MAGELANG, Suara Muhammadiyah - Sabtu (24/02) pagi, di atas sebuah panggung di Lapangan drh. Supardi, ada pemandangan tak biasa. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein bersama Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah, Jumari.
Kemudian ada Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Magelang, Eko Prasetyo bersama jajaran PDM lainnya dan Efi Nurul Utami, Kepala SMP M Plus Gunungpring. Mereka tampak senang bermain gangsing bersama, permainan yang biasa dilakukan anak-anak di masa lalu.
Bagaimana bisa mereka bermain gangsing bersama di tempat itu? Ternyata mereka bermain gangsing dalam rangka “MPlus Dolanan Fest” yang digelar oleh SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring, Muntilan.
“Kami mengadakan Milad MPlus ke-17 dikemas dalam bingkai MPlus Dolanan Fest dengan tema Letakkan Gadgetmu Ayo Dolanan Bersamaku”, kata Efi Nurul Utami.
Tidak hanya itu, digelar juga main angklung bersama dipandu oleh seniman Abet dari Kampung Dolanan Borobudur, Magelang.
Acara ini, imbuh Efi, dihadiri sekitar 1000 orang siswa beserta orang tua/wali mereka.
“Seribu peserta main angklung kemudian ada juga 1000 peserta bermain mainan tradisional yang dikemas dalam game bersama bersama,” imbuhnya.
MPlus Dolanan Fest menjadi acara puncak peringatan Milad ke-17 SMP yang berlokasi di Karaharjan, Gunungpring ini. Milad ke-17 MPlus sendiri jatuh pada 24 Januari 2024 silam.
Slamet Ahmad Husein dalam sambutannya mengapresiasi acara yang juga merupakan rangkaian penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Barangkali baru SMPM Plus Gunungpring, Muntilan saja yang melaksanakan gelar karya di Pendopo drh. Supardi hari ini, mendahului Kabupaten Magelang yang kita merencanakan gelar karya besok bulan Mei,” katanya.
Dia juga mengucapkan selamat atas Milad ke-17 MPlus dan digelarnya acara yang menurutnya sangat megah tersebut.
Tafsir, Ketua PWM Jawa Tengah juga menyampaikan apresiasi karena baru kali ini sekolah Muhammadiyah di Jawa Tengah melaksanakan festival dolanan.
“Ini bagian dari inovasi pendidikan Muhammadiyah dan yang saya tahu di Jawa Tengah, inilah pertama yang saya temui, festival dolanan untuk sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya.
Menurutnya, festival dolanan bisa dilihat dari 2 sisi, apresiasi terhadap karya budaya dan sebagai hiburan.
“Karya budaya bagi Muhammadiyah itu bisa menjadi alat dakwah. Dakwah akan kering tanpa kreatifitas budaya, dakwah akan kaya kalau mampu membangun kreatifitas budaya,” imbuh Tafsir.
Ditambahkannya, dengan budaya, agama menjadi mengakar di masyarakat, mudah diterima masyarakat dan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut juga diluncurkan secara simbolis buku antologi karya para siswa MPlus Gunungpring dengan judul “Letakkan Gadgetmu, Ayo Dolanan Bersamaku”.
Selain itu, berbagai kegiatan lain juga dilaksanakan sebagai rangkaian dari Milad ke-17 MPlus diantaranya berbagai perlombaan yang diikuti oleh para siswa SD di Kabupaten Magelang. (Sapari)