Solidaritas Indonesia, Terima Kasih Australia

Publish

21 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
76
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Solidaritas Indonesia, Terima Kasih Australia

Oleh: Haidir Fitra Siagian, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar / Ketua PRIM NSW Australia 2021/2022

Pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia dan Australia di Sydney telah berakhir dengan hasil yang cukup "menyedihkan” setidaknya bagi putraku, kekalahan bagi pasukan Garuda. Akibat kekalahan ini, peluang tim kebanggaan  ini,  masuk putaran final Piala Dunia nanti menjadi semakin tipis, jika tidak ingin mengatakan hilang ada sama sekali.

Walaubagaimanapun, seperti sering diungkapkan para orang tua, setiap peristiwa tetap saja ada pelajaran berharga yang bisa kita petik. "Pelajaran" dalam konteks ini  tentunya tidak merujuk pada pelajaran akademik semata, lebih dari itu adalah pada insight, pemahaman, atau nilai kehidupan yang dapat dipetik. Salah satunya adalah bagaimana pertandingan ini menjadi momen luar biasa yang memperlhatkan semangat dan solidariti diaspora Indonesia di Australia.

Stadion Allianz di Sydney menjadi saksi antusiasnya ribuan warga dan diaspora Indonesia yang datang untuk mendukung Garuda. Terdiri atas pelajar, pekerja, maupun permanent resident serta mereka yang sudah menjadi warga negara Australia yang memiliki darah ibu pertiwi. Dengan mengenakan atribut merah putih, mereka dengan semangat mengumandangkan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dan melambaikan bendera kebanggaan.

Hal ini dapat kita lihat sebagai sebuah kebanggaan penuh. Bukan sekadar dukungan untuk tim sepak bola, tetapi juga boleh dikatakan sebagai pengejawentahan kecintaan terhadap tanah air, sebagaimana digelorakan para pahlawan saat mengusir penjajah pada masa mempertahankan kemerdekaan bangsa kita. Seimangat perjuangan yang dulu ditunjukkan di medan perang kini tercermin dalam  kebanggaan saat mendukung tim nasional. Sepak bola menjadi simbol persatuan yang menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk bersatu dalam satu tujuan: membela nama bangsa di kancah internasional.

Dukungan terhadap tim nasional tidak hanya sebatas sorakan di stadion, tetapi juga menjadi cerminan identitas dan solidaritas sebagai bangsa. Saat lagu kebangsaan berkumandang dan bendera merah putih berkibar, ada rasa haru dan kebanggaan yang menyatukan seluruh pendukung di manapun mereka berada. Boleh jadi inilah bentuk nasionalisme modern, di mana semangat perjuangan para pahlawan yang telah gugur membela bangsa diteruskan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk melalui olahraga yang mampu menyatukan seluruh elemen anak bangsa.  

Tidak sedikit di antara mereka bahkan melakukan perjalanan jauh dari berbagai kota di Australia, termasuk dari Melbourne yang berjarak hampir 1.000 km dari Sydney. Perjalanan panjang ini menunjukkan bahwa identitas keindonesiaan tetap terpatri   erat di hati para perantau, meskipun mereka tinggal jauh dari kampung halaman. Mereka datang ke stadion dengan membawa bekal untuk berbuka puasa dan berbuka ketika magrib telah tiba.

Saya mendapat laporan dari putraku yang kini sedang kuliah dalam bidang Aid Care di Sunderland, pinggiran Kota Sydney, ikut bergembira di dalam stadion. Kehadirannya bersama ribuan warga Indonesia lainnya semakin menegaskan bahwa pertndingan ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang kebersamaan dan solidaritas nasional.

Dalam teori komunikasi antarbudaya, kata  Gudykunst dan Kim (2003), individu yang berada di lingkungan budaya berbeda kerap mengalami proses adaptasi, tetapi juga tetap mempertahankan identitinya.  Kehadiran diaspora Indonesia di stadion ini menjadi bukti bahwa meskipun mereka tinggal di negeri orang, rasa nasionalisme dan kebersamaan tetap padu.

Konsep imagined communities yang dikemukakan oleh Benedict Anderson (1991) pun berhubungan dalam konteks ini. Anderson berkata,  komunitas nasional tetap eksis meskipun anggotanya tidak selalu bertatap muka. Solidaritas yang terlihat di Stadion Allianz menunjukkan bahwa diaspora Indonesia tetap merasa menjadi bagian dari komunitas bangsa, meski berada jauh  di  negeri seberang.

Dulu, biasanya kami sering berkumpul sesama masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang organisasi, jika ada acara-acara keagamaan atau memenuhi undangan pejabat yang datang dari tanah air di Kantor KJRI, serta masjid-masjid yang dikelola oleh warga Indonesia. Atau dalam acara buka bersama atau pengajian di rumah warga Indonesia. Namun jumlahnya tentu terbatas. Tidak sebanyka yang hadir di stadion kemarin. Oleh karena itu, pertandingan ini menjadi kesempatan langka di mana warga Indonesia bisa berkumpul dalam jumlah yang sangat besar dan merasakan kebersamaan yang lebih luas.

Sepak bola tidak hanya sekadar olahraga, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang luar biasa. Menurut teori sport and identity yang dikembangkan oleh Maguire (1999), olahraga dapat memperkuat rasa identitas kolektif dan membangun kebersamaan dalam suatu kelompok. Dalam konteks pertandingan ini, sepak bola menjadi alat yang mempertemukan dan mempererat hubungan antarwarga Indonesia di Australia.

Dalam perspektif komunikasi politik, momen dukungan diaspora Indonesia terhadap Timnas di Sydney mencerminkan bagaimana identitas nasional tetap dipertahankan dan dikomunikasikan dalam ruang publik internasional. Sepak bola menjadi medium komunikasi politik yang efektif dalam memperlihatkan solidaritas kebangsaan, bahkan di luar batas geografis Indonesia. 

Sebenarnya pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan fenomena ini sebagai bagian dari diplomasi publik, di mana diaspora bukan hanya sekadar kelompok yang tinggal di luar negeri, tetapi juga aktor dalam memperkuat citra positif Indonesia dalam berbagai kancah  internasional. Kehadiran ribuan pendukung yang mengenakan atribut merah putih dan menyanyikan lagu kebangsaan menunjukkan bagaimana simbol-simbol negara tetap melekat kuat dalam diri warga negara, terlepas dari tempat tinggal mereka.

Dalam pengalaman pribadi penulis yang pernah bermukim di Adelaide Negara Bagian Australia Selatan dan Wollongong Negara Bagian New South Wales selama beberapa tahun, jarang sekali terjadi pertemuan besar warga Indonesia seperti ini. Merujuk artikel yang ditulis sahabat saya, Bahren Nurdin (2025), momen ini menjadi bagian dari saksi sejarah di Negeri Kanguru.  

Akhirnya, meskipun Timnas Indonesia tidak meraih kemenangan, semangat yang ditunjukkan oleh para pendukung di Australia adalah kemenangan tersendiri bahkan penting mendapat apresiasi tersendiri. Solidaritas dan kebersamaan yang terjalin di Stadion Allianz mencerminkan bahwa nasionalisme tidak pudar meskipun seseorang berada jauh dari tanah air.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko National Poultry Technical Concultant, LPCRPM PP Muhammadiyah bidang....

Suara Muhammadiyah

1 March 2024

Wawasan

Melestarikan Alam untuk Kemakmuran Bersama Oleh: Suko Wahyudi Tingginya tingkat kerusakan lingkun....

Suara Muhammadiyah

27 September 2023

Wawasan

Ada Apa Dengan Ekonomi Hijau? Oleh: M. Azrul Tanjung Sejatinya ekonomi hijau bertujuan meningkat....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Wawasan

Itikaf yang Membumi, Dari Ritual Menuju Aksi Sosial Berkeadilan Oleh: Firman Nugraha, widyaiswara d....

Suara Muhammadiyah

28 March 2025

Wawasan

Insan Rabbani Episentrum Perubahan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Oleh: Agusliadi Massere Saya,....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah