YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, keberadaan museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan artefak, tetapi sebagai upaya menghidupkan narasi dan menjembatani untuk generasi yang akan mendatang.
“Dan saya kira inilah yang sangat penting,” tuturnya saat meresmikan Ruang Pamer Zona Muhammadiyah untuk Indonesia di Museum Muhammadiyah, Senin (3/2) Kompleks Kampus Terpadu Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Bagi Fadli, dengan adanya Museum Muhammadiyah, terlebih sudah diresmikan ruang baru tersebut, meniscayakan hidupnya nilai-nilai budaya. Lebih-lebih di Kota Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan.
“Yogyakarta ini istimewa. Karena berkali-kali saya sebagai Menteri Kebudayaan sudah datang ke Yogyakarta. Memang Yogyakarta ini sebagai ibukota kebudayaan Indonesia karena museumnya cukup banyak. Ada 42 museum di Yogyakarta, 10 persen jumlah museum di Indonesia, yaitu hampir 500 museum,” ungkapnya.
Muhammadiyah, sambung Fadli, sangat tepat memiliki sebuah museum di Yogyakarta. “Karena tumbuh dan berkembangnya organisasi Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan juga dari Yogyakarta,” katanya.
Dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Ia diberikan mandat untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Patokan dasar yang dipegang adalah Pasal 32 ayat 1 UUD 1945, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
“Pasal ini jarang ada yang menghafal. Padahal budaya ini sangat penting menjadi suatu fondasi ada perintah konstutusi. Saya melihat kekayaan budaya kita ini luar biasa, dari Sabang sampai Merauke, Aceh sampai Papua. Dari Miangas sampai Pulau Rote,” bebernya.
Fadli menegaskan, sepanjang perjalanan hidupnya, Ia telah berkeliling dunia. Menyaksikan aneka budaya tersebar di masing-masing negara. Namun, Ia menyimpulkan Indonesia sebagai satu-satunya negara yang memiliki kebudayaan luar biasa.
“Tidak ada kekayaan budaya yang lebih hebat dari kekayaan budaya Indonesia. Itu yang saya saksikan. Dan saya kira itu nyata. Saya datangi museum-museum diberbagai negara, begitu juga melihat ekspresi-ekspresi budaya. Ternyata kitalah sebenarnya yang paling kaya,” tegasnya.
Melihat era sekarang, Fadli mengetengahkan, keberadaan museum perlu untuk dikunjungi dan dieksplorasi. Museum bukan sekadar tempat menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga ruang edukasi yang dapat memperkaya wawasan dan memperkuat identitas budaya.
“Museum bisa menjadi jembatan (bridge) dari masa lalu ke masa kini dan masa depan. Begitu juga menjadi jembatan bagi generasi yang lalu, generasi sekarang, dan generasi yang akan datang. Sehingga masyarakat bisa tahu bagaimana perjuangan Muhammadiyah diberbagai bidang, tokoh-tokoh Muhammadiyah, yang saya kira perlu dicatatkan sebagai bagian yang nantinya bisa memberikan inspirasi bagi generasi yang akan datang,” tandasnya. (Cris)