JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Wacana libur sekolah selama bulan Ramadan tahun 1446 H mendapat tanggapan dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Menurutnya, wacana ini merupakan sepenuhnya menjadi kebijakan pemerintah.
Dan dalam hal ini, Muhammadiyah mendukung sepenuhnya sebagaimana yang diputuskan oleh pemerintah sebagai otoritas tertinggi di negeri ini. Haedar menekankan di sini, agar momentum bulan Ramadan dijadikan wahana penggemblengan laksana di kawah candradimuka untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik.
“Setuju, setuju. Tapi poin penting bagi Muhammadiyah, Ramadan dijadikan arena untuk mendidik akhlak, mendidik budi pekerti, mendidik karakter," ucapnya setelah membuka Tanwir 1 Aisyiyah Periode 2022-2027 di Hotel Tavia Heritage, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (15/1).
Menurut Haedar, generasi sekarang yang lahir dari sistem kemajuan teknologi. Di samping itu juga, perubahan sosial yang luar biasa terjadi di pelbagai aspek kehidupan, mulai dari budaya, pendidikan, hingga pola komunikasi. Karena itu, penting dilakukan penanaman nilai-nilai utama berbasis budi pekerti dan akhlak yang mencerahkan.
“Karena itu pendidikan agama, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti itu menjadi sangat penting,” katanya.
Di situlah menjadi momentum bagi keluarga, terutama orang tua dalam memberikan pengajaran kepada anak-anaknya. Yakni melatih dan membiasakan diri untuk menampilkan akhlak-akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadikan libur seberapa lama pun yang ada di bulan Ramadan gunakan untuk fokus membina akhlak, membina akal budi, di samping ada proses pembelajaran," tandasnya. (Cris)