Pengembangan Bisnis Muhammadiyah
Oleh: Saidun Derani
Berbisnis itu adalah kegiatan di mana seseorang atau kelompok orang membuat, menjual, atau menukarkan barang atau jasa dengan tujuan untuk mendapatkan kelebihan (keuntungan). Dalam berbisnis orang-orang berusaha menciptakan ide-ide baru (kreatif dan inovatif) dan mengembangkan produk atau layanan bermanfaat bagi orang lain. Sebab itu kata Ketua PWM Banten periode 2022-2027, berbisnis itu bukan hantu pocong yang perlu ditakutkan.
Dalam konteks berniaga inilah penulis dan Dr. Afrizon Safri diminta menyampaikan hajat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Serang, Banten, Pengajian Bulanan dengan tema “Membangun Kesejahteraan Warga Muhammadiyah”, Ahad, 26 Mei 2024, bertempat di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bojonegara, ada beberapa hal yang menarik perhatian dan perlu mendapat perhatian serius para elite structural persyarikatan.
Pada satu sisi penulis melihat begitu antusias ghirah (semangat) warga ber-Muhammadiyah berdatangan ingin mendengar dan mendapat sesuatu hal yang baru dalam bahasa sosiologi politik disebut sebagai “kelompok kepentingan”. Ingin diakui bahwa mereka eksis di tengah-tengah himpitan ekonomi dan kelompok marjinal dalam struktur ekonomi nasional.
Akan tetapi pada sisi lain penulis dan Dr. Afrizon Safri merasakan suasana dan lingkungan yang “engab” “panas” selain fasilitas yang “kurang” memadai untuk sebuah perhelatan yang bersifat kolosal dan akbar.
Dua pemandangan yang berbeda (kontras) secara diametral ini cukup menjadi fokus penulis dan yang peduli terhadap perkembangan umat dan ormas Islam dalam menjawab tantangan zamannya yang sekarang ini “ekonomi politik” sebagai panglima.
Dalam suasana hati yang menerawang dan memikirkan masalah-masalah di atas, teringat kata-kata Sekjen PP Muhammadiyah ketika kami (SD dan AS) bersilaturahmi kerumahnya belum lama ini. “sudah seharusnya para elite pengurus Muhammadiyah memikirkan dengan memperhatikan persoalan-persoalan financial yang terlibat sebuah kegiatan dan warga Muhammadiyah”, jelasnya. Caranya menurut beliau adalah salah satunya dengan mengembangkan potensi ekonomi yang Muhammadiyah miliki (business).
Dalam konteks mengembangkan potensi ekonomi inilah sebuah keharusan rasa memiliki menjadi taruhan, seperti karakter trust, pekerja keras, kerjasama, kolaborasi dan yang utama sikap hidup hemat serta menjaga amanah sehingga asset bisa diubah menjadi omzet.
Masalah potensi ekonomi Muhammadiyah penulis sudah paparkan secara gamblang sangat melimpah ruah yang terdapat pada warga Muhammadiyah dan AUM dengan ekonomi turunannya itu (https://suaramuhammadiyah.id/read/potensi-ekonomi-muhammadiyah)
Selama ini dari berbagai kalangan kaum Muslim sejauh yang penulis perhatikan dan dengar hanya memberi kritikan yang bernada negatif dan sumbang atas prilaku kalangan taipan dari kelompok “Oligarki Naga Sembilan” dan “Kelompok Macan”. Jarang pengkritik ini bertanya apa kunci keberhasilan mereka memiliki asset yang demikian besar di tingkat nasional dan international. Mengapa rezeki yang begitu berlimpah dipercayakan Allah kepada kelompok Oligarki dan Macan.
Sahabat Tsa’labah dan Abdurrahman bin Auf
Dalam kesempatan tausiyah itu penulis mengambil ibrah atau contoh dua sahabat Nabi Muhammad Saw yang kehidupannya sangat berseberangan karakternya. Yang satu bernama Tsa’labah bin Hatib sedangkan yang lain bernama Abdurahman bin Auf.
Dikisahkan dengan izin Allah atas doa Rasulullah yang semula Tsa’labah miskin dan papa berubah memiliki rezeki (harta) berlimpah. Persoalannya adalah beliau ini berjanji kepada Rasulullah akan memenuhi hak-hak harta itu.
Persoalan janji inilah yang dilanggar dan tidak dipenuhinya ketika Allah sudah memberikan rezeki yang berlimpah itu dengan lalai shalat dan menginfakkan harta yang Allah titipkan kepadanya atas wasilah doa Rasulullah Saw tersebut.
Kasus sahabat Tsa’labah ini yang menjadi sebab turunnya surat at-Taubah, ayat 75-76; “di antara mereka ada yang berikrar (berjanji) kepda Allah “sungguh jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, maka pastilah kami akan berinfak (sedaqah, zakat, hibah, wakaf) dan kami masuk orang-orang yang sholih. Akan tetapi pasca Allah sudah memberikan sebagian karuniaNya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling dan mereka memang orang-orang yang selalu membelakangi (kebernaran)”.
Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya menyebutkan bahwa kasus Tsa’labah bin Hatib ini menjadi sebab mengapa Nabi bersabda “ ayatul munafiq tsalats, tanda-tanda ayau indikasi orang munafik ada tiga, yaitu kalau ngomong berbohong, berjanji dia ingkari, dan jika dipercaya dia berkhianat (Bukhari-Muslim). (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, 240-241).
Akhir hayat kematian sahabat Tsa’labah bin Hatib pada periode Utsman bin Affan dalam kondisi yang memprihatinkan. Ini contoh orang Islam diberi rezeki yang berlimpah akan tetapi melanggar sendiri janjinya yang sudah diikrarkan di hadapan Rasulullah.
Berbeda dengan Tsa’labah, sahabat Abdurrahman bin Auf (lahir di Mekkah, 10 tahun pasca tahun Gajah) sebaliknya. Beliau kebingungan dengan hartanya yang berlimpah ruah. Semakin banyak diinfakkan maka semakin banyak yang dtitipkan Allah kepadanya. Sehingga ketika beliau meninggal dunia pada usia 72 tahun hartanya kisaran 6 Triliun pada masa itu.
Kunci Pembuka Rezeki
Dalam Kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi Dimasqi (w. 1277) dan disyarah oleh Imam Nawawi al-Tanari al-Banteni (w.1897), disebutkan bahwa ada 4 pembuka rezeki, yaitu dirikan solat malam secara istiqmah, kedua, perbanyak istighfar, ketiga banyak bersedaqah, dan terakhir perbanyak berzikir.
Tentang solat malam ini kitab-kitab hadis dan Alqur’an menerangkan bahwa jelas sekali insentif yang diberikan dan dijanjikan Allah bagi yang melaksanakan secara istiqamah. “Ketahuilah sungguh kemulyaan seorang mukmin ada pada mendirikan solat malam”, jelas Nabi.
Pada kesempatan lain Rasul bersabda, “sungguh di malam hari itu ada waktu tertentu kalau seseorang mukmin meminta kepada Allah kebaikan dunia-akhirat, pasti Allah ijabahkan/qabulkan, dan hal tersebut ada pada setiap malam”. (HR Muslim).
Allah berfirman dalam surah Isra’, ayat 79 bahwa dirikanlah sebagian malam dengan bertahajjud sebagai ibadah tambahan, semoga dengan demikian Allah Swt akan mengangkat derajat kalian ke tempat yang terpuji.
Yang kedua adalah istighfar sebuah permintaan ampunan kepada Allah mengandung makna yang luas. Dapat diartikan dengan mengoreksi diri secara terus menerus apakah kekuatan dan potensi diri yang sudah diberikan Allah dikembangkan sebagaimana mestinya secara maksimal dan optimal. Kemudian dipertanyakan juga pemanfataannya apakah dalam konteks keridhaan Allah untuk kesejahteraan alam semesta.
Dalam bahasa managemen conflik disebut dengan KeKePan (kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan) (SWOT). Dalam konteks inilah setiap muslim harus beristighfar mengoreksi dirinya berapa kekuatan dan berapa pula kelemahan dimilikinya sehingga dapat diperhitungkan kemungkinan menjadi orang beneran, atau sebaliknya menjadi orang-orangan.
Di sini penulis ingin mengutip hadis dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda “siapa saja yang banyak beristighfar maka akan dijadikan Allah baginya yang susah menjadi mudah, sempit menjadia lapang, dan rezeki datang tidak diduga-duga”.
Keharusan banyak bersedaqah tanpa berpanjang kalam penulis mengambil contoh pada sahabat Abdurahman bin Auf menjadi rujukan kebenarannya. Belum lagi kasus-kasus yang terjadi di sekitar kita sehari-hari dpat dilihat perilaku teman-temen dan saudara-saudara kita yang pelit alias kikir berbanding terbalik dengan teman-teman dan saudara-saudara kita yang suka menolong dan bersadaqah. Rasa bahagia dan sumringah hatinya dapat berbagi kepada sesame.
Dan sedaqah itu tidak harus berupa harta. Sabda Nabi bahwa setiap perbuatan baik itu adalah sadaqah, kata-kata santun, membuang sampah pada tempatnya, mengajar, tausiyah, memberi makan orang lapar, menjaga alam flora dan fauna, dan membersihkan tempat ibadah, termasuk belajar itu adalah sadaqah. Dengan demikian makna sadaqah sangat luas.
Pada hadis yang lain Nabi mengatakan bahwa sadaqah itu dapat menyembuhkan penyakit, menjauhkan dari balak dan ditimpa bencana. Bahkan dikatakan Nabi bahwa sadaqah dapat mengindari seseorang dari penyakit campak dan safak.
Dan terakhir memperbanyak secara istiqamah melaksanakan zikir pagi dan petang dengan harapan mengharap kasih sayang Allah Swt. Karena seperti disampaikan KH. M. Syamsuddin, seorang ulama kondang kelahiran Serang Banten, bahwa kunci masuk surga itu ada dua , yaitu tobat meminta ampunan kepada Allah atas segala kekurangan dan kekhilafan baik dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, dan kedua kasih sayang Allah. Dalam konteks inilah makna banyak berzikir mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dan sebaliknya seperti kasus sahabat Tsa’labah yang awalnya mendapat kasih sayang dan kepercayaan Allah karena faktor lalai solat, tidur subuh, gaya hidup hedon dan melanggar janji, bohong, serta berkhianat, maka Allah cabut kepercayaan itu. Dari orang berkecukupan menjadi kembali sebagai orang papa dan meninggalnya dalam keadaan yang memprihatinkan. Untuk itulah sangat bagus mengambil contoh sahabat Abdurrahman bin Auf di atas.
Trauma
Kondisi yang timbul sebagai akibat dari pengalaman yang buruk yang dialami seseorng seperti kecelakaan, korban kekerasan fisik, bencana alam atau penipuan, jelas Kamus Besar Bahasa Indonesia makna trauma.
Di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah sekarang ini kalau ada yang membicarakan bisnis selalu mucul dan lahir suasana batin “trauma” sehingga membuat sebagian Pimpinan dan warga Muhammadiyah mengalami gamang dan terkesan anti dengan usaha-usaha dan pemikiran yang bersifat bisnis.
Padahal sudah jelas persoalan pokok yang dihadapi Muhammadiyah umumnya, khususnya Muhammadiyah wilayah Banten adalah persoalan ekonomi dan financial selain masalah tertib administrasi. Hal ini diketahui dari hasil studi tahunan penulisan Sejarah “Muhammadiyah Provinsi Banten” diterbitkan pada tahun 2023.
Coba dengar informasi Bu Hj. Rohyati, SPd, Ketua Aisyiah PDM Kab. Serang, pada Pengajian Bulana PDM Kab. Serang di atas. Lalu simak peringatan keras walaupun disampaikan sembari berseloroh ketawa Ketua PWM Banten Dr. KH. M. Syamsuddin, pada penutupan Rakerwil ke-2 PWM Banten 5 Mei 2024 yang lalu.
Mendirikan koperasi dengan semangat berapi-api ingin mengentaskan kemiskinan diri sendiri dan ummat malahan kebablasan. Galak lah (marahnya berlebihan) yang ditagih ketimbang yang menagih hutangnya, yang pada akhirnya bangkrut koperasinya, keluh Bu Hajjah Rohyati.
Lalu lahir BMT dan Bank Muhammadiyah dengan niat yang sama ingin mengangkat harkat dan martabat ekonomi warga Muhammadiyah malahan sebaliknya uangnya terbang tidak tahu ke mana rimbanya di telan masa, jelas Ketua PWM Banten tersebut (Penulis tidak mau menyebutkan nama pelakunya untuk menjaga nama baik keluarganya. Sayangnya tidak diaudit secara tuntas why terjadi demikian).
Kejadian-kejadian semacam inilah yang penulis maksud bahwa semakin menambah luka lama kalau sudah berbicara dan ingin melakukan usaha yang bersifat bisnis di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah.
Akan tetapi tegas Ketua PWM Banten, kalau dilarang berusaha warga Muhammadiyah apalagi pengurus PWM Banten salah juga. Sebab itu harus berhati-hati untuk memulai ke depan dalam konteks mengelola asset Muhammadiyah supaya menjadi omzet. Bismillah.
Penutup
Atas Restu dan Keputusan Rakerwil ke-2 PWM Banten, Ahad, 5 Mei 2024, Majelis Pendayagunaan Wakaf (MPW) yang dipimpin Buya Mursal Abdul Malik mencoba menggagas beberapa usaha yang bersifat bisnis dengan dipimpin seorang akademisi dan praktisi ekonomi Dr. Haji Afrizon Safri.
Dasar pemkirannya sederhana saja bahwa harus berfikir besar, mulailah dari kecil, dan jangan takut mengambil keputusan (memulai actions). Kata kuncinya adalah ada sinergitas antara pengawas dan karakter pelaksana lapangan yang berjiwa kerja keras, visoner, dan trust, serta menjaga amanah. Dan yang utama pengurus dan pengawasnmya adalah takut dengan Akhirat, siksa Allah masuk neraka.
Dalam konteks inilah melihat perjalanan panjang gagasan-gagasan usaha yang bersifat bisnis dari Majelis Pendayagunaan Wakaf (MPW) PWM Banten yang wujudnya melahirkan Koperasi Syariah Surya Sarana Sejahtera, di bawah pengawasan yang sistemik dan terstruktur PWM Banten. Memulai sesuatu itu sulit dan lebih sulit lagi menjaga dan membesarkannya lebih jauh ke depan, kata petuah orang tua.
Demikianlah rezeki tidak dititipkan Allah kepada para hambaNya tanpa ada wasilah yang benar-benar ada kegiatan dan usaha pengembangan bisnis yang terfokus dengan mengharap Ridha Allah Swt. Amalan-amalan yang penulis maksud di atas adalah untuk membangun jiwanya (mentalitynya). Sedangkan upaya-upaya bisnis adalah untuk menggerakkan raganya. Dan ini juga barangkali makna lagu Indonesia Raya “Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya”. Insya Allah
Penulis adalah Dosen Pacasarjana UM-Surby dan UM-T, aktiviis PWM Banten 2022-2027.