Muhammadiyah di Era Digital: Jembatan Dakwah atau Jurang Pemisah
Hari Eko Purwanto, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMJ
Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam modern terbesar di Indonesia, berperan penting dalam menyebarkan dakwah di era globalisasi. Namun, di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, organisasi ini menghadapi tantangan besar. Generasi muda, terutama generasi Z, memiliki preferensi konsumsi media yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Lalu, apakah era digital akan menjadi jembatan yang memperkuat dakwah Muhammadiyah, atau malah menjadi jurang pemisah antara organisasi dan generasi muda?
Tantangan di Era Digital
Persaingan yang Ketat, Muhammadiyah kini bersaing dengan banyak organisasi lain, baik keagamaan maupun sekuler, yang memanfaatkan platform digital untuk menarik perhatian generasi muda.
Fragmentasi Informasi, Maraknya hoaks dan misinformasi di internet menjadi hambatan serius dalam menyampaikan pesan yang benar dan akurat.
Perubahan Perilaku Konsumen Media, Preferensi generasi muda terhadap media terus berubah, memaksa Muhammadiyah untuk beradaptasi dengan cepat dalam memanfaatkan platform digital baru.
Keterbatasan Sumber Daya, Tidak semua cabang Muhammadiyah memiliki sumber daya yang memadai untuk mengelola media digital secara optimal.
Keterampilan Digital yang Terbatas, Kurangnya keterampilan digital di kalangan pengurus Muhammadiyah menjadi kendala utama dalam memaksimalkan platform digital.
Peluang di Era Digital
Jangkauan Luas, Dengan media sosial, Muhammadiyah dapat menjangkau audiens yang lebih luas, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Personalisasi Pesan, Pesan dakwah dapat disampaikan secara lebih personal dan relevan dengan kebutuhan individu, meningkatkan efektivitas dakwah.
Interaksi Mendalam, Platform digital memungkinkan adanya interaksi dua arah yang lebih mendalam antara Muhammadiyah dan anggotanya.
Mobilisasi Massa, Media sosial juga efektif untuk memobilisasi massa dalam kegiatan sosial, seperti aksi kemanusiaan atau penggalangan dana.
Analisis Data Statistik
Menurut laporan Hootsuite dan We Are Social (2023), Indonesia memiliki 212,9 juta pengguna internet, dengan 167 juta pengguna media sosial aktif. Instagram, TikTok, dan YouTube adalah platform utama yang digunakan oleh generasi muda. Data ini memperlihatkan dominasi media sosial dalam konsumsi informasi harian masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda yang semakin bergantung pada platform digital untuk berinteraksi dan mendapatkan konten.
Survei dari Alvara Research Center (2022) juga mengungkapkan bahwa 65% generasi Z di Indonesia tertarik dengan isu-isu keagamaan, tetapi 40% di antaranya merasa kesulitan menemukan sumber informasi yang relevan dan terpercaya di dunia maya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada minat yang signifikan terhadap agama, masih ada kesenjangan dalam akses informasi yang kredibel di media digital. Oleh karena itu, peran Muhammadiyah dalam menyediakan konten yang otentik dan berkualitas di platform digital sangat diperlukan.
Selain itu, laporan dari Kominfo (2022) menunjukkan bahwa meskipun 70% pengguna internet di Indonesia mengakses konten berbasis agama, masih ada tantangan besar terkait penyebaran hoaks dan konten yang kurang akurat di platform digital. Hal ini menggarisbawahi perlunya organisasi seperti Muhammadiyah untuk menjadi sumber informasi terpercaya yang dapat menjembatani kebutuhan generasi muda dalam mendapatkan konten keagamaan yang kredibel dan relevan.
Analisis ini menunjukkan bahwa teori Uses and Gratifications sangat relevan. Generasi muda menggunakan media sosial untuk memenuhi kebutuhan mereka akan informasi, sosialisasi, dan hiburan. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu merancang konten yang menarik dan relevan untuk memenuhi kebutuhan ini. Selain itu, Teori Difusi Inovasi juga relevan dalam menjelaskan bagaimana teknologi digital dapat diadopsi di dalam organisasi Muhammadiyah. Dengan mendukung adopsi teknologi ini, organisasi dapat meningkatkan efektivitas dakwahnya.
Jika kita sedikit membandingkan dengan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah cenderung lebih aktif memanfaatkan platform digital yang lebih baru, seperti TikTok. Namun, NU unggul dalam membangun komunitas online yang solid dan memiliki keterlibatan yang lebih mendalam dengan anggotanya, baik melalui program online maupun offline. Muhammadiyah dapat belajar dari pendekatan NU dalam memperkuat keterlibatan anggotanya melalui pendekatan komunitas yang lebih inklusif.
Strategi Komunikasi Digital Muhammadiyah
Untuk memperkuat komunikasi digital dan membangun strategi dakwah yang lebih relevan dengan generasi muda, Muhammadiyah perlu mengambil langkah-langkah berikut:
Membangun Brand yang Kuat, Muhammadiyah perlu membangun citra yang modern dan relevan dengan nilai-nilai generasi muda. Upayakan untuk membuat identitas digital yang tidak hanya mencerminkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga terasa akrab dan menarik bagi anak muda. Ini bisa dilakukan dengan merancang konten visual yang konsisten dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh target audiens.
