SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Muhammadiyah Jawa Tengah berlangsung pada Sabtu-Ahad (21-22/12) di Hotel Syariah Surakarta. Acara ini dihadiri Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto.
Ketua PWM Jawa Tengah Tafsir mengatakan, menyampaikan pelaksanaan program kerja PWM Jawa Tengah setidaknya mencakup tiga kelompok. Pertama, ideologisasi. Menurut Tafsir, PWM Jawa Tengah telah dan akan terus membangun sekaligus menguatkan ideologi Muhammadiyah di akar-rumput.
“Maka, kita melaksanakan ideologisasi dan kaderisasi melalui program seperti PUTM, Sekolah Tabligh, Sekolah Ideologi Muhammadiyah, Pengajian, dan Ideopolitor. Ini semua dalam rangka ideologisasi dan kaderisasi,” tuturnya.
Kedua, industrialisasi. Tafsir mengungkapkan, semua program PWM Jawa Tengah berorientasikan pada aspek perekonomian. Tafsir menambahkan, orientasi ini menyoroti era sekarang di mana tidak mudah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.
“Yang sulit adalah mencari lapangan kerja. Itu (realita) sekarang. Memang kesulitan masyarakat adalah mencari lapangan kerja,” tegasnya.
Karenanya, Muhammadiyah yang lahir sejak tahun 1912 tidak sekadar mencari panggung. Namun, berkiprah lebih dekat kepada umat dan masyarakat yang tengah membutuhkan pertolongan.
“Muhammadiyah harus hadir di tengah-tengah orang yang mengalami kesengsaraan. Nah, kesengsaraan orang sekarang adalah kesulitan mencari lapangan kerja. Itulah kesengsaraan orang sekarang. Bukan susah mencari masjid, panti asuhan, rumah tahfidz, tapi susah mencari lowongan pekerjaan,” bebernya.
Tafsir mendorong agar Muhammadiyah di seluruh wilayah dan daerah untuk menjadi pemain dalam menggerakkan roda perekonomian. Muhammadiyah sangat diharapkan peranannya oleh umat dan masyarakat sebagai upaya untuk menghadirkan kemakmuran bagi semua.
“Sudah saatnya umat Islam, khususnya Muhammadiyah, tidak hanya menjadi penonton tetapi juga pemain dalam sektor ekonomi. Kita harus bertransformasi dari konsumen menjadi produsen,” tegasnya.
Ketiga, mitigasi. PWM Jawa Tengah berupaya semaksimal mungkin membantu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang ada di daerah-daerah yang terlilit kesulitan bahkan kelesuan.
“Maka PWM harus bertanggung jawab juga mendampingi entah menyangkut managemen maupun finansial. Ini harus kita mitigasi, dampingi, tolong, dan arahkan supaya bisa kembali mandiri,” ujarnya.
Di sisi lain, Yandri mengajak kepada Muhammadiyah untuk bersinergi dalam pengelolaan dana desa untuk desa tematik.
“Saya berharap, Muhammadiyah dengan tingkatan yang ada di bawahnya bisa berkolaborasi dengan desa. Caranya mungkin di satu Kecamatan pembinaan dari Muhammadiyah berapa desa, sesuai desa tematik," katanya.
Yandri menyebut, desa tematik tujuannya tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan, tetapi meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekaligus kesejahteraan masyarakat desa.
"Dana desa harus dikelola dengan baik dan profesional. Dengan demikian, pendapatan akan meningkat, pengangguran dapat berkurang, dan swasembada pangan dapat tercapai," tandasnya. (Cris)