Ortom Tempat Berkarya, Bukan Untuk Kepentingan Pribadi
Oleh: Kens Geo Danuarta Kader IPM Lampung Timur
Muhammadiyah sejak berdirinya telah menyumbangkan begitu banyak prestasi. Hal ini memberikan sebuah motivasi kepada seluruh lapisan masyarakat agar terus bergerak serta berfikiran maju tidak terbelakang. Ahmad Dahlan telah banyak memberikan contoh kemana arah gerakan dari Persyarikatan yang telah dibangunnya. Nampak pada saat awal-awal perjuangan Muhammadiyah, yang menjadi salah satu amal usaha saat itu adalah PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang bergerak di bidang kesehatan, dan dikhususkan untuk kaum dhuafa yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Berdirinya PKO pada saat itu menunjukan langkah Muhammadiyah tidak untuk kepentingan pribadi, dan itu juga yang seharusnya menjadi acuan dalam melangkah saat bermuhammadiyah.
Tidak berhenti di situ, kemudian para aktivis dan Kader Muhammadiyah kala itu melanjutkan langkah serta perjuangan Muhammadiyah dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat tanpa batasan usia, hobi dan gender. Akhirnya terbentuklah suatu Organisasi Otonom, bernama ‘Aisyiyah yang beranggota perempuan-perempuan terpelajar di sekitar Kauman. Langkah ‘Aisyiah pun sama dari awal tidak pernah menunjukan adanya kepentingan pribadi yang tergambar dalam setiap gerakannya. Diantara usaha ‘Aisyiyah pada saat itu ialah senantiasa berusaha mengangkat derajat wanita yang kala itu memang kaum wanita dipandang sebelah mata oleh kaum laki-laki. Nampaklah di mata kita bahwa usaha yang dilakukan perempuan-perempuan terpelajar kala itu tidak menunjukan adanya kepentingan pribadi di dalamnya.
Satu dekade setelahnya muncul satu lagi Organisasi Otonom yang membawahi para pemuda, yaitu Pemuda Muhammadiyah. Sama dengan Ortom sebelumnya, Pemuda Muhammadiyah membawahi para pemuda muslim yang bergerak untuk bersama mencapai tujuan Muhammadiyah. Selanjutnya disusul dengan berbagai Organisasi Otonom yang membawahi segala macam usia dan latar belakang, dibuktikan dengan terbentuknya Nasyiatul ‘Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, semua bergerak di bidang serta ruang lingkupnya masing-masing namun tetap dengan maksud menggapai tujuan Muhammadiyah.
Semua langkah yang dilakukan para pendahulu Muhamadiyah tidak memiliki tujuan untuk kepentingan pribadi. Semuanya dilakukan untuk kepentingan umat dan kemajuan Muhammadiyah. Maka sejatinya semua Organisasi Otonom di bawah naungan Muhammadiyah bisa menjadi wadah bagi para kadernya untuk berkarya, memajukan Muhammadiyah dan bersama menggapai cita-cita serta tujuan Muhammadiyah.
Miris jika kita lihat Kader Muhammadiyah, Kader Ortom yang tidak lagi sejalan dengan pendahulu Muhammadiyah. Yaitu mereka yang acap kali menjadikan kepentingan pribadi mereka sebagai sebuah tujuan saat berkecimpung di dalam Ortom, tidak ada satu pun karya yang mereka berikan saat berada di dalam kepemimpinan. Keuntungan materialistis yang selalu menjadi angan-angan. Mereka tidak ingat, siap jadi pimpinan baik di dalam Ortom maupun di dalam Muhammadiyah itu artinya siap berkorban, siap kehilangan, siap berkeringat.
Lihat bagaimana A.R. Fachrudin saat menjadi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bagaimana kesederhanaan beliau kala itu, bahkan ada sebuah kisah dari seseorang yang bahkan tidak pernah menyangka kalau beliau adalah orang besar. Bagaimana tidak, beliau yang kala itu seorang Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang bahkan pernah diberikan tawaran oleh Presiden Soeharto untuk menjadi Menteri Agama, namun ditolaknya dengan halus. Orang besar ini kala itu pergi kemana pun hanya menunggangi motor yamaha butut. Bukankah beliau orang besar? Harusnya dengan mudah beliau mengambil keuntungan dari jabatannya, namun tidak dengan beliau. Begini lah segelintir contoh yang diberikan oleh pendahulu Muhammadiyah. Kepentingan umum harus di atas kepentingan pribadi saat bermuhammadiyah, siap tidak siap harus terima itu. Bukan hanya di dalam Muhammadiyah namun di dalam seluruh Ortom yang ada di Persyarikatan Muhammadiyah.
Kibarkan bendera Persyarikatan, jika ada karya yang ditujukan untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. Kibarkan bendera Persyarikatan jika kita bergerak untuk menggapai tujuan Muhammadiyah. Miris jika melihat Kader yang bergerak untuk kepentingan pribadinya, membawa bendera besar sebuah Ortom dengan pasukan lengkap hanya untuk kepentingan pribadi, bersorak keras atas nama Persyarikatan demi menaikan namanya, berjalan gagah menggunakan almamater hanya untuk mencari suara.
Kapan kita belajar dari sejarah yang telah dicipta oleh para pendahulu Muhammadiyah? Setidaknya kalau belum bisa berkorban, kalau belum bisa memberi, jangan jadikan Muhammadiyah sebagai alat untuk menaikan nama di hadapan manusia, menjadikan Muhammadiyah sebagai alat untuk mengumpulkan suara.
Bangkitlah wahai kader, bangun, buka matamu, lihat sejarah. Bagaimana para pendahulu Muhammadiyah menjadikan Muhammadiyah sebagai wadah berkarya untuk menyumbangan sepercik pemikiran mereka untuk negara, bukan sebaliknya menjadikan Muhammadiyah alat untuk mendapat perhatian dari negara. Bangkitlah, bawa pasukanmu bergerak bersama untuk memperjuangkan cita-cita Muhammadiyah. Bukan malah merongrong ideologi Muhammadiyah dengan berjuta-juta alasan.
Ingat dan jadikan pedoman perkataan Kyai Ahmad Dahlan yang seharusnya seorang Kader hafal di luar kepala “Hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan cari hidup di Muhammadiyah”. Bukankah kalimat ini sudah menjadi sebuah pengingat yang begitu jelas? Jangan cari hidup di Muhammadiyah, karena bermuhammadiyah berarti berkorban, bermuhammadiyah berarti berperan untuk memajukan cita-cita Muhammadiyah, kader tidak boleh lupa dengan hal ini.