JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sesuai tahun kelahiran Muhammadiyah lahir (1912) dan Nahdlatul Ulama lahir (1926) menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia karena kedua organisasi Kemasyarakatan terbesar di Indonesia memasuki abad kedua telah menjadi kebanggaan Indonesia karena menerima Penghargaan Kemanusiaan dari Zayed Award 2024 pada Senin (5/2) di Founder's Memorial di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Penghargaan tersebut diterima oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr (HC) KH Yahya Cholil Staquf.
Penghargaan tahunan ini tidak hanya menjadi bentuk pengakuan dunia internasional atas upaya kedua organisasi atau individu dalam hal memberi contoh aksi kemanusiaan, tapi juga untuk perdamaian dunia. Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia ( Sekjen MUI) Pusat Dr H Amirsyah Tambunan, MA.
“Muhammadiyah dan NU merupakan organisasi terbesar di Indonesia sangat layak penerima penghargaan sebagai bukti kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan ditingkat nasional dan dunia internasional,” ujarnya saat di Jakarta, Kamis (8/2).
Amirsyah mengatakan ada banyak alasan mengapa kedua organisasi ini kayak menerima pengahargaan. Pertama, telah memainkan peran penting dalam memajukan perdamaian dan diplomasi global. Kedua, secara serius melakukan pengembangan masyarakat, dan membina keharmonisan, kerukunan dalam masyarakat. Untuk itu ia menyampaikan apresiasinya kepada Muhammadiyah dan NU serta kepada dewan juri Zayed Award Human Fraternity.
“MUI sebagai wadah berkumpul sejumlah Ormas seperti Muhammadiyah-NU, Perti, dll penting terus-menerus menyuaran nilai-nilai kemanusiaan untuk melakukan aksi damai untuk kemanusiaan sehingga Indonesia bagian dari solusi di dunia Internasional,” katanya.
“MUI bersama Ormas akan terus berkomitmen untuk bekerja keras lagi dalam menolong menyelesaikan persoalan umat dan bangsa,” imbuhnya.
Oleh sebab itu Amirsyah terus mendorong agar institusi lain untuk terus berkiprah dalam kemanusiaan. “Muhammadiyah dan NU bagaikan dua sayap Ormas yang dikenal mengembangkan wasathiyatul Islam atau Islam wasathiyah terus memperkaya solusi ditengah banyaknya masalah bangsa, bukan sebaliknya harus menghindari banyak masalah tapi miskin solusi,” tegasnya.
Seperti kita ketahui Zayed Award Human Fraternity adalah penghargaan independen skala internasional kepada individu atau organisasi yang berhasil menjadi contoh dalam aksi kemanusiaan dan perdamaian. Ini juga menjadi momentum yang tepat karena bangsa Indonesia akan memasuki Pemilu Damai yang Jujur dan Adil 2024.
Penghargaan ini akan diserahkan berupa hadiah USD 1 juta Amerika Serikat atau senilai dengan 15,6 miliar dari Higher Committee of Human Fraternity.
Siapa sebenarnya Zayed Award? beliau adalah Profesor Sir Magdi Yacoub (ahli bedah jantung asal Mesir), dan Sister Nelly Leon Correa (pemimpin masyarakat Chili) sebagai penerima penghargaan tersebut.
Penghargaan ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup pada 4 Februari 2019. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Grand Sheikh Al-Azhar Ahmed Al Tayeb dan Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab hingga menghasilkan Hari Persaudaraan Dunia pada tanggal 4 Februari.
Buya Amirsyah yang juga tokoh Muhammadiyah ini menyampaikan apresiasi kepada Tim juri yakni Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi salah satu anggota komite Zayed Award Human Fraternity 2024, Kardinal Gereja Katolik Roma, Argentina Leonardo Sandri, Sekjen Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) Rebeca Grynspan Mayufis, Ketua Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional Rabbi Abraham Cooper, Mantan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova dan Imam Besar Al Azhar sekaligus Sekjen Zayed Award Muhammad Abdulsalam. (Mir/Cris)