Merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Bersama Suku Bajo
WAKATOBI, Suara Muhammadiyah - Suku Bajo dikenal sebagai suku yang memiliki budaya maritim. Mereka memiliki kedekatan yang kuat dengan laut. Hal ini terlihat dalam perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 yang digelar tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tapak Pengabdi Khatulistiwa (Tabik) generasi 4 dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
“Salah satu program KKN adalah pelestarian budaya Bajo, yang implementasinya dalam festival budaya dan seni. Acara digelar terapung dengan memanfaatkan perahu, jadi tidak ada material yang habis pakai. Ini sekaligus untuk edukasi pentingnya kebersihan,” ujar Lutfi Hidayat, ketua tim KKN Tabik UMY pada Senin (19/8).
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY ini menambahkan bahwa persiapan dan pelaksanaan dilakukan kolektif gotong royong dengan warga Bajo yang tinggal di Desa Mola Nelayan Bakti, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Festival budaya menampilkan seni tari tradisional Bajo, pencak silat, dan tarik tambang dengan perahu. Para penampil adalah anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, dan karang taruna desa Mola Nelayan Bakti.
Kiprah KKN Tabik UMY mendapat apresiasi dari kepala Bank BRI unit Wangi-wangi Wakatobi, Agusalim. “Apa yang dilakukan mahasiswa KKN Tabik dari UMY dengan festival budaya dan seni sangat bagus, karena mampu mengundang partisipasi masyarakat,” ujar Agusalim.
Program KKN UMY di Wakatobi telah berjalan dua tahun. Masyarakat suku Bajo yang tinggal di desa Mola Nelayan Bakti mendukung sepenuhnya KKN UMY dengan terlibat dalam berbagai program KKN.
Ada tujuh belas mahasiswa UMY yang ikut KKN Tabik di Wakatobi. Mereka adalah Rizki Aditya Nugraha (ilmu pemerintahan), Adisty Sefiani (hubungan internasional), Afief Djendral Qoerbaya (hubungan internasional), Wasesa Berlianto (manajemen), Luqman Siddiq Annartu (ilmu ekonomi), Bunga Annalies Flo (ilmu komunikasi), Elsa Maya Sadifa (hubungan internasional), Muhammad Haikal Arsyadi (teknik sipil), Akhbar Syifa Dwi Cahyo (ilmu pemerintahan).
Kemudian Mohammad Gandhi Surya Falsafah (hubungan internasional), Widiya Lestari (hubungan internasional), Fajar Shadiq Siswata (ilmu ekonomi), Kamaruddin Alamsyah (ilmu ekonomi), Muhammad Rizki Ramadhan (teknik sipil), Aulia Nabila (hubungan internasional), A. Luthfi Hidayat (ilmu pemerintahan), dan Jefri Hadi Astajib (hubungan internasional). Sedangkan dosen pembimbing lapangan adalah Fajar Junaedi (ilmu komunikasi).
KKN Tabik UMY di Wakatobi, Berdayakan Masyarakat Dalam Isu Sampah
Hingga saat ini, isu sampah di Indonesia terus menjadi permasalahan kompleks yang tak kunjung mereda meski sudah banyak inovasi yang ditawarkan. Isu sampah ini lambat laun akan memberikan dampak yang dapat mengancam manusia, baik itu dalam aspek lingkungan sampai aspek ekonomi dan sosial. Dari lingkungan tersebut, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung dalam Tapak Pengabdi Khatulistiwa (Tabik) generasi empat melaksanakan program pengabdian masyarakat selama 40 hari di Desa Mola Nelayan Bhakti, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tabik UMY generasi empat mengangkat isu sampah sebagai pedoman serta latar belakang dalam membentuk program kerja yang dilakukan mulai dari tanggal 25 Juli – 3 September 2024 dan diikuti oleh 17 mahasiswa. Uniknya, program kerja yang dicetuskan dalam pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh UMY ini mencakup beberapa bidang seperti lingkungan, budaya, dan pendidikan.
“Sebetulnya pemberdayaan yang kami bawa bertumpu pada isu sampah. Kondisi geografis desa yang cukup unik, karena didominasi oleh laut menjadi tantangan sendiri untuk kami dalam mengedukasi masyarakat. Walau dengan demikian, ada beberapa program kerja yang kami laksanakan yaitu sosialisasi masif door – to – door, gotong royong pembuatan gerobak sampah, pengadaan tong sampah di beberapa titik desa, lomba kebersihan lorong, dan festival budaya,” ujar Rizki Aditya wakil ketua tim KKN Tabik UMY generasi keempat, saat diwawancarai pada Rabu (28/08).
Istimewanya, pada saat Hari Kemerdekaan Indonesia beberapa waktu lalu kelompok generasi keempat turut merancang dan melaksanakan Festival Budaya Suku Bajo yang hanya dilakukan satu tahun sekali. Adit menjelaskan bahwa penampilan pada kegiatan budaya ini mengangkat kekayaan budaya dari Suku Bajo yang bertujuan untuk mengingatkan masyarakat Bajo yang mulai meninggalkan nilai-nilai adat karena adanya pergeseran zaman. Festival tersebut dilakukan di atas laut sebagai upaya untuk mengentaskan permasalahan sampah, karena sangat minim menggunakan material sekali pakai.
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan ini pun menjelaskan bahwa program KKN di bidang pendidikan direalisasikan dengan adanya program “Ayo Belajar” dan pembuatan film dokumenter.
“Selain itu, kami juga melihat adanya isu rendahnya kesadaran pendidikan sehingga kami juga membuat program kerja di bidang pendidikan. “Ayo Belajar” menjadi salah satu program sekolah alternatif untuk anak-anak usia Sekolah Dasar. Kedua, ada juga program pembuatan film dokumenter. Dengan adanya pembuatan film tersebut, nantinya diharapkan dapat menjadi media untuk memperkenalkan budaya Suku Bajo yang memiliki hubungan kuat dengan laut,” pungkas Adit.
Untuk ke depannya, wakil ketua KKN Tabik UMY ini pun berharap masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Mola di Wakatobi dapat lebih peduli dan peka terhadap lingkungan. Adit juga berharap nantinya masyarakat Mola secara mandiri dapat melakukan pengelolaan sampah, sebab apa yang kelompok KKN Tabik UMY generasi 4 lakukan hanya sebuah inkubator supaya lingkungan Desa Mola Nelayan Bhakti menjadi sehat. (NF)