Pendidikan Etika dan Fikih Lalu Lintas

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
131
Foto Unsplash

Foto Unsplash

Pendidikan Etika dan Fikih Lalu Lintas

Oleh: Mukhlis Rahmanto, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Salah satu masalah umum kehidupan (mu’amalah dunyawiyah) yang perlu mendapat perhatian penting dari seluruh komponen bangsa adalah masalah yang timbul dari kegiatan hilir mudik manusia di jalan. Jalan, sebagai sarana penting lalu-lintas manusia, kendaraan dan sebagainya, selain memberikan banyak kemanfaatan, sebaliknya juga memunculkan kemudaratan. Kemudaratan di jalan dapat diwakili-akumulasikan salah satunya lewat data tinggginya angka kecelakaan lalu lintas, dimana berdasarkan data Polri (2019), terdapat 107.500 peristiwa kecelakaan lalu lintas pada 2019, meningkat dari 103.672 peristiwa pada tahun 2018. Hal ini mengundang berbagai pihak dan perspektif untuk mencarikan solusinya. Agama dan umat beragama, hemat penulis, dapat berperan penting dalam hal ini, khususnya Islam dimana dalam ajarannya secara umum mendukung terwujudnya ketertiban umum dan memberikan seperangkat etika untuk mewujudkan kemaslahatan hidup, khususnya dalam hal berlalu-lintas. Lalu lintas sendiri di sini mencakup baik darat, laut dan udara. 

Al-Qur’an (Qs. Al-Furqan: 63) secara langsung memerintahkan agar manusia ketika berjalan di muka bumi dengan rendah hati (hauna) dan tidak sombong (maraha, Qs. Al-Isra: 37). Sebuah penggalan Hadits Nabi riwayat Al-Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa, as-safaru qith’atun minal-‘azab, safar (bepergian) itu bagian dari siksa. Hal itu dikarenakan si musafir mengalami keadaan sulit (menjadi tersiksa) untuk makan, tidur dan beristirahat, yang berbeda ketika sedang tidak bepergian. Suatu keadaan yang memungkinkan si musafir mengalami labil emosi, sehingga musibah kecelakaan pun dapat terjadi. Beberapa ayat dan Hadits tersebut mengandung nilai yang dapat diturunkan dan jadikan tuntunan dalam hal berlalu-lintas yang kesemuanya bermuara pada upaya terpeliharanya sendi-sendi pokok kehidupan manusia, wabil khusus hifzhu al-nafs, menjaga jiwa dan nyawa manusia. Oleh karena itu, berikut beberapa nilai-nilai yang berasal dari Hadits Nabi dan kontekstualisasinya dalam hal berlalu-lintas:

Pertama, berdoa sebelum melakukan perjalanan, baik jauh atau dekat, untuk senantiasa diberikan penjagaan dan keselamatan oleh Tuhan yang Maha Pemelihara (Al-Hafizh), khususnya ‘inayatullah-nya, disamping kita tidak dapat menghindarkan diri dari sunnatullah. Jika ada kecelakaan fatal dan seluruh penumpang wafat, yang demikian adalah sunnatullah, yakni sesuai dengan hukum-hukum alam yang biasa kita lihat. Tetapi bila kecelakaan sedemikian hebat, yang biasanya menjadikan semua penumpang tewas, tetapi ketika itu ada yang selamat, maka itu adalah ‘inayatullah, yang merupakan salah satu bentuk pemeliharaan-Nya (Quraish Shihab: 2001). Pun Allah adalah khairun hafizhun, sebaik-baik penjaga-pemelihara (Qs. Yusuf: 64). Salah satu doa safar ma’tsur dari Nabi yaitu: 

عَن ابنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّه عَنهُمَا: أَنَّ رسولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كانَ إِذَا اِسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارجًا إِلى سفَرٍ كَبَّرَ ثَلاثًا، ثُمَّ قالَ: سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لـَمُنْقَلِبُونَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ والتَّقْوَى، ومِنَ العَمَلِ ما تَرْضى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنتَ الصَّاحِبُ في السَّفَرِ، وَالخَلِيفَةُ في الأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وكَآبةِ الـمَنْظَرِ، وَسُوءِ الـمُنْقَلَبِ فِي الْـمَالِ والأهلِ وَالوَلَدِ، وإِذا رجَعَ قَالهُنَّ وَزَادَ فيهنَّ: آيِبُونَ، تَائِبونَ، عَابِدُون لِرَبِّنَا، حَامِدُونَ (رواه مسلم)

Dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah Saw. ketika menaiki untanya untuk bepergian bertakbir 3 kali lalu mengucap: Subhanallah yang menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal sebelumnya kami tidak dapat melakukannya, dan sungguh hanya pada Tuhan kami, kami akan kembali. Ya Allah, sungguh kami memohon pada-Mu kebaikan, taqwa dan amal perbuatan yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekat-lipatkanlah jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau yang menyertai kami dalam perjalanan ini dan pengganti pelindung keluarga kami. Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kesulitan perjalanan, pemandangan yang buruk, dan tempat kembali yang buruk, baik pada harta dan keluarga. Dan ketika kembali dari safar, beliau membaca doa tersebut dan menambahi di akhirnya: kami kembali, kami bertaubat, kami beribadah dan kami memuji. (HR. Muslim) 

Hadits ini termaktub dalam Shahih Muslim kitab Al-Hajj no. 1342. Selain itu, dapat dibaca penggalan doa yang lebih populer sebagaimana riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 5095: bismillahi tawakkaltu ‘alallahi la haula wala quwwata illa billah (dengan menyebut nama Allah yang tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas izin-Nya), untuk mereka yang membedakan antara safar sebagai perjalanan jauh dan dekat.

Kedua, menjaga kemaslahatan jalan dan jalur lalu lintas lain (udara dan laut) sebagai bagian dari fasilitas umum dimana kepemilikannya dimiliki oleh publik. Oleh karena itu, menjadi kewajiban setiap warga menjaga keberlangsungan maslahatnya dengan menghindarkan dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak maslahat tersebut (mudarat) sebagaimana salah satu Hadits shahih riwayat Ibnu Majah no. 2340, yang menjadi pondasi inti agama Islam yaitu:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ(رواه ابن ماجه)

Dari Abu Said Saad bin Malik bin Sinan Al-Khudriy ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain (HR. Ibnu Majah)

Jika dikontekstualisasikan dalam hal lalu lintas, Hadits ini menuntut adanya otoritas-otoritas kelembagaan yang mengatur lalu lintas sebagaimana di negara kita seperti Kepolisian melalui Satuan Lalu Lintas dan Direktorat Jenderal Bina Marga di Kementerian Pekerjaan Umum, yang dinaungi oleh Undang-undang No. 22 tahun 2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan adanya aturan dan otoritas ini, maka kemudaratan dan marabahaya yang timbul di jalan, -dimana Nabi Saw. dalam sebuah riwayat menyebut jalan sebagai salah satu sumber kejahatan dan keburukan (ma’wa al-hawam, HR. Muslim)-, dapat diminimalisir. Dari sisi ini, negara kita Indonesia sesungguhnya secara substansi (isi-inti) telah menerapkan ajaran-ajaran Islam tanpa harus bernama-simbolkan negara Islam. 

Ketiga, berperilaku sesuai dengan moral dan karakter Islam di jalan. Dimana dalam banyak Hadits tersebar panduan-panduan etis tentang bagaimana seseorang berinteraksi dan berperilaku di jalan antara lain: memelihara kebaikan dan kemaslahatan jalan, larangan menggangu dan menyakiti pejalan lain hingga menghilangkan gangguan di jalan.

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ بِالطُّرُقَاتِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! مَا لَنَا بُدٌّ مِنْ مَجَالِسِنَا, نَتَحَدَّثُ فِيهَا قَالَ: فَأَمَّا إِذَا أَبَيْتُمْ فَأَعْطُوا اَلطَّرِيقَ حَقَّهُ قَالُوا: وَمَا حَقُّهُ؟ قَالَ: غَضُّ اَلْبَصَرِ وَكَفُّ اَلْأَذَى وَرَدُّ اَلسَّلَامِ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ اَلْمُنْكَرِ ( مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) وَفِي لَفْظٍ : وَتُغِيْثُوا الْـمَلْهُوفَ ، وتَـهْدُوا الضَّالَّ (رواه أبو داود) 

Dari Abu Said al-Khudriy ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari suka duduk-nongkrong di jalan. Mereka berkata: Wahai Rasulullah, kami terbiasa berbincang dan tidak bisa lepas dari tempat itu. Bersabda: Jika kalian tidak menerima (nasehat ini) maka berilah jalan haknya. Mereka bertanya: Apakah haknya? Bersabda: Menundukkan pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, dan menyuruh kebaikan dan melarang kemunkaran” (Muttafaq ‘alaihi), dalam lafal lain: Bantulah mereka yang membutuhkan pertolongan dan tunjukkanlah jalan orang yang tersesat. (HR. Abu Dawud)

Sumber: Majalah SM No 16 Tahun 2020


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Pelajaran Berharga dari Kisah Para Nabi: Tinjauan Buku Lessons from the Stories of the Quran Oleh: ....

Suara Muhammadiyah

8 November 2024

Khazanah

Serangan Mongol (Bagian ke-3) Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas P....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Khazanah

Al Ghazali dan Inkoherensi (Bagian ke-2) Oleh: Donny Syofyan Pada hari pertempuran, para bangsawan....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Khazanah

Hafsah binti Umar Sang Penjaga Kitab Allah Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universi....

Suara Muhammadiyah

23 February 2024

Khazanah

Jejak Awal Masuknya Islam di Kalimantan Oleh: Azhar Rasyid, Penilik Sejarah Islam Dewasa ini, Indo....

Suara Muhammadiyah

3 July 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah