Menjalani Hidup dengan Tawakal

Publish

4 February 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
358
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menjalani Hidup dengan Tawakal

Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta

Tawakal adalah salah satu manifestasi dari keimanan yang mendalam kepada Allah SwT. Dalam menghadapi tantangan zaman yang penuh dengan ketidakpastian, tawakal menjadi pilar utama yang membimbing seorang mukmin untuk tetap teguh dan optimis. 

Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ghaib di langit dan di bumi, dan kepada-Nya-lah dikembalikan segala urusan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.  (Hud [11]: 123)

Dalam konteks modern, tantangan seperti krisis ekonomi, kemajuan teknologi, hingga konflik sosial dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian. Dengan tawakal, seorang muslim akan memiliki ketenangan hati karena yakin bahwa segala sesuatu berada dalam ketentuan Allah SwT. Sikap ini juga mencegah seseorang dari keputusasaan serta mendorongnya untuk terus berusaha dan bersabar.

Secara bahasa, tawakal berasal dari kata تَوَكُّل (tawakkul), yang berarti bersandar atau mempercayakan sesuatu kepada pihak lain. Secara istilah, Ibnu Rajab al-Hambali (wafat th. 795 H) berkata, “Tawakal ialah penyandaran hati dengan jujur kepada Allah SwT dalam upaya memperoleh kebaikan-kebaikan dan menolak bahaya-bahaya dalam seluruh urusan dunia dan akhirat.” Allah SwT berfirman, 

Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah SwT melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah SwT telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (At-Talaq [65]: 3)

Ayat ini menegaskan pentingnya tawakal, yaitu sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan usaha. Menurut Al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma'ani, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Beliau juga mengatakan bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak dalam menetapkan segala sesuatu dan telah menentukan takdir bagi setiap makhluk-Nya. Dengan demikian, seorang mukmin yang bertawakal akan merasakan ketenangan jiwa karena menyadari bahwa segala urusan berada dalam kendali Allah yang Maha Bijaksana.

Dan mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami? Dan kami sungguh akan bersabar terhadap gangguan yang kalian lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal berserah diri. (Ibrahim [14]: 12)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. (Al-Anfal [8]: 2)

Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi merupakan sikap menyerahkan hasil akhir kepada Allah SwT setelah melakukan ikhtiar terbaik. Atau dengan kata lain Namun, tawakal harus diiringi dengan ikhtiar.

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, ''Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rezekiku datang sendiri". Maka beliau berkata, "Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi SaW telah bersabda.

“Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku melalui tombakku”

Dan beliau bersabda,

“Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah memberimu rezeki sebagaimana yang diberikanNya kepada burung-burung, berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang“.

Dalam hadits tersebut dikatakan, burung-burung itu berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari rizki.

Selanjutnya Imam Ahmad berkata, "Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita."

Banyak orang mungkin memiliki persepsi bahwa tawakal hanya berarti pasrah dan menyerah kepada keadaan, tetapi sesungguhnya tawakal adalah sikap yang penuh makna dan kedalaman. Tawakal mengajarkan kita untuk menggabungkan dua unsur penting dalam kehidupan: usaha yang maksimal dan kepasrahan total kepada Allah SwT. Sebuah kombinasi yang sempurna antara ikhtiar dan tawakal akan menghasilkan ketenangan batin dan kebijaksanaan dalam menghadapi segala bentuk tantangan hidup.

Seorang muslim diperintahkan untuk berusaha sekuat tenaga dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini terlihat dalam banyak ayat Al-Qur'an yang mendorong seorang muslim  untuk bekerja keras dan melakukan ikhtiar. Allah SwT berfirman,

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah [2]: 286)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SwT memberikan kemampuan bagi setiap hamba-Nya untuk berusaha, dan ia akan diberi pahala sesuai dengan usahanya. Ikhtiar atau usaha adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai manusia. Seperti dalam kehidupan sehari-hari, kita dituntut untuk bekerja, belajar, dan berinovasi agar dapat mencapai tujuan kita, entah itu dalam karier, pendidikan, keluarga, atau aspek kehidupan lainnya.

Namun, ikhtiar saja tidak cukup. Islam mengajarkan bahwa kita harus mengiringi setiap usaha dengan tawakal. Tawakal adalah sikap hati yang menerima ketentuan Allah SwT setelah kita melakukan usaha terbaik yang kita mampu. Hal ini sejalan dengan firman-Nya:

Katakanlah, "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami." Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal. (At-Taubah [9]: 51)

Tawakal bukanlah sikap menyerah tanpa usaha, melainkan penyerahan hasil akhir kepada Allah SwT setelah kita melakukan usaha terbaik. Ini adalah bentuk kepercayaan kita kepada Allah SwT bahwa Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita, bahkan jika itu berbeda dari apa yang kita harapkan. Tawakal memberi kita ketenangan batin karena kita meyakini bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh-Nya, dan kita hanya perlu berusaha dengan sungguh-sungguh, lalu menyerahkan hasilnya.

Dalam bukunya Tafsir al-Azhar, Buya Hamka mengingatkan bahwa tawakal adalah sikap penuh keyakinan bahwa segala hasil dari usaha kita adalah bagian dari takdir Allah SwT, yang lebih besar dari apa yang bisa kita rencanakan. Usaha (ikhtiar) adalah kewajiban manusia, sedangkan tawakal adalah penyerahan diri yang total kepada Allah SwT setelah melakukan usaha terbaik. Ini adalah bentuk pengakuan atas kehendak Allah SwT yang tak terduga dan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. 

Lebih jauh Buya Hamka juga menerangkan bahwa tawakal membuat seseorang tidak mudah putus asa, karena ia selalu percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik meskipun tidak selalu sesuai dengan harapan atau rencana awal kita. Dengan tawakal, hati kita lebih tenang, lebih sabar, dan siap menerima apapun yang datang, karena kita yakin Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan kita.

Mengamalkan Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk menerapkan tawakal dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat melakukan beberapa langkah berikut:

1. Memiliki Keyakinan Penuh kepada Allah SwT

Tawakal dimulai dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah SwT. Oleh karena itu, penting untuk selalu menyadari bahwa setiap usaha dan hasilnya adalah bagian dari takdir-Nya.

Kemudian apabila kamu telah mengambil keputusan, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Al-Imran [3: 159)

2. Berusaha dengan Maksimal

Tawakal tidak berarti pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, seseorang harus berusaha sebaik mungkin dalam setiap tindakan yang diambil, baik dalam pekerjaan, pendidikan, atau hubungan sosial. Usaha ini harus diiringi dengan doa dan niat yang tulus. Rasulullah SaW bersabda:

"Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung itu berangkat pagi dalam keadaan lapar dan kembali sore dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi)

3. Menerima Hasil dengan Lapang Dada

Setelah berusaha, tawakal mengajarkan untuk menerima hasil dengan lapang dada, baik itu sesuai harapan atau tidak. Kepercayaan bahwa Allah memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya sangat penting dalam hal ini.

Katakanlah, "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami." Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal. (At-Taubah [9]: 51)

4. Berdoa dan Memohon Pertolongan Allah SwT

Seseorang yang tawakal selalu mengingat Allah SwT dalam setiap langkahnya. Doa adalah sarana untuk meminta pertolongan Allah SwT, memohon agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. (Al-Baqarah [2]: 186)

Doa adalah bentuk tawakal kepada Allah, dengan memohon pertolongan-Nya dalam setiap urusan.

5. Bersyukur atas Segala Nikmat

Salah satu bentuk tawakal adalah dengan bersyukur atas segala nikmat yang diterima, baik yang besar maupun yang kecil. Rasa syukur memperkuat iman dan menunjukkan kepercayaan bahwa Allah SwT memberikan apa yang terbaik untuk kehidupan kita.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim [14]: 7)

Syukur merupakan bentuk tawakal karena dengan bersyukur, kita menunjukkan kepercayaan bahwa segala nikmat adalah pemberian Allah SwT.

6. Menghindari Kekhawatiran yang Berlebihan

Tawakal mengajarkan kita untuk tidak terlalu khawatir tentang masa depan. Menyandarkan segala kekhawatiran kepada Allah dapat membantu seseorang untuk lebih tenang dan fokus pada upaya yang sedang dijalankan.

"Janganlah kalian mencemaskan rezeki yang akan datang. Karena Allah sudah menjamin rezeki itu, dan Dia akan memberikannya kepada kalian sesuai dengan yang sudah ditentukan-Nya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengingatkan umat Islam untuk tidak khawatir tentang masa depan, karena segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah.

7. Berpikir Positif dan Optimis

Tawakal juga mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif dan optimis terhadap masa depan. Keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik akan membawa ketenangan dalam menghadapi segala cobaan.

Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Ash-Sharh [94]: 5-6)

Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu optimis dan yakin bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya dengan izin Allah SwT.

Kedudukan Tawakal

Tawakal memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Tawakal adalah bentuk ketergantungan penuh kepada Allah setelah seseorang berusaha dengan maksimal. Allah SwT berfirman:

Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS. Al-Ahzab: 3)

Tawakal memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim karena:

1. Tawakkal merupakan perintah Allah SwT dan merupakan tanda keimanan seorang hamba. Allah SwT berfirman:

Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allâh jika kamu benar-benar beriman. (Al-Mâˈidah [5]: 23)

Juga firman-Nya :

Dan hendaklah bertawakal hanya kepada Allâh saja orang-orang yang beriman. (Ibrahim [14]: 11)

2. Tawakal juga merupakan perintah Allah SwT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SaW. Allah SwT antara lain berfirman memerintahkan Beliau SaW :

Maka bertawakallah engkau (Hai Muhammad), karena sesungguhnya engkau berada pada kebenaran yang nyata. (An-Naml [27]: 79)

Dan bertawakallah engkau (Hai Muhammad) kepada Allâh Yang Maha Hidup, yang tidak pernah akan mati selama-lamanya, dan bertasbihlah dengan memujiNya. (Al-Furqan [25]: 58)

3. Tawakal merupakan sifat para nabi dan rasul. Allâh SwT berfirman antara lain :

Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allâh padahal Dia telah memberi petunjuk kepada kami tentang jalan kami. (Ibrahim [14]: 12)

Tawakal juga merupakan sifat dan pola hidup para Sahabat Nabi dan orang-orang yang beriman. Allâh SwT berfirman :

Yaitu orang-orang (para Sahabat Nabi Radhiyallahu anhum) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah menghimpun pasukan untuk menyerang kamu, maka takutlah kamu kepada mereka”. Tetapi perkataan ini justeru menambahkan (kuatnya) keimanan para sahabat Nabi dan mereka menjawab: “Cukuplah Allâh menjadi Penolong kami dan Allâh adalah sebaik-baik Pelindung”. (Ali -Imran [3]: 173)

Allah SwT juga berfirman:

Orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang apabila disebut nama Allâh, maka hati-hati mereka akan tergetar ketakutan, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh, maka ayat-ayat itu akan menambah keimanan mereka dan mereka hanya bertawakal kepada Rabbnya. (Al-Anfal [8]: 2).

5. Tawakkal membawa pelakunya serba kecukupan dan masuk surga. Allah SwT berfirman:

Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allâh, niscaya Allâh akan mencukupi (segla kebutuhan)nya. (Ath-Thalaq [65]: 3)

Rasulullah SaW bersabda menjawab pertanyaan para Sahabatnya tentang tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab :

Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta untuk diruqyah, tidak bertathayyur (takhayul dan khurafat),tidak melakukan pengobatan dengan cara kay, dan mereka bertawakal kepada Rabbnya. (HR. Bukhari dan Muslim) 

Itulah beberapa alasan, mengapa kedudukan tawakal itu penting dan merupakan ibadah yang sangat mulia. Jika setiap muslim mampu bertawakal dengan benar, maka kehidupannya akan demikian indah, meskipun sering diwarnai oleh ujian, cobaan dan tantangan.

Tawakal adalah sikap yang mengajarkan kita untuk terus berusaha sebaik mungkin,sas namun tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah SwT. Dalam setiap tantangan hidup, baik itu dalam bidang ekonomi, pendidikan, atau masalah sosial, tawakal membawa ketenangan dan kekuatan batin. Dengan tawakal, seorang muslim  tidak hanya menjadi hamba yang ikhlas, tetapi juga hamba yang optimis, penuh harapan, dan yakin bahwa Allah SwT selalu memberikan yang terbaik.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Merawat Spirit ‘Idul Fitri Oleh Muhammad Qorib, PWM Sumatera Utara dan Dekan FAI UMSU &lsquo....

Suara Muhammadiyah

8 April 2024

Wawasan

Indonesia Emas 2045 dengan Merawat Generasi Sehat dan Cerdas Oleh : Dr. dr. H. Andi Sofyan Hasdam, ....

Suara Muhammadiyah

12 February 2024

Wawasan

Muslim Memuliakan Nabi Isa Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Islam men....

Suara Muhammadiyah

25 December 2023

Wawasan

Tafsir Sejarah Bangsa: Keharusan Menulis Pejuang Muslim Oleh: Saidun Derani Ada sebuah kejadian ta....

Suara Muhammadiyah

10 December 2023

Wawasan

Bandara Kematian - Catatan Perjalanan Oleh: Machnun Uzni, Wakil Sekertaris PWM Kaltim, Owner Sang S....

Suara Muhammadiyah

4 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah