Muhammadiyah Banten dan Kesadaran Sejarah
Oleh: Saidun Derani
Menulis Sejarah Muhammadiyah Provinsi Banten merupakan sebuah keharusan karena menyangkut kepentingan “kesadaran sejarah” warga Muhammadiyah tentang eksistensi ormas yang dicintainya. Dalam konteks ini mengapa PWM Banten merasa penting membukukan napak tilas Gerakan Dakwah Muhammadiyah di Bumi Jawara dengan menunjuk sebuan tim riset dan penulisan.
Kegiatan penelitian dan penulisan masa lalu bukanlah pekerjaan mudah. Hal ini terkait rekaman dan ingatan dibalik lipatan waktu yang dinarasikan masa kini. Cara pandang ini menimbulkan masalah karena melihat masa lalu dengan kaca mata sekarang. Konteks zaman dan situasi kebatinan yang sudah berubah membutuhkan “keahlian” tersendiri melihat peninggalan artifact dan socialfact sesuai jiwa zamannya.
Cara pandang yang besifat “kekinian” inilah yang perlu diperhatikan sejarawan ketika mengungkapkan kejadian masa lalu sehingga tidak terjadi distorsi sejarah. Bukankah sejarah Muhammadiyah di Banten sudah “terendam” waktu cukup lama lalu diangkat jejak langkahnya sejak pra dan pasca kemerdekaan NKRI sampai zaman Reformasi sekarang (1920-2023).
Untuk itulah dibutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan (stake holder) di bawah komando PWM Banten dengan melakukan sosialisasi selama Ramadhan tahun 1443 H kepada seluruh PDM se-Banten. Lahirlah Team riset dan penulisan Sejarah Muhammadiyah Provinsi Banten dengan disupport tim riset dan penulisan Sejarah Muhammadiyah Provinsi Banten di masing-masing PDM.
Untuk itulah timbul beberapa pertanyaan di mana Muhammadiyah mulai bersentuhan dengan rakyat Banten. Kapan secara resmi Muhammadiyah berdiri dan bagaiman prosesnya sehingga mengapa masyarakat dapat menerimanya.
Studi ini menemukan bahwa masyarakat Banten mengenal Muhammadiyah di wilayah Pandeglang. Kisah ini berawal dari adanya kesadaran dari salah seorang tokoh Masyarakat di Desa Kubangkondang, Menes, bernama KH. Umar Jaya yang sangat prihatin melihat rakyat Pandeglang, Banten, tertinggal dalam masalah pendidikan (Islam).
Sekembali dari Haramain (Makkah dan Madinah) pasca muqim 11 tahun Umar Jaya mendidik anaknya untuk dijadikan penerusnya mengembangkan agama Islam dengan mendirikan Pondok al-Fatah di kampungnya yang dikenal dengan istilah “Bale” atau “Kobong al-Falah”.
Di lembaga pendidikan inilah tahun 1920 KH. Abdul Haq pasca studi Islam di Pondok Batu Bentar Pandeglang kemudian diteruskan di Sekolah Guru Muhammadiyah Menteng Jakarta, dan sempat belajar di Jam’iyatul Khair Al-Irsyad (didirikan tahun 1905) Jakarta mulai mengajarkan Islam di masyarakat Banten.
Selama studi di Jam’iyatul Khair Abdul Haq berteman baik dengan Muhammad Yunus Anis yang nantinya menjadi Ketua PP Muhammadiyah tahun 1959-1962. Kuat dugaan bahwa ketertarikan Abdul Haq dan kemudian bergabung di Persyarikatan Muhammadiyah karena faktor belajar dan menjadi guru di Sekolah Guru Muhammadiyah Menteng Jakarta selain pergaulan dengan Pak Muhammad Yunus Anis ketika sama-sama menjadi murid di lembaga pendidikan Arab Al-Irsyad tersebut.
Islam yang diajarkan Abdul Haq kepada masyarakat di Bale al-Falah Kubangkondang Village adalah Islam berkemajuan yang pemahamannya disesuiakan dengan konteks zaman waktu itu yang terlihat dengan adanya perubahan asupan kurikulum pembelajaran yang dibuatnya.
Jadi sejak itulah masyarakat Banten diperkenalkan dengan Islam progresif yang kemudian resmi berdiri persyarikatan Muhammadiyah ketika masyarakat sudah siap “mental” menerimanya pada tahun 1929 sesuai SK PP Muhammadiyah.
Demikianlah, cara berfikir Islam berkemajuan sudah mulai dimasyarakatkan pada tahun 1920 dan selama 9 tahun diperkenalkan kepada masyarakat baru tahun 1929 resmi berdiri Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kubangkondang, Cisata, Menes, Pandeglang, yang pertama di Banten dengan menginduk ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabayoran Lama DKI Jakarta.
Berawal dari sinilah kiprah Muhammadiyah mengepakkan sayapnya di wilayah Bumi Jawara sehingga sampai sekarang tahun 2023 sudah memiliki 8 PDM Kota-Kabupaten (Pandeglang, Lebak, Serang (Kota dan Kabupaten), Cilegon, Tangerang Raya (Kota-Kabupaten plus Tangsel) dengan berbagai ragam cerita suka dukanya dan gerak langkahnya.
Dari Asset Menjadi Omzet
Perjalanan panjang napak tilas Dakwah Muahammadiyah Banten selama 103 tahun jika diambil dari tahun diperkenalkannya tahun 1920 di Kubangkondang, Menes, Pandeglang, maka Muhammadiyah di Banten bukan usia muda lagi. Artinya kehadiran Muhammadiyah di bumi berlambang Badak ini sudah melampaui usia satu abad lebih dan akan memasuki abad ke kedua dari tahun melenium. Dalam konteks inilah sangat perlu “bermuhasabah” dan introspeksi diri di mana plus dan di mana minusnya, di mana onak dan di mana pula durinya.
Kalau melihat plusnya tentulah luar biasa hebat dan banyak sudah memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam hal ini pemberdayaan masyarakat Banten Indonesia sudah merasakannya terutama dalam masalah pendidikan dan kepedulian sosial-ekonomi. Dalam konteks ini tidak ada yang meragukannya mengemban Amanah sebagaimana tertuang dalam AD/ART nya.
Seiring waktu dan zaman yang berganti, maka berganti pula tantangan dan challenge yang dihadapi. Setiap zaman membawa perubahan nilai dan setiap perubahan nilai akan meminta strategi dan metode baru pula menjawabnya. Hal ini tidak terkecuali terkena hukum alamnya (nature of law) terhadap Muhammadiyah. Alam Takambang kata orang Minang mengajarkan manusia untuk mencermatinya dengan berbagai isyarat yang tampak di permukaan yang bisa diprediksi dengan sains dan teknologi.
Menelusuri sociofact dan artifact Muhammadiyah Banten selama lebih kurang 12 bulan dan mendengar masukan masyarakat “akar rumput” dan para “Elitenya” serta yang terakhir diskusi dengan para “Akademisi” ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian Muhammadiyah structural (pengurus) yang diberi Amanah periode 2022-2027. Ibarat orang sakit tentulah seorang dokter mendianoksa jenis sakitnya lalu memberi obat dan masukan yang pas disesuaikan dengan kondisi dan usia sang pasien.
Sejauh pembicaraan yang panjang itu dua hal pokok yang menjadi persoalan serius Muhammadiyah Banten, terutama harapan, keinginan dan permohonan (tentu kepada ahli finance PWM Banten yang menjadi pengurus) yang tergambar dari pernyataan seorang Sekretaris PWM Banten periode 2015-2027, Prof. Dr. H. Zakaria Syafe’i, yaitu masalah ekonomi dan financial serta tata kelola dalam konteks ini adalah masalah database PWM Banten.
Database ini terkait dengan koleksi data yang sistematis yang disimpan secara elektronik, yang berisi semua jenis data, termasuk kata, angka, gambar, video, dan file. Artinya dapat menggunkan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS) untuk menyimpan, mengambil, dan mengedit data. Singkatnya database adalah tempat di mana Kumpulan data ditampung secara terorganisir sehingga dapat diakses dan dikelola dengan mudah. Melalui pangkalan data ini pengguna mampu dengan mudah mencari informasi, menyimpan, dan ataupun membuang informasi.
Apa yang dilihat dan dirasakan Sekretaris PWM ini sama juga yang penulis rasakan dan hal ini tergambar dalam beberapa kegiatan Majelis dan lembaga di lapangan periode sekarang dalam masalah urusan ekonomi dan financial.
Persoalan pertama ini ekonomi dan financial dalam sebuah kesempatan diskusi dengan seorang pakar teoritisi dan praktisi keuangan Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Dr. Afrizon Safri, CA, Ak, SE, M. Si, di mana tempat penulis belajar-tepatnya berguru- dan bertanya masalah pengembangan ekonomi dan financial dengan santai dijawabnya.
Beliau memberi analogi dengan kesehatan seseorang. Dikatakan bahwa seseorang itu akan sehat kalau darahnya sehat. Dan begitu juga dalam sebuah organisasi, misalnya rumah tangga, perkumpulan, negara, atau yang semacamnya, akan berjalan sehat dan normal kalau darahnya sehat yaitu financial tersedia dengan baik dan lancar. Jadi kata kunci dalam sebuah organisasi supaya berjalan baik dan lancar adalah sehatnya masalah financial. Kisah di bawah ini memperkuat pernyataan di atas.
Sebagai sebuah team di Majelis Perdayaan Wakaf PWM Banten periode 2022-2027 ketika melaksanakan Rapat kerja dan Workshop tahun 2023, ada beberapa pertanyaan yang diajukan peserta di antaranya masalah apa saja tanah-tanah yang diwakafkan, baik yang sudah bersertifikat atau dalam proses dan bermasalah, sudah diarsipkan dan tersimpan secara baik dan aman.
Pertanyaan ini tidak bisa dijawab dan membutuhkan waktu untuk mencari tahu karena ada sebagian tanah yang sudah ikrar wakaf akan tetapi belum juga diurus dengan baik dan benar. Ketika hal itu ditanyakan kepada salah satu pengurus periode 2015-2022 jawabannya singkat, padat dan tepat adalah tidak ada dana untuk mengurusnya. Ini satu contoh akibat dari masalah tidak sehatnya financial organisasi.
Contoh kedua adalah ada beberapa permintaan tentang masalah over head biaya operasional Kantor Dakwah yang menjadi pusat pengendali kegiatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Banten selain hutang di Bank Muamalat yang rutin harus dibayar bulanan dan keinginan pembelian tanah untuk pengembangan lahan. Contoh kedua ini menggambarkan bagitu besar kebutuah dana dalam konteks pengendalian organisasi supaya berjalan baik dan normal.
Dalam konteks inilah Sekretaris PWM Banten yang penulis kutip di atas sangat berharap Amanah yang diberikan kepada orang-orang yang menjadi pengurus PWM periode 2022-2027 yang terkait dengan urusan cuan ini diharapkan untuk sungguh-sungguh memikirkannhya sehingga darah organisasi sehat wal afiah.
Penulis perhatikan tentu semua kegiatan yang ingin dilaksanakan Majelis dan Lembaga serta Ortom sebagai pembantu dan perpanjangan tangnan PWM di lapangan tidak ada yang terlepas dari kebutuhan dana segar. Sangat sulit berharap organisasi berjalan baik tanpa adanya dukungan dana sungguhpun dalam ber-Muhammadiyah tidak diragukan keikhlasannya untuk aktif dan beramal anggotanya.
Persoalan kedua yang perlu menjadi perhatian sungguh-sungguh jika PWM Banten ingin eksis dan dapat berbuat lebih banyak pada tahun-tahun mendatang dari hasil studi itu adalah masalah tata kelola yang sering dikatakan kebutuhan akan adanya database PWM Banten.
Sebagaimana makna database yang penulis kutip di atas bahwa adanya kegiatan berawal dari adanya perencanaan dan perencaan muncul karena adanya studi yang sistemik secara saintis. Dalam konteks inilah penting sebuah data untuk menganalisis tingkat keberhasilan sebuah program yang dilempar atau ditawarkan kepada masyarakat apakah akan menemukan resitensi atau sebaliknya yang memang sesuatu hal yang dibutuhkan masyarakat itu.
Dengan kata lain PWM Banten bisa membedakan mana nilai-nilai dasar yang tidak berubah dan mana nilai-nilai yang bersifat instrumental yang berubah-ubah seiring dengan perubahan nilai-nilai sosial (Social change) karena didorogn kemajuan masyarakat disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mana Substantif dan mana strategi serta metoda bisa dibedakan dengan adanya database lapangan yang menjadi objek kegiatan para majelis dan lembaga. Dengan demikian dalam dunia modern kebutuhan akurasi data pada sebuah kegiatan sudah menjadi keniscayaan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Kuat diduga bahwa adanya penolakan Masyarakat atau dengan bahasa lain mengapa Muhammadiyah Banten tidak membumi di Masyarakat “akar rumput” Banten, misalnya sebagai contoh karena masalah perencanaan yang “lemah” dan pada akhirnya rendah pada tingkat keberhasilannya. Dan ini fakta bukan hoaxs dan apology.
Pada sisi lain ketika ingin membuat perencanaan yang terkait untuk pengembangan SDM dan ekonomi serta financial agak mengalami kesulitan karena tidak memiliki data yang rigid dan jelas berapa kekuatan riil sebenarnya anggota Muhammadiyah, baik ditingkat nasional dan Banten. Bukankah membuat perencaan yang rasional dan terukur dibutuhkan data yang akurat dan jelas sehingga tidak hanya sebatas “keinginan” berbuat kebaikan. Hal inilah yang dikritik Prof. Wahyudi Winarjo dalam diskusi Nasional Jumat, 17 November 2023 by On Line pukul 19.45-21.30 WIB dengan topik “Arah Politik Muhammadiyah Tahun 2024” mengapa PP belum juga memiliki data anggota Muhammadiyah secara nasional (“Menjadi Pemenang”, https://suaramuhammadiyah.d/read/menjadi-pemenang)
Kabar baiknya adalah masukan penulis berikan selama ini sudah mulai direspons secara positif dari Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kab. Tangerang periode 2022-2027, Dr. Suhardi, MA mengintruksikan kepada PCM dan PRM untuk segera mengisi biodata lengkap sebagai anggota persyarikatan (KTA sebagai bukti). Penulis pikir PWM Banten segera mengeluarkan perintah tentang masalah ini karena begitu urgent fungsinya untuk kepentingan persyarikatan.
Dalam buku “Sejarah Muhammadiayh Banten” penulis sudah katakan bahwa organisasi Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Masyarakat Islam yang modern. Ciri-ciri organisasi modern itu salah satunya adalah adanya sentuhan kegiatannya bersifat saintific ditandai dengan adanya database yang terorginisir dengan baik secara elektronik. Inilah yang penulis sebut pada satu sisi sebagai organisasi modern akan tetapi pada sisi lain cara-cara kerjanya selama ini masih bersifat “tradisional”. Istilah penulis diebut dengan “Paradok” di dalam tubuh ormas Islam Muhammadiyah.
Apa yang ingin penulis pesankan dalam tulisan ini tidak lain agar ormas Islam mampu bersaing dengan ormas tetangganya sehingga sesuai misi yang diembannya adalah merespon tantang tantangan umat Islam yang sekarang memang membutuhkan pertolongan dari kaumnya yang terdidik. Dalam konteks inilah arti penting kehadiran Muhammadiyah di tengah-tengah Masyarakat Banten.
Untuk itu dua masalah yang penulis sebutkan di atas sebagaimana harapan dari Sekjen PWM Banten Prof. Dr. H. Zakaria Syafei harus dijawab PWM Banten secara kolektif kolegial pada periode 2022-2027 yang sering dikemukakan Ketua PWM Banten DR. KH. M. Syamsuddin, M. Pd dengan memakai istilah dari Asset menjadi Omzet.
Argumen penulis sederhana PWM Banten kaya dengan berbagai asset (liquid dan non-liquid) yang dimilikinya. Masalahnya adalah tinggal bagaimana (how) cara mengelolanya saja secara kolektif kolegial. Berkata Ketua PP Muhammadiyah Buya Anwar Abbas, bahwa orang atau kelompok yang menguasai asset, maka orang atau kelompok itu yang menjadi “Pengatur”. If you can, I can dan man jadda wajada.
Nashrun min Allah wa fathun qarieb wa basysyiril mu’minin.
Saidun Derani, Dosen pascasarjana UM-Surby, Pengurus Pembantu PWM Banten di Bidang Wakaf dan pengamat sosial keagamaan