Memilih Platform yang Tepat, Untuk menjangkau generasi muda, Muhammadiyah perlu fokus pada platform media sosial yang mereka gunakan, seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Gunakan fitur- fitur interaktif yang ditawarkan oleh platform ini, seperti cerita (stories), video pendek, dan live streaming, untuk menarik perhatian mereka secara efektif.
Membuat Konten Berkualitas, Muhammadiyah perlu menghasilkan konten yang menarik, relevan, dan mudah diakses. Pastikan konten dakwah tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur dan inspiratif. Konten visual dan video yang singkat namun sarat makna akan lebih efektif menarik perhatian generasi muda yang cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek.
Kolaborasi dengan Influencer, Muhammadiyah harus memperluas jangkauan dakwahnya dengan bekerja sama dengan influencer digital yang memiliki pengaruh di kalangan generasi muda. Influencer yang memiliki kredibilitas tinggi dapat membantu menyampaikan pesan dakwah secara lebih personal dan menarik bagi audiens mereka. Ini akan memperkuat posisi Muhammadiyah di media sosial.
Membangun Komunitas Online yang Inklusif, Muhammadiyah perlu menciptakan komunitas digital yang inklusif, di mana generasi muda merasa diterima dan dapat berdiskusi tentang isu-isu keagamaan serta sosial. Platform komunitas ini harus memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi pengalaman, berdiskusi, dan belajar bersama dalam suasana yang terbuka dan saling mendukung.
Fokus pada Isu-Isu Sosial yang Relevan, Muhammadiyah harus aktif dalam merespon isu-isu sosial yang menjadi perhatian generasi muda, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan kemanusiaan. Dengan menyuarakan perspektif Islam yang relevan dalam isu-isu tersebut, Muhammadiyah bisa memperkuat posisinya sebagai organisasi yang peduli dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Melakukan Evaluasi dan Pengukuran Berkala, Untuk memastikan strategi komunikasi digital berjalan efektif, Muhammadiyah harus secara rutin mengukur kinerja konten yang disajikan menggunakan analitik media sosial. Data ini akan memberikan wawasan yang mendalam tentang perilaku audiens, serta membantu melakukan perbaikan dan penyesuaian konten secara lebih tepat sasaran.
Dengan strategi-strategi ini, Muhammadiyah dapat memaksimalkan penggunaan platform digital dan memperkuat dakwahnya di kalangan generasi muda. Setiap langkah di atas akan membawa Muhammadiyah lebih dekat kepada tujuannya dalam menjadikan era digital sebagai jembatan dakwah yang kuat.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Era digital menawarkan peluang besar bagi Muhammadiyah untuk memperluas dakwah dan menjangkau generasi muda yang hidup dalam ekosistem digital. Selama beberapa tahun terakhir, Muhammadiyah telah menunjukkan upaya signifikan dalam menyesuaikan strategi komunikasinya dengan perkembangan teknologi digital.
Salah satu contoh nyata adalah akun Lensamu, yang telah berhasil memanfaatkan platform seperti Instagram dan YouTube untuk menyajikan konten dakwah yang modern dan menarik. Melalui video singkat, infografis, dan cerita (Instagram stories), Lensamu berhasil menjangkau ribuan pengguna media sosial, khususnya generasi muda. Selain itu, beberapa akun Muhammadiyah lainnya, termasuk Suara Muhammadiyah, telah menggunakan platform digital seperti website, Instagram, dan Facebook untuk menghadirkan berita, artikel, dan informasi keagamaan yang up-to-date dan sesuai dengan tren konsumsi media saat ini. Lazismu, melalui
kampanye-kampanye digitalnya, juga sukses memanfaatkan platform media sosial untuk menggalang donasi secara online, dengan menargetkan isu-isu sosial yang relevan dan menarik simpati publik luas.
Dengan menggunakan pendekatan ini, Muhammadiyah telah berhasil menunjukkan adaptasi yang signifikan terhadap tuntutan komunikasi digital. Kolaborasi dengan influencer digital dan pemanfaatan media sosial untuk mobilisasi kegiatan sosial, termasuk penggalangan dana oleh Lazismu, menunjukkan bahwa Muhammadiyah mampu memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat posisi dakwahnya.
Namun, meskipun langkah-langkah ini sudah positif, Muhammadiyah perlu terus memperkuat strategi dalam komunikasi digital. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi dan komunikasi, pengembangan infrastruktur digital yang lebih memadai, serta evaluasi berkala terhadap efektivitas strategi yang diterapkan sangat penting untuk memastikan keberhasilan jangka panjang. Dengan kolaborasi yang kuat antara organisasi, akademisi, dan influencer digital, Muhammadiyah dapat memainkan peran utama dalam menyebarkan nilai- nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin di era modern ini.