Sangkan Paran Dumadi
Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon
"Salah satu sifat manusia yang kadang melupakan asalnya, disebabkan karena kesombongannya."
Ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
Arab Latin:
yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Ayat 19:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١٩
Arab Latin:
wa lā takụnụ kallażīna nasullāha fa ansāhum anfusahum, ulā`ika humul-fāsiqụn
Artinya:
"Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik."
Sangkan Paran Dumadi merupakan petuah leluhur untuk memberikan wejangan tentang pentingnya memahami dan menghayati asal usul kita. Pada hakikatnya, kehidupan manusia menjalani fase mulai dari Alam Ruh (ditiupkan nyawa), alam kandungan, alam dunia (transit), dan alam kubur (penantian). Dari proses itulah manusia pada hakikatnya menuju pada sebuah harapan, cita-cita, dan tujuan utamanya yaitu kebahagiaan yang sejati.
Jika kita menelisik dari Surat Al-Hashr ayat 18-19, memberikan sebuah gambaran yaitu perintah kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertakwa (berhati-hati), untuk muhasabah atau introspeksi dari awalnya kita tidak ada menjadi ada karena Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita diperintahkan untuk mencari amal kebajikan sebagai bekal kita di kampung akhirat. Apa yang kita perbuat, baik maupun buruk/maksiat, Allah tahu dan teliti.
Allah tidak bisa dibohongi. Maka Allah sangat melaknat bagi orang-orang yang melupakan asal usul mereka sebenarnya. Jangan sampai kita menjadi orang fasik, yaitu orang yang tidak mengakui dan mengamalkan nilai-nilai yang telah kita tahu. Oleh karena itu, sangat disayangkan dalam fakta kehidupan ini kita lengah akan gemerlap dunia seolah-olah kita di dunia atas diri sendiri dan melupakan Allah, Dzat penguasa dunia seisinya ini. Tidak ada kata terlambat untuk selalu melakukan evaluasi diri kita. Eling Lan Waspada.
Sebuah nilai yang harus dibangun adalah dengan mengelaborasi antara ruhani kita dengan jasmani kita menjadi sinkron, sehingga apa yang kita lakukan tidak menimbulkan kerugian bagi kita di belakang hari. Hal ini digambarkan dalam karya sastra R. Ng. Rangga Warsita, Pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat, dalam Serat Sabda Jati. Adapun bait dalam Serat tersebut sebagai berikut:
"Ulatno Kang Nganti Kepengguh.
Galedehan Kang Sayekti.
Tankiron Awya Kleru.
Larasen Sajroning Ati.
Tumanggap dimen Tumanggon."
Yang artinya:
"Pandanglah hingga menjadi jelas.
Periksalah sungguh-sungguh.
Telitilah jangan sampai salah.
Sesuaikanlah dalam hati.
Agar tepat menanggapi sesuatu."
Jika kita menghayati dengan seksama dalam mengarungi kehidupan, diperlukan nilai-nilai yang mana dengan kesucian hati, kebersihan pikiran, itu akan menjadi perangai dan perilaku yang terarah dan sesuai nilai yang sudah diatur oleh Allah. Karena pada dasarnya jabatan/kedudukan, harta benda ini sebenarnya adalah hanya sebagai fasilitas atau sarana untuk menuju kampung akhirat, sebuah kehidupan yang hakiki.
Semoga kita menjadi hamba atau umat yang senantiasa mendapat rahmat, hidayah, dan terhindar dari sifat dan sikap hasad, hasut, takabur, dan zalim. Karena sejatinya kita ini berasal dari Allah dan akan kembali lagi menghadap kepada Allah. Semoga kita selamat dunia akhirat.