Pendidikan Perdamaian Atasi Kekerasan
Oleh: Rizki Putra Dewantoro
Pendidikan memainkan peran krusial dalam membentuk masyarakat yang damai dan harmonis. Seperti yang pernah diutarakan oleh Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia. Pendidikan adalah kuncinya untuk membuka pintu emas ke kebebasan, kedamaian, dan pembangunan.
Pendidikan tentang perdamaian memiliki peran sentral dalam mempromosikan toleransi dan resolusi konflik yang damai di antara individu dan masyarakat. Ini bukan hanya tentang mencegah konflik, tetapi juga membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang keberagaman budaya, nilai, dan keyakinan. Dalam era modern yang sering kali dipenuhi dengan ketegangan dan konflik, pendidikan perdamaian berfungsi sebagai fondasi yang diperlukan untuk membangun dunia yang lebih baik.
Pertama-tama, pendidikan perdamaian memungkinkan individu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Melalui pemahaman ini, orang-orang belajar untuk menghargai beragam budaya, keyakinan, dan nilai yang ada di sekitar mereka. Mereka belajar bahwa perbedaan bukanlah sumber konflik, tetapi kekayaan yang harus dirayakan. Dengan demikian, pendidikan perdamaian menciptakan landasan kuat bagi kerjasama antarbudaya dan antarkelompok yang penting untuk membangun masyarakat yang inklusif.
Upaya dalam mengusung gerakan perdamaian diinisiai oleh Irfan Amalee dan Eric Lincoln melalui Peace Generation. Gerakan PeaceGen adalah sebuah inisiatif yang menganjurkan dan mempromosikan nilai-nilai dasar yang menjadi pijakan dalam membangun perdamaian di masyarakat. Sudah 17 tahun Peace Generation mengajarkan perdamaian melalui kurikulum pendidikan perdamaian. Telah membantu ribuan pendidik dan ratusan ribu siswa serta menjangkau 12 negara melalui program PeaceGen.
Terdapat 12 nilai dasar yang diusung oleh Peace Generation yaitu 1. Menerima diri (proud to be me); 2. Prasangka (no suspicion no prejudice); 3. Perbedaan etnis (different culture but still friends); 4. Perbedaan agama (different faiths but not enemies); 5. Perbedaan jenis kelamin (male and female both are human); 6. Perbedaan status ekonomi (rich but not proud, poor but not embarrassed); 7. Perbedaan kelompok atau geng (gentlemen don’t need to be gangsters); 8. Keanekaragaman (the beauty of diversity); 9. Konflik (conflict can help you grow); 10. Menolak kekerasan (use your brain not your brawn); 11. Mengakui kesalahan (not too proud to admit mistakes); 12. Memberi maaf (don’t be stingy when forgiving others).
Irfan Amalee merupakan lulusan Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut yang juga dikenal sebagai Kiai Perdamaian. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai perdamaian ke dalam kehidupan sehari-hari, Peace Generation berharap untuk membangun masyarakat yang lebih toleran, inklusif, dan berkelanjutan, yang mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan memberdayakan setiap individu untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Ikhtiar Peace Generation sejalan dengan Program Kemendikbudristek yang telah mengeluarkan pertaturan terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP). Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyebut Januari hingga Agustus 2023 terdapat 16 kasus perundungan (bullying) di lingkungan sekolah pada. Permasalahan bullying di sekolah merupakan isu serius yang telah lama menjadi perhatian di berbagai negara. Beberapa studi menunjukkan bahwa bullying dapat memiliki dampak jangka panjang yang merugikan, baik bagi korban maupun pelaku. Dampaknya meliputi gangguan emosional, tekanan psikologis, bahkan pada beberapa kasus, dapat berujung pada tindakan bunuh diri.
Maka, pendidikan perdamaian mengajarkan keterampilan mengatasi konflik yang konstruktif. Individu diberdayakan dengan alat-alat untuk mengidentifikasi akar masalah, mendengarkan dengan empati, dan bekerja menuju solusi yang saling menguntungkan bagi semua pihak terlibat. Mereka mempelajari bahwa konflik adalah bagian alami dari kehidupan, tetapi bagaimana kita meresponsnya yang menentukan hasilnya. Dengan demikian, pendidikan perdamaian mempersiapkan individu untuk menjadi pemimpin yang efektif dalam menyelesaikan konflik, baik itu dalam lingkup pribadi maupun global.
Selanjutnya, pendidikan perdamaian memberikan landasan moral yang kuat bagi generasi mendatang. Melalui pembelajaran tentang nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan, individu didorong untuk mengembangkan sikap sosial yang bertanggung jawab. Mereka memahami bahwa keberagaman bukanlah tantangan, melainkan peluang untuk memperkaya masyarakat. Dengan begitu, pendidikan perdamaian tidak hanya mempersiapkan individu untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tetapi juga agen perubahan yang progresif dalam memajukan perdamaian dan memberikan manfaat sosial.
Kunci dalam membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif dapat dilakukan melalui pendidikan perdamaian. Kita tidak hanya mempersiapkan individu untuk menjadi pemimpin masa depan yang mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif, tetapi juga membangun fondasi moral yang kuat untuk pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan perdamaian, kita dapat melangkah menuju dunia yang lebih aman, adil, dan damai bagi semua.
Persis seperti yang disebut Kofi Annan, “Pendidikan adalah investasi terbaik dalam perdamaian. Pendidikan adalah kekuatan yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan, dan menyelesaikan konflik."