Pandawa: Coming Soon, Film Tentang Relawan Muhammadiyah
Oleh: Khafid Sirotudin, Pemerhati Film dan Budaya
Jumat Pahing, 10 Januari 2025 jam 07.00 pagi, sebuah WApri dari Sani Arrahman mengirim trailer (video promosi) film berdurasi 2 menit 13 detik yang diberi caption “Mohon doa restu dan dukungannya”. Disusul postingan dari Medcom PWM Jateng di WA Group UPP, pukul 07.49 WIB : “Coming Soon PANDAWA : Sebuah Kisah Tentang Relawan Muhammadiyah”. Saya baru baca dan melihat kedua postingan itu sejam kemudian.
“Sing diarani sami’na wa atha’na kuwi : ikhlas ora ikhlas mangkat, seneng ora seneng dilakoni, semangat ora semangat kudu dirampungi”.
(Yang dinamakan kami mendengar dan patuh itu : ikhlas atau tidak ikhlas tetap berangkat, senang tidak senang dijalani, semangat tidak semangat harus diselesaikan).
Sebuah narasi pembuka trailer film Pandawa dari Ndan Umam –sebutan akrab relawan MDMC /LRB PWM Jateng untuk Naibul Umam Eko Sakti– Wakil Ketua 1 Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) PP Muhammadiyah dan mantan Ketua MDMC PWM Jateng 2015-2022.
Kemudian terdengar tembang (lagu) Gambuh, satu tembang Jawa yang menceritakan sepasang anak manusia yang membangun rumah tangga (pasangan suami istri) dengan harmonis dan saling melengkapi satu sama lain. Bait lagunya sebagai berikut :
Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpo tutur katulo-tulo katali,
Kadalu warso kapatuh,
Katutuh pan dadi awon.
Film Pandawa direncanakan akan diproduksi selama 5 bulan ke depan. Diharapkan pada bulan Juni 2025 dapat ditayangkan perdana di Jambore Nasional Relawan Muhammadiyah (MDMC) yang dilaksanakan di Karanganyar Jateng. Film yang diproduksi Kultumsinema Weleri Kendal dan disutradarai Sani Alkindi ini didedikasikan untuk para relawan MDMC/LRB yang telah ikhlas mengabdikan hidupnya untuk tugas-tugas kemanusiaan global di berbagai daerah bencana.
Tadi sore, sekitar jam 16.45, sepulang takziyah dari dukuh Kendayaan, saya melewati jalan raya di depan Kedai Sedjati (d/h Toko Rokhies) Weleri. Terlihat mobil pick-up parkir bertuliskan “One Muhammadiyah One Response” MDMC Kabupaten Magelang. Mobil yang pernah dan telah berjasa menarik mobil kami ketika mogok di Ketep Pass, di kaki gunung Merapi dan Merbabu 2 tahun lalu. Sayapun parkir di depan kedai, lalu masuk menuju lantai 2, markas Kultumsinema Weleri.
Terlihat 6 relawan sedang berdiskusi dengan Sani, sambil menikmati kopi Arabica dan tembakau rajangan dari lereng gunung Sumbing. Ada Doni Halim yang pernah menjalankan tugas di Turki dan Tiongkok, dua hari setelah istrinya melahirkan putra ke empat. Ada Yayak (Surya Prima) yang telah bertugas misi tanggap darurat bencana di Turki. Juga Aman Wahyudi dari Kenjuran Sukorejo di kaki gunung Prau dan Bagas Chairil. Keempatnya ini relawan asal Kendal. Ada pula Barid Siswanto alias Borot dari Klaten dan Pencok (Tri Susanto) dari Magelang. Kabupaten Kendal, Klaten dan Magelang dikenal sebagai pemasok relawan MDMC terbanyak di Jateng.
Pencok adalah relawan tangguh dari Srumbung yang memiliki keahlian sebagai mekanik mobil. Hampir semua mobil operasional MDMC yang mengalami kerusakan mesin ditanganinya. Saya nimbrung ngopi, nongki dan diskusi dengan teman-teman relawan. Mereka rata-rata memiliki jam tugas kemanusiaan cukup tinggi di berbagai lokasi bencana se Indonesia. Tidak terkecuali ketika bencana Pandemi Covid-19 melanda sepanjang tahun 2020-2022. Kami beberapa kali membersamai sebagai Tim Kamboja MCCC-Covid 19, saat menjadi Ketua LHKP PWM Jateng periode 2015-2022. Al-Faruq, Wakil Ketua LRB/MDMC Jateng, ikut bergabung jam 20.15 WIB setelah turun di Stasiun Weleri dengan KA Kertajaya dari Jakarta.
Film Pandawa berkisah tentang Relawan MDMC yang ikhlas menjalankan tugas di berbagai lokasi bencana dengan penuh semangat dan tanpa sambat. Sebagai sebuah tim, meskipun para relawan memiliki figur kebhinekaan profesi (dokter, perawat, mekanik, petani, bakul pasar, swasta, guru, dll) dan keterampilan (EMT, Jituspana, Dapur Umum, dll), namun mampu sinergi dan berkolaborasi di lapangan. Lagu Gambuh bermakna “jumbuh” yaitu kesesuaian, keserasian dan keselarasan dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan. Lagu baru “Fatamorgana” sedang memasuki tahapan finishing sebagai pelengkap soundtrack film.
Scene-scene film segera diproduksi dan melewati bulan Ramadhan 1446 H (1-29 Maret 2025). Para relawan MDMC telah beberapa kali menjalankan tugas kemanusiaan di berbagai lokasi bencana saat bulan puasa. Semua pemeran film Pandawa merupakan relawan paten MDMC Jateng yang “tersertifikasi nasional dan global”. Bukan aktor dan aktris yang “dipacaki” (casting) sebagai relawan. Bagi relawan, bulan puasa tidak dapat dijadikan alasan liburan menjalankan tugas-tugas kemanusiaan.
Mungkinkah film Pandawa bisa selesai dalam waktu 5 bulan?. Sementara biaya produksi film belum jelas darimana sumbernya. Tetapi saya meyakini, insya Allah film ini bisa selesai pada waktunya. Apalagi Kultumsinema telah teruji dan terbukti berhasil memproduksi film berkualitas dengan biaya dan waktu terbatas, antara lain : “Boleh Koma Jangan Titik; Titir; dan PKO 1920”. Film Titir telah menginspirasi mahasiswa-mahasiswi PTKIN menulis Skripsi (S1) dan Tesis (S2). Sayangnya belum ada mahasiswa dari PTMA yang melakukannya hingga sekarang.
Untuk memproduksi film Pandawa berdurasi 90 menit, menurut perkiraan kami, Kultumsinema membutuhkan biaya sebesar Rp 200-250 juta. Sebuah biaya yang cukup murah, dibandingkan dengan Standar Biaya Rumah Produksi Film di Indonesia. Juga sebuah angka yang relatif kecil jika disandingkan dengan numenklatur Anggaran Belanja pada pos Biaya Promosi salah satu PTMA atau RSMA yang besar di Jawa Tengah. Mari bersinergi saling memberi, berkolaborasi dalam aksi, bergandengan tangan dalam menjalankan kegiatan nyata kemanusiaan universal. Film Pandawa yang diinisiasi MDMC Jawa Tengah dapat dijadikan wasilah amal saleh, sedekah budaya dan peradaban, serta menjadi sarana promosi bagi AUM, BUMM dan UPP tingkat Pusat dan Wilayah.
Wallahu’alam