
Dosen Universitas Negeri Yogyakarta, Anggota MPK PP Muhamamdiyah
Islam memiliki peradaban lebih maju dibandingkan peradaban Eropa dalam hal kebersihan. Umat Islam sudah mengenal thaharah (bersuci) sejak 14 abad yang lalu. Eropa saat itu masih jauh dari kondisi bersih. Mereka hanya mengenal bersuci dalam beberapa aspek kecil. Bahkan, masyarakat Eropa saat itu hanya mengenal bersuci dalam tiga saat, yaitu saat lahir, kemudian saat dibabtis, dan saat menikah. Selain itu mereka tidak mengenal tradisi bersuci sebagaimana ada di dalam Islam. Bahkan mereka tidak punya adab buang air saat itu.
Tentu hal tersebut berbeda dalam tradisi Islam. Tradisi bersuci bahkan menjadi inti dalam perbincangan fikih Islam. Hampir semua kitab fikih diawali dengan bahasan thaharah. Ini menunjukkan bersuci dalam Islam sangat utama dan penting. Mengapa menjaga kebersihan menjadi sesuatu yang penting?
Hal ini dikarenakan Islam mendorong hidup sehat. “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 222). Ayat ini menunjukkan secara jelas betapa kebersihan fisik itu menjadi hal utama. Bahkan Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk memasuki masjid dalam keadaan yang bersih/pakaian yang indah (Q.S. Al-A’raf, 7: 31).
Kebersihan fisik dalam Islam ditandai dengan rajin berwudhu. Menjaga wudhu menjadi salah satu sunnah Rasulullah saw. Selain itu Islam juga mendorong kebersihan fisik dengan cara menjaga pola makan. Islam mendorong makan yang halalan thayyiban. “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan…”(Q.S. al-Baqarah, 2: 168). Ayat ini menunjukkan makanan yang baik/bersih mendorong manusia hidup sehat. Hidup bersih dan sehat dari cara makan pun sesuai dengan Q.S. ‘Abasa, 80: 24, “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.
Selain kebersihan fisik, Islam juga sangat memperhatikan kebersihan jiwa/rohani. Sebagaimana Surat Asy-Syams (91: 9-10), "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." Menyucikan jiwa bisa dilakukan dengan terus melakukan kebajikan, menebarkah salam (keselamatan), dan amal saleh. Semoga kita dapat menjadi bagian umat yang senantiasa menjaga kebersihan baik fisik maupun rohani. *
Sumber: SM 03/2022