Ramadhan dan Serangan Israel
Oleh: Teguh Pamungkas, Warga Muhammadiyah Kalsel
Kebiadaban tentara Israel kepada warga Palestina masih terus berlanjut. Meskipun saat ini warga Palestina tengah menjalankan ibadah bulan Ramadhan, Israel tak peduli terus membombardir hingga menambah deretan korban meninggal dunia. Dan menambah duka, ribuan orang terluka serta harus kehilangan tempat tinggal.
Termasuk rumah sakit-rumah sakit menjadi target serangan. Pada Ahad (24/3) lalu pasukan Israel mengepung dua rumah yang berada di Gaza, Palestina. Sebelumnya tempo hari (10/11/2023), tanpa tuduhan yang mendasar Rumah Sakit Indonesia (RSI) juga menjadi target serangan Israel.
Dengan tuduhan sebagai markas Hamas, RSI di Gaza pun dihancurkan. Padahal di rumah sakit tersebut tak hanya untuk merawat orang sakit, namun banyak warga yang turut mengungsi di tempat tersebut. Dari kejadian itu, sebanyak 12 orang kehilangan tewas. Pengungsi pun berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Yang menjadi alasan Israel adalah bahwa rumah sakit Indonesia di Gaza dibangun di atas jaringan terowongan Hamas. Dan rumah sakit dianggap melindungi jaringan terowongan dari pengeboman Israel karena letaknya tepat di bawah rumah sakit. Demikian dikatakan juru bicara militer Israel, Daniel Hagari.
Tuduhan Israel yang sama berlaku pula pada dua rumah sakit yang baru-baru ini diserang, yakni rumah sakit Al-Shifa di Gaza dan rumah sakit Al-Amin. Israel mengklaim bahwa keberadaan rumah sakit di Palestina dijadikan markas Hamas dan menjadi tempat menyimpan senjata dan pangkalan. Dari serangan yang dilakukan, sebanyak 5 orang dokter Palestina meninggal dunia selama tujuh hari dalam serangan ke rumah sakit Al-Shifa pada bulan Ramadhan ini.
Padahal bantuan makanan, obat-obatan dan alat-alat kesehatan sangat mendesak diperlukan oleh warga Palestina. Apalagi dalam menjalani Ramadhan. Yang diinginkannya adalah bisa beribadah dengan baik dan tenang. Kita tak dapat membayangkan saat berpuasa dalam kondisi seperti halnya di Palestina.
Menyuarakan Keadilan
Indonesia menganut politik luar negeri dengan bebas aktif. Di mana hubungan yang bebas dalam menentukan kebijakan dan sikap terhadap permasalahan internasional, baik yang dilakukan secara bilateral maupun multilateral.
Tiada hentinya Pemerintah RI berperan aktif dalam menghentikan penjajahan dan kekerasan di Palestina. Melalui organisasi internasional tetap menguatkan kembali kepada negara-negara di organisasi internasional manapun untuk kemerdekaan Palestina. Suatu pelanggaran terhadap hak asasi manusia, jika Israel secara sengaja melakukan serangan ke wilayah Palestina dan merampas kehidupan warga Palestina. Melalui hubungan antarnegara berdasar kesepakatan internasional, kekerasan dan konflik yang terjadi di Palestina bisa segera berakhir.
Israel memberikan kembali semua hak-haknya kepada Palestina sebagai suatu bangsa. Salah satunya adalah kebebasan hidup untuk beribadah, seperti halnya di Ramadhan ini. Gema deklarasi kemerdekaan Palestina telah dinyatakan pada 15 November 1988 di Aljir oleh Dewan Nasional Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina, hingga pada tahun 2012 sebanyak 193 negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara.
Palestina merupakan bangsa yang merdeka, memenuhi empat syarat mutlak sebagaimana tertuang dalam Konvensi Montevideo 1993 tentang Hak dan Kewajiban Negara. Yaitu adanya penduduk atau rakyat yang tetap, adanya wilayah, pemerintah yang berdaulat dan pengakuan dari negara lain.
Menyuarakan keadilan dan kemerdekaan individu juga perlu disuarakan oleh personal dan organisasi. Individu-individu berperang melawan kebiadaban Israel melalui media sosial dan dunia maya. Internet sebagai corong suara-suara pembelaan hak bagi bangsa Palestina. Internet sebagai media menghubungkan satu dengan lainnya melalui jaringan.
Tak hanya itu, melawan atas ketidakadilan yang dilakukan Israel sekiranya tetap tak mengonsumsi produk dari Israel maupun perusahaan yang afiliasinya. Alias boikot. Setelah mengetahui ada produk kurma yang berasal dari Israel tentunya juga kita enggan membeli buah dari Israel tersebut. Entah saat Ramadhan ini maupun seterusnya.
Kepedulian rakyat Indonesia terhadap Palestina, mereka tidak mau membeli produk-produk yang berafiliasi dengan Israel. Langkah yang dipilih ini sebagai upaya melawan kejahatan dan penjajahan Israel. Merobohkan ekonomi dari sumber pendapatan, salah satunya memboikot produk dan berpaling untuk memilih barang pengganti serupa lainnya yang jelas-jelas bukan produk/brand yang berafiliasi dengan Israel. Meskipun harus dibayar dengan konsekuensi yang mahal, salah satunya yaitu pemberhentian dari pekerjaan.
Israel dan negara pendukungnya menganggap bahwa aksi boikot pada dasarnya tak mengubah kondisi Israel, karena produk yang diboikot bukan langsung diproduksi dari Israel. Apakah demikian? Memang boikot dalam jangka pendek berefek yang cenderung kecil. Namun jika dilakukan terus menerus maka akan berdampak pada ekonomi yang lebih besar.
Gerakan boikot adalah suatu pilihan, mau melakukan atau tidak, silakan. Kalau kita peduli, tentunya boikot akan dipilihnya sebagai upaya bentuk perjuangan karena kita tidak bisa berjuang secara fisik. Bolehkah memiliki pemikiran demikian? Semuanya ditempuh demi melepas penjajahan Israel hingga Palestina memperoleh kemerdekaannya kembali.