SERANG, Suara Muhammadiyah - Pada Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah (NA) edisi Banten, Muhammad Asrorun Ni’am Sholeh, Staff Ahli Kementerian Pemuda dan Olahraga RI mengatakan bahwa posisi dan peran perempuan dalam Islam sangat istimewa. Dimana perempuan dengan karakter tangguh dapat menjadi penopang kesuksesan dakwah organisasi dan masyarakat.
Baginya, setiap individu memiliki peran strategis. Tuhan menciptakan manusia dengan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan bukan untuk mendiskreditkan salah satu dan kemudian meninggikan yang lain. Melainkan untuk membagi tanggung jawab dan peran, baik di ranah domestik maupun publik. Dimana kepemimpinan yang terjalin diharapkan bersifat saling membantu dan memahami, bukan hirarkis.
Menurutnya ada tiga dimensi kepemimpinan dalam siklus kehidupan manusia, dan semuanya dapat dimasuki perempuan. Pertama, kepemimpinan individu. Prinsip dasar dari kepemimpinan ini adalah, bahwa setiap orang menanggung beban kepemimpinan di pundaknya. Kepemimpinan model ini bukan semata soal kekuasaan, tapi lebih pada bagaimana setiap individu memberikan dampak dan pengaruhnya kepada masyarakat.
"Dengan demikian, semakin kreatif seorang individu, maka sejauh itu pula ia akan mampu menjalankan Kepemimpinan yang efektif," ujarnya.
Kedua, kepemimpinan domestik. Kepemimpinan ini bertujuan untuk mempertahankan siklus kehidupan dalam rumah tangga. Kepemimpinan ini mengatur tentang bagaimana tanggung jawab pengasuh anak, tanggung jawab pemenuhan kebutuhan keluarga, finansial planning keluarga, kesehatan anggota keluarga, dan lain sebagainya. Inti dari kepemimpinan model ini adalah tentang bagaimana saling memahami dan memberi pengertian serta merealisasikan tanggung jawab dengan penuh kesadaran.
Ketiga, kepemimpinan publik. Sebagaimana organisasi perempuan muda, NA sejatinya menjadi wadah perkaderan calon pemimpin bangsa. Berorientasi pada perjuangkan untuk radius yang lebih luas, yakni menyerap aspirasi dan mewujudkan cita-cita orang banyak.
"Kepemimpinan model ini mendorong individu memahami orang yang berbeda. Membangun respect dan memahami gagasan orang lain. Ketika kita beranggapan bahwa ide dan gagasan kita lebih baik, tidak menutup kemungkinan bahwa ide orang lain jauh lebih baik. Maka muncullah open minded," tegasnya.
Di akhir orasinya, Ni'am berharap melalui Tanwir NA kali ini dapat menyatukan gagasan untuk kepentingan bersama. "Sukses selalu untuk NA, teruslah berkhidmat kepada bangsa dan masyarakat," tutupnya. (diko)