Meraih Gelar Kehormatan

Publish

5 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
466
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Meraih Gelar Kehormatan 

Oleh : Dr. Amalia Irfani, M.Si., Dosen IAIN Pontianak/Sekretaris LPP PWM Kalbar 

Apakah anda setuju jika nilai pendidikan dulu dan sekarang mengalami pergeseran?. Jika dulu pendidikan identik dengan perjuangan, pantang menyerah, semangat  yang akhirnya melahirkan kebahagiaan karena telah bermanfaat dan mengangkat derajat hidup orang banyak dengan pengamalan ilmu yang didapat.  

Maka seiring perubahan zaman terjadi pergeseran nilai. Kemudahan akses komunikasi mempengaruhi cara berpikir bahkan kebanggaan saat telah meraih gelar pendidikan di segala jenjang pendidikan. Teranyar, gelar mudah didapatkan  karena memiliki hubungan baik dengan politik tertentu. 

Para guru besar yang mendaki satu-satu anak tangga dengan durasi panjang sebelum sampai ke puncak tentu menitikkan air mata kekecewaan, karena efeknya tidak semata menghilangkan esensi kejujuran dan menurunkan derajat ilmu. Tetapi yang terpenting menggerus secara perlahan penilaian generasi  tentang urgensi profesionalitas dan kebermanfaatan ilmu, karena bisa didapatkan oleh siapa saja dengan syarat ketentuan berlaku. Sedangkan kita bersepakat bahwa ilmu berpondasi pada keluhuran nilai dibuktikan dedikasi dan kerja keras bukan karena belas kasih atau bonus agar dipandang berilmu. 

Masih hangat menjadi buah bibir dalam berbagai forum diskusi tentang gelar kehormatan yang dulu jamak honoris causa doktor, sekarang merambah ke jabatan akademik honoris causa profesor. Mengutip pesan moral  Prof. Ari Purbayanto, Direktur Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dalam webinar yang diselenggarakan oleh Forum Doktor dan Profesor Insan Cita, Minggu 4 Agustus 2024 secara daring.

Menurutnya menjadi seorang profesor bukan hanya sebab karena ilmu yang mumpuni, tetapi juga kedewasaan berpikir, memiliki kebermanfaatan tidak sekedar hanya capaian semata. Pribadi pun menjadi indikator sehingga individu layak disapa Profesor. Ia pun menggaris bawahi jika ukuran salah satunya adalah tulisan, maka tulisan harus orisinil bukan plagiat atau menggunakan jasa orang lain serta memiliki nilai untuk orang banyak. 

Keberkahan Gelar dan Jabatan 

Penulis berasumsi bahwa pangkat/kedudukan harus  diberikan kepada seseorang karena profesionalitas dan dapat diukur/dibuktikan. Jika ia dosen maka pendidikan akademik tertinggi yang harus dicapai adalah strata tiga (doktor), sebelum akhirnya mendapat tanda jasa kehormatan dari negara dalam jabatan profesor karena dedikasi dan konsistensi  terhadap ilmu pengetahuan.

Kemudian jika ia adalah pengayom masyarakat, sebutlah struktural di pemerintahan, maka ia pun harus diberikan jabatan karena loyalitas, misalnya pejabat lurah, camat dan lainnya karena jenjang karir, diklat, masa kerja dan dianggap cakap. Sejatinya apapun jabatan ruang publik  memiliki ruang pengabdian yang sama, jika tujuannya untuk mendapatkan pahala Allah SWT. 

Maka tidak mengherankan siapa pun yang berpikitsetuju bahwa syarat pemimpin diantaranya memiliki integritas, menginspirasi, mampu berkomunikasi dengan baik dan problem solving. Mengapa pointer tersebut harus ada, karena tugas berat yang diemban bukan karena sekedar prestise untuk dianggap keren, beribawa, dan terhormat tetapi sebuah amanah untuk kemaslahatan masyarakat bangsa dan negara. Allah SWT berfirman, Ambillah sebenarnya orang yang paling baik yang kamu untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS al-Qashash [28]: 26).

Harus kita ingat jabatan memiliki batas waktu dan pasti berakhir. Maka, berusahalah kita saat amanah itu berakhir kita tutup dalam keadaan husnul khotimah, jangan sebaliknya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Hikmah Hijrah (Serial Kehidupan SAW)  Oleh : Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univers....

Suara Muhammadiyah

27 September 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Kapan kemenangan dari Allah akan datang? Banyak orang yang mengajukan pertanyaa....

Suara Muhammadiyah

13 November 2023

Wawasan

SIAP TEMPUR Oleh: Joko Intarto ---------------Pengembangan platform penghimpunan wakaf uang dengan....

Suara Muhammadiyah

24 November 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Pernahkah Anda berpikir apakah....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Wawasan

Berbeda Tetapi Bersatu Oleh: Dr Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Ja....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah