Menjaga Lingkungan, Merawat Kehidupan (Komitmen IMM Dalam Mengawal Isu Lingkungan)
Asman Budiman, Kabid Riset dan Pengembangan Keilmuan DPD IMM Sultra
Perkembangan peradaban manusia, juga berdampak kepada ekosistem lingkungan hidup. Setiap kali dilakukan pembangunan pastinya keberadaan lingkungan hidup menjadi terancam. Misalnya dalam proses pembangunan ekonomi, seringkali berdampak negative bagi keberlangsungan lingkungan hidup saat ini.
Banyaknya kebutuhan akan pembangunan ekonomi, maka kebutuhan terhadap energi, lahan, dan sumber daya alam lainnya membuat lingkungan hidup menjadi meningkat dan membuat lingkungan terdegradasi.
Pertemuan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia yang membahas tentang perubahan iklim di Kota Madrid pada tahun 2019 sepertinya belum memiliki dampak yang begitu signifikan. Terbukti berdasarkan data yang dirilis oleh Greenpeace bahwa pada rentan waktu tahun 2015-2018 sekitar 3.403.000 hektar lahar terbakar di Indonesia.
Selain kebarakan hutan, kerusakan terumbu karang, sampah plastic, polusi udara dan lain-lain masih menjadi persoalan yang serius untuk dihadapi. Keberadaan industry yang menciptakan banyak plastic menjadi salah satu persoalan, dimana komitmen untuk merubah lingkungan hidup bebas plastic hampir tidak bisa direalisasikan. Para korporasi terus menghasilkan sampah plastic sekali pakai. Sampah plastik, adalah salah satu sampah yang tidak bisa terurai begitu saja, dan menjadi konsumsi masyarakat kita yang paling dekat dengan aktifitas sehari-hari. Keberadaan sampah plastic dan kesadaran manusia menjaga kelestarian lingkungan hidup berdampak kepada kualitas hidup mahkluknya. Parahnya lagi bahwa, sampah-sampah plastic itu pada akhirnya bermuara di sungai-sungai bahkan lautan sehingga mencemari kualitas air.
Adanya eksploitasi terhadap alam yang begitu besar, alih-alih membawa kesejahteraan untuk masyarakat justru membawa dampak negative bagi kualitas kehidupan. Selain plastic, negara kita masih bergantung kepada batu bara dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sementara pembangkit listrik adalah sector yang banyak menyumbang emisi gas rumah kaca sehingga terjadinya perubahan iklim.
Terutama berkaitan dengan polusi udara yang menjadi momok menakutkan. Saat ini, di Jakarta sedang mengalami krisis udara, dimana udara di Jakarta tidak lagi sehat untuk banyak masyarakat. Menurut Greenpeace 20-30 % udara di Jakarta merupakan hasil sumbangan emisi pembakaran batu bara untuk PLTU (Greenpeace, 2020). Demikian disebabkan industry yang tidak memiliki komitmen dalam menjaga udara yang bersih dan menyehatkan.
Moralitas Manusia
Sebagai ulul albab (kaum yang berpikir), sudah sewajarnya manusia memiliki moralitas (etika) dalam menjalani kehidupan. Moralitas itu bisa berbentuk dalam kesadaran bahwa membicarakan lingkungan adalah bagian dari membicarakan masa depan. Bagaimanapun Elon Musk ingin memindahkan kehidupan manusia ke Mars, jika manusianya tidak memiliki kesadaran, maka akan hancur juga. Tuhan sudah memberikan titah bahwa, silakan manusia mengambil apa yang telah alam siapkan, dengan catatan sesuai dengan kebutuhan. Karena keserakahan telah membutakan Nurani, sehingga banyak yang kebablasan.
Memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan adalah bagian komitmen dari keimanan seseorang. Komitmen itulah yang perlu diwujudkan dengan kesadaran yang ada. Bagi warga Muhammadiyah sendiri komitmen tersebut telah terwujud dalam pedoman hidup Islami warga Muhammadiyah yang telah dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah ke 44 di Jakarta yaitu:
Komitmen inilah yang harus diwujudkan secara Bersama oleh setiap umat Islam, termasuk di dalamnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang merupakan bagian dari Muhammadiyah. Melalui ikhtiar inilah, kita maksimalkan kesadaran secara kolektif dalam membangun kehidupan, serta memanifestasikan firman-firman Tuhan sebagai tugas dari manusia sebagai khalifah.
Agenda IMM Ke Depan
Persoalan lingkungan adalah persoalan perbaikan kehidupan hajat hidup orang banyak. Buya Hamka sendiri mengatakan dalam Tafsir Al Azhar bahwa jika ada satu manusia yang memikirkan dan merawat kehidupan satu orang manusia, maka ia seakan-akan telah menyelamatkan hidup orang banyak. Artinya adalah Ketika seorang manusia telah mampu memikirkan satu kehidupan manusia, pada dasarnya ia sedang memikirkan keberlangsungan kehidupan selanjutnya. Kurangnya kesadaran adalah salah satu penyebab terjadinya eksploitasi alam yang berlebihan untuk meraup keuntungan yang begitu besar.
Persoalan inilah yang kemudian sejalan dengan pemikiran Fritjop Capra bahwa kehidupan modern tidak memberikan ruang terhadap intuisi atau perasaan manusia dalam memahami alam semesta (Keraf, 2014). Seringkali manusia dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hati atau perasaan mereka terhadap alam. Bagi filsafat timur, keberadaan lingkungan adalah bagian dari pada kehidupan yang menyatu dengan manusia, sehingga menjaga alam adalah bagian dari pertahanan kehidupan manusia.
Sejalan dengan Muhammadiyah, melalui majelis lingkungan hidup PP Muhammadiyah telah berkomitmen untuk memitigasi perubahan iklim yang disebabkan oleh lingkungan hidup yang tidak lagi menyehatkan. Muhammadiyah berpandangan bahwa umat Islam sebagai civil society memiliki kekuatan besar untuk mampu bertanggungjawab terhadap persoalan lingkungan. Karenanya nilai-nilai yang ada dalam agama mengenai pentingnya menjaga kesimbangan lingkungan, bagian dari solusi untuk membentuk kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan berdasarkan iman dan ajaran agama yang dianut (Amri, 2012).
Tidak seperti orang tuanya (Muhammadiyah) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) justru cenderung lambat dalam merespon isu-isu lingkungan secara organisasi. Terhitung bidang lingkungan hidup secara structural di IMM baru ada pada tahun 2018 awal. Selama ini kader-kader IMM banyak terlibat di Lembaga lingkungan lain. Keberadaan mereka di Lembaga lingkungan hidup di luar IMM telah memberikan pemahaman dan pengalaman dalam merumuskan gerakan lingkungan hidup.
Puspa dan Muchtar menjelaskan bahwa dalam menangani isu lingkungan hidup dibutuhkan keterlibatan semua pihak, termasuk organisasi mahasiswa untk sejak dini dilibatkan dalam perumusan penanganan lingkungan hidup (Puspa & Muchtar, 2019). IMM yang memiliki basis mahasiswa tentunya memiliki kekuatan besar untuk mampu bergerak dalam merawat lingkungan hidup dengan berbagai kebijakan, seminar, diskusi dan aksi nyata baik dalam kampus maupun pada masyarakat umum.
Melihat perkembangan ini, setidaknya ada beberapa agenda kedepan yang bisa dilakukan oleh umat beragama dan IMM yaitu.
Pertama, adanya kesadaran berdasarkan iman bahwa melakukan kerusakan dan tidak menjaga lingkungan adalah bagian dari dosa besar yang dilakukan oleh manusia. Merusak lingkungan adalah pengingkaran terhadap ajaran agama khususnya dalam Islam, yang berarti tidak menjalankan perintah sang pencipta. Sudah saatnya kita mengjustifikasi orang-orang yang merusak alam di kategorikan seorang pendosa besar, sebab ia telah membunuh lingkungan dan manusia secara perlahan.
Kedua, melakukan edukasi dan contoh konkrit di lapangan, sehingga konsep-konsep yang berkembang tidak hanya menjadi utopis. Demikian juga, kesadaran akan pengelolaan lingkungan yang juga telah diatur dalam Undang-Undang 1945 pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Edukasi ini tentunya selain ditujukan kepada masyarakat umum, juga kepada pengambil kebijakan agar dalam pengelolaannya dapat memperhatikan aspek lingkungannya.
Tanpa disadari, dalam pengelolaan yang dilakukan oleh negara seringkali kebablasan dan berdampak kepada lingkungan hidup. Contoh kecilnya banjir yang melanda di salah satu daerah di Sulawesi Tenggara Ketika banjir bandang terjadi, justru material yang ikut ialah lumpur dan batang kayu yang berserakkan yang ikut terbawa arus. Hal ini disinyalir ada aktifitas pertambangan yang merusak Kawasan hutan. Edukasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan harus terus dilakukan agar terinternalisasi di dalam diri setiap manusia.
Ketiga, melakukan advokasi terhadap konflik lingkungan di masyarakat dalam rangka peningkatan ekonomi. Sebagaimana dijelaskan diatas, isu pembangunan ekonomi dan lingkungan seringkali berkaitan satu sama lain, sebab meningkatnya pembangunan ekonomi, juga berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Olehnya itu IMM perlu melakukan advokasi secara berkelanjutan.
Tiga agenda ini dalam pandangan say ajika konsisten dan berkelanjutan dilakukan, tentunya akan memberikan perubahan secara perlahan. Tulisan ini mencoba memberikan gambaran atau konsep baru dan kritik terhadap konsep yang ada. Semoga bermanfaat, semoga berkat rahmat illahi melimpahi perjuangan kita.