Pentingnya Kolaborasi Mempersiapkan Generasi Emas yang Beradab
Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon, Pedan, Klaten
Keinginan atau cita-cita seorang anak agar menjadi anak yang sukses dan beradab tidak terwujud jika tidak adanya satu frekuensi dalam mempersiapkannya.
Tahun ajaran baru sudah berlangsung, yang