Merajut Jalan Baru Cabang, Ranting dan Masjid di Timur Indonesia

Publish

15 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
44
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Catatan Perjalanan Menghadiri Regional Meeting LPCRPM Se- Indonesia Timur

Episode Ke-3: Merajut Jalan Baru Cabang, Ranting dan Masjid di Timur Indonesia

Oleh: Furqan Mawardi, Ketua Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting, Masjid dan Pesantren PWM Sulawesi Barat

Fajar hari Jumat, 5 September 2025, menyapa lembut di bumi Gorontalo. Udara masih segar ketika kami beranjak menuju masjid di Asrama Haji untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Setelah salam terakhir, jamaah tidak langsung bubar. Seorang peserta utusan dari Sorong, Papua, Ustadz Muhammad Adnan Firdaus, berdiri mengisi kultum. Suaranya teduh, pesannya sederhana namun dalam. Dakwah tidak mengenal batas pulau, semua daerah punya potensi untuk melahirkan cahaya Islam. Setelah kultum, saya berkenalan langsung dengan beliau. Ternyata beliau alumni Pondok Darul Arqam Gombara Makassar, Pondok kader Muhammadiyah di Sulawesi Selatan yang telah melahirkan orang-orang hebat. Ustadz Syamsi Ali,  imam di Islamic Center of New York salahsatunya. Obrolan hangat pun mengalir tentang tantangan dakwah di tanah Papua, tentang ranting-ranting kecil yang tumbuh, hingga cita-cita besar agar Islam rahmatan lil ‘alamin bisa dirasakan semua umat. Beberapa peserta lain ikut bergabung. Percakapan pagi itu begitu hidup, penuh ide dan semangat saling berbagi.

Usai sarapan, tepat pukul 08.00, rangkaian materi resmi dimulai. Hari itu, agenda besar adalah sosialisasi sistem digital Muhammadiyah: SICARA (Sistem Informasi Cabang dan Ranting), SIMASMu (Sistem Informasi Masjid Muhammadiyah), dan NotulenMu. Tim LPCR Pimpinan Pusat yang dipandu Mbak Ela dan Mas Arwan memandu seluruh peserta dengan sabar. Mereka tidak hanya menjelaskan, tetapi juga membuka akun satu per satu, membimbing peserta hingga paham cara mengoperasikan. Saya tertegun melihat betapa maju dan visionernya Muhammadiyah. Bayangkan, setiap cabang, ranting, dan masjid akan terdata rapi. Siapa-siapa pengurusnya, Sknya, di mana lokasinya, kegiatan apa saja yang dijalankan, presensi setiap kegiatan, bahkan dokumentasi rapat bisa tersimpan lengkap. Dengan satu klik, kita bisa tahu mana cabang yang aktif, mana ranting yang butuh perhatian. Bukan sekadar sistem informasi, ini adalah peta hidup dakwah Muhammadiyah.

Menjelang Jumat, sesi dihentikan sejenak. Kami menuju masjid terdekat untuk shalat Jumat. Usai khutbah, panitia sudah menyiapkan makan siang khas Gorontalo. Menu sederhana, namun terasa nikmat karena disantap bersama di tengah keakraban.

Setelah istirahat sejenak, acara berlanjut, giliran tiap wilayah mempresentasikan laporan perkembangan cabang, ranting, dan masjid setiap wilayahnya. Saya mendapat kesempatan mewakili Sulawesi Barat. Dengan slide PowerPoint yang berisi data, grafik, dan foto-foto kegiatan, saya memaparkan capaian-capaian di enam kabupaten di Sulawesi Barat. Ada kabupaten yang sudah melampaui target 60% pendirian PCM, namun ada juga yang masih jauh dari harapan, terutama pada level ranting yang baru mencapai sebagian kecil target 40%. Sebelum presentasi, saya mengajak seluruh peserta berdiri, menyanyikan mars LPCR dengan penuh semangat. Aula yang semula agak sunyi karena baru selesai makan siang dan beberap peserta sudah mulai ngantuk, mendadak bergema penuh energi. Wajah-wajah peserta kembali cerah, tangan mereka bertepuk seirama, hati pun ikut bergelora. Suasana menjadi cair, penuh persaudaraan. Diskusi-diskusi yang lahir sesudahnya pun lebih hidup. Ada masukan, ada kritik, tetapi semuanya dalam bingkai saling menguatkan. Tidak ada yang merasa lebih unggul, yang ada hanyalah saling menyemangati untuk memajukan cabang, ranting dan masjid di daerah masing-masing.

Menjelang sore, sekitar pukul 16.30, kami diajak menuju Masjid Darul Arqam Muhammadiyah Gorontalo. Masjid empat lantai yang megah itu menyambut kami dengan wibawa sekaligus kehangatan. Dari lantai teratas, mata kami dimanjakan panorama Kota Gorontalo dengan langit senja yang perlahan merona jingga. Angin sore berhembus sejuk, obrolan antar peserta kembali mengalir, kali ini lebih ringan namun tetap sarat makna, tentang mimpi-mimpi besar membangun masjid yang bukan hanya tempat shalat, tetapi pusat peradaban.

Adzan Maghrib berkumandang, kami pun larut dalam jamaah. Seusai shalat, Ketua LPCR Pimpinan Pusat, Pak Jamal, menyampaikan kultum. Pesannya begitu menyejukkan: “Bermuhammadiyah itu harus dengan hati gembira. Jangan suka marah, jangan suka curiga. Kalau di Muhammadiyah kita berbuat baik, maka kita akan bergembira di dunia, dan kegembiraan itu akan berlipat di akhirat kelak.” Kata-kata itu menancap kuat, menjadi pengingat bahwa dakwah harus dibalut dengan kebahagiaan.

Setelah kultum, kami turun ke aula masjid. Panitia telah menyiapkan jamuan makan malam yang luar biasa lengkap, mulai dari menu utama hingga es buah yang segar. Sambil makan, suasana penuh canda dan cerita. Tidak lama, acara dilanjutkan dengan paparan dari pengurus Masjid Darul Arqam. Mereka menjelaskan betapa masjid ini bukan hanya megah secara fisik, tetapi juga hidup dengan berbagai kegiatan. Shalat lima waktu, pengajian rutin, majelis taklim, pemberdayaan anak muda, kegiatan sosial, hingga program makan gratis. Bahkan, masjid ini menopang lembaga pendidikan dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Masjid bukan sekadar bangunan, tetapi benar-benar pusat peradaban. Menghidupkan otak dengan ilmu, menguatkan hati dengan ibadah, dan menyejahterakan umat dengan ekonomi. Saya tertegun, ini adalah gambaran ideal bagaimana seharusnya masjid Muhammadiyah berfungsi.

Malam semakin larut, namun semangat kami tidak padam. Sekitar pukul 21.30, acara ditutup dengan foto bersama di depan masjid. Senyum peserta merekah, meski lelah mulai terasa. Dalam perjalanan pulang ke asrama, saya merenung, betapa padat kegiatan hari ini, betapa banyak ilmu dan inspirasi yang kami serap. Meski fisik terasa letih, hati justru penuh bahagia. Inilah nikmatnya bermuhammadiyah, lelah badan, tapi otak dan  nurani terisi.

Hari kedua pun berakhir. Namun yang sesungguhnya lahir hari itu bukan hanya catatan kegiatan, melainkan keyakinan baru bahwa masjid bisa dan harus menjadi pusat peradaban Islam modern dan sekaligus pemberi solusi dari berbagai macam masalah. Sesuai dengan tagline yang selalu diungkapkan  oleh seluruh peserta, “Apapun masalahnya, masjid solusinya”. Dan dari Gorontalo, semangat itu akan terus bergaung, hingga ke pelosok Sulawesi Barat, bahkan ke seluruh Indonesia..(Bersambung...)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Makassar selama dua hari meng....

Suara Muhammadiyah

28 July 2024

Berita

SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Lantunan musik kosidahan menyambut kedatangan tamu undangan. Maje....

Suara Muhammadiyah

13 October 2024

Berita

PEMALANG, Suara Muhammadiyah - Liburan sekolah telah tiba, saatnya para pelajar menikmati liburan pa....

Suara Muhammadiyah

26 December 2023

Berita

PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pekalongan menye....

Suara Muhammadiyah

7 July 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pada sesi terakhir Pengajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

25 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah