Langkah Awal Menuju Pertukaran Pelajar Internasional
BANTUL, Suara Muhammadiyah – MTs Muhammadiyah Kasihan mendapat kehormatan istimewa hari ini dengan menerima kunjungan keluarga asal Jepang yang tengah berada di Indonesia. Keluarga tersebut, terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak—Yamada Hiyori dan Yamada Rizky—mengunjungi madrasah dengan tujuan memberikan pengalaman langsung bersekolah di Indonesia bagi putri mereka, Hiyori, yang saat ini duduk di tingkat SMP di Jepang.
Kunjungan dimulai di ruang tamu madrasah, di mana pihak sekolah menyambut hangat keluarga Yamada dan berdialog mengenai niat mereka untuk menjajaki kemungkinan Hiyori bersekolah di MTs Muhammadiyah Kasihan. Keluarga tersebut tampak antusias dan terbuka dalam berdiskusi mengenai sistem pendidikan di Indonesia.
Setelah pertemuan, Hiyori langsung mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris bersama para siswa kelas VIII. Meski merupakan pengalaman pertama bersekolah di Indonesia, Hiyori terlihat menikmati suasana kelas yang hangat dan bersahabat. Ia merasa terkesan dengan keramahan para siswa yang saling menyapa dan memperhatikannya, meskipun ia merupakan pendatang baru dari negara lain.
Kegiatan berlanjut di ruang digital madrasah, di mana terjadi perbincangan santai namun bermakna seputar sistem pendidikan di Jepang dan Indonesia. Dari diskusi ini, muncul ide menarik untuk menjalin komunikasi lebih lanjut dengan SMP Yahiko di Jepang, tempat Hiyori bersekolah, sebagai langkah awal menuju program pertukaran pelajar.
Kepala MTs Muhammadiyah Kasihan menyatakan bahwa jika inisiatif ini dapat direalisasikan, maka akan menjadi langkah positif dalam peningkatan mutu pendidikan dan mempererat hubungan antarbangsa melalui pengenalan budaya yang saling menghargai.
"Kami berharap ini bisa menjadi pintu awal bagi kerjasama yang lebih luas. Pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tapi juga tentang membangun jembatan antarbangsa melalui pengalaman dan kebersamaan," ungkapnya, Senin, 4 Agustus 2025.
Kunjungan keluarga Yamada menjadi momen berharga bagi MTs Muhammadiyah Kasihan, sekaligus pengingat bahwa pendidikan adalah sarana untuk mempertemukan perbedaan menjadi harmoni.