KARANGANYAR, Suara Muhammadiyah - Guru dan Karyawan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Digdaya Bolon beserta beserta Madrasah yang tergabung dalam Konsorsium AUM Colomadu mengikuti Pembinaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Karanganyar dalam acara AUM Mengaji dengan tema “Menjadi Guru yang Dirindukan dan Mencerahkan” Sabtu (20/01/2024).
Pembinaan tersebut merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh PDM Kabupaten Karanganyar dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja Guru beserta Karyawan yang tergabung dalam konsorsium Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Colomadu antara lain, MIM Digdaya Bolon, MIM Gedongan, MIM Ngasem, SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan, SD Muhammadiyah Program Unggulan Colomadu, SMP Muhammadiyah 7 Program Unggulan Colomadu, SD PK Muhammadiyah Batubaran dan TK Aisyiyah se-Colomadu.
Dalam pembinaan tersebut, Drs. Bandung Gunadi selaku narasumber menyampaikan tantangan pembelajaran abad 21 yang dinilai kurang dalam menekankan adab.
“Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) pernah mengungkapkan Pembelajaran yang dilakukan di Indonesia bakal menghasilkan anak-anak yang learning loss.”
Learning loss merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut hilangnya pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang dipicu dari kemunduran proses akademik karena faktor tertentu.
Dia mengungkapkan kekurangan Indonesia bukan terletak pada penurunan akademik anak-anak secara pengetahuan dan keterampilan, namun pada penurunan karakter, akhlaqul karimah anak-anak abad 21.
“Sebenarnya yang menjadi kekurangan Indonesia dalam pembelajaran abad 21 ini bukan terletak pada learning loss, karena kita tidak pernah kekurangan anak-anak yang cerdas. Namun lebih dari itu, Kita kekurangan anak yang memiliki karakter dan adab.” Ungkapnya
Bandung menambahkan pembelajaran yang dilakukan pada satuan pendidikan di Indonesia tidak benar-benar mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki integritas untuk menyeimbangkan antara adab moral dan adab kinerja.
“Yang hilang dalam satuan pendidikan di Indonesia adalah mereka tidak benar-benar mampu mecetak anak yang dapat menyeimbangkan antara adab moral dan adab kinerja. Adab moral yang dimaksud yaitu iman, taqwa, integritas, jujur, berbakti kepada orang tua dan berbudi luhur, sedangkan adab kinerja yaitu kerja keras, ulet, tabah, istiqomah, konsisten dan disiplin.” Imbuhnya
Dirinya juga turut menjelaskan faktor utama pemicunya bukan berada pada sistem pendidikan yang dianut oleh Indonesia.
“Yang menjadi faktor tidak serta merta adalah kurikulum pendidikan Indonesia, namun faktor utamanya adalah guru dan karyawan sekolah yang tidak mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya, karena pembelajaran karakter berbasis adab bukan hanya teori yang mampu diejawantahkan ketika pembelajaran, namun pembelajaran karakter adalah kebiasaan yang diperlihatkan.” Ungkapnya
Oleh karena itu, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Digdaya Bolon sesuai dengan visinya yaitu “Lembaga pendidikan islam berkemajuan yang berlandaskan ketahuidan untuk melahirkan generasi ahli dzikir, ahli pakar dan ahli ikhtiar menuju Indonesia berakhlakul karimah.” gencar melakukan upaya untuk menanamkan karakter dan adab peserta didik.
Upaya tersebut terlihat dari kebiasaan yang telah dibangun sejak lama, seperti membiasakan anak untuk sholat tepat waktu, murojaah quran setiap pagi, menghormati guru, dan lain sebaginya. Serta dari proses pembelajaran yang berbasis pada kreativitas peserta didik dan budi pekerti.
Tak lupa upaya pengembangan kompetensi guru juga menjadi agenda utama agar mampu menciptakan tenaga pendidik yang memiliki adab moral dan adab kinerja hingga mampu menjadi suri tauladan peserta didik MIM Digdaya Bolon Colomadu.
Motivasi Kinerja Guru dan Karyawan
Drs. Bandung Gunadi selaku narasumber memberikan semangat kepada seluruh Guru dan Karyawan yang hadir dalam pembinaan tersebut, agar tidak risau terhadap rezeki kita sebagai seorang guru honorer, ditengah gempuran peningkatan gaji guru ASN.
“Guru-Guru honorer jangan sampai iri dengan gaji guru ASN, karena rezeki seseorang sudah diatur oleh Allah SWT, selain dari bekerja, Kita sebagai Guru honorer di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tidak selayaknya hanya berfikir duniawi, namun juga berfikir tentang tabungan amal akhiratnya.” Ujarnya.
Bandung menjelaskan tingkatan rezeki ketika Allah SWT memberikan rezeki kepada umat-Nya.
“Ada tiga tingkatan ketika Allah SWT membagikan rezeki kepada umatnya, Pertama, Rezeki yang dijamin oleh Allah SWT, dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan bahwa tidak satupun makhluk bergerak di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah SWT. Kedua, Rezeki yang bisa didapat dengan berusaha, dalam QS. An-Najm ayat 39 dijelaskan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Ketiga, Rezeki karena kita telah bersedekah, dalam QS. Al-Baqarah ayat 245 dijelaskan bahwa siapakah yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Keempat, yaitu puncaknya ketika kita telah melakukan semua perbuatan diatas, maka yang harus dilakukan adalah Tawakkal, Dalam QS. At-Talaq ayat 3 dijelaskan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” Pungkasnya
Dirinya juga memberikan analogi dengan teori A.J.Toynbee yaitu “Challenge and Response Theory” untuk menggambarkan perubahan besar dapat dilakukan ketika kita mendapat tantangan.
“Sastrawan dari Inggris yaitu A.J Toynbee mencetuskan Challenge and Response Theory ketika dia membandingkan masyarakat mapan dan masyarakat yang mengalami ketidakmapanan, ternyata ditemukan sintesanya bahwa masyarakat yang mengalami ketidakmapanan mampu survive daripada masyarakat mapan. Artinya jangan menjadikan alasan gaji guru non-ASN sedikit sehingga membuat kalian tidak berkembang baik secara kapasitas maupun kapabilitas, Justru permasalahan tersebut dijadikan sebuah Challenge sehingga mampu menghasilkan Response berupa pengembangan diri, softskill, hardskill dan lain sebagainya.” Ujarnya
Diakhir kata, Bandung membagikan tips untuk tetap bersyukur dengan apa yang telah didapatkan.
“Ada beberapa tips agar kita sebagai Guru tetap merasa bersyukur dalam segala keadaan, Pertama, Tidak perlu khawatir tentang hidup Kita, sandarkan hanya kepada Allah SWT, jangan bersandar kepada makhluk, karena itu adalah patah hati yang disengaja. Kedua, Coba mulai bersyukur dengan hal-hal kecil yang sudah didapatkan hingga saat ini. Ketiga, Perbanyak bersedekah. Keempat, Belajarlah untuk hidup sederhana dan apa adanya. Kelima, Tebarlah kasih saying kepada semua makhluk Allah SWT dan jangan pernah memiliki penyakit hati karena itu adalah penyakit yang dampaknya sangat mengerikan baik untuk jasmani maupun rohani,” ungkapnya. (Achmad Mahbuby/Humas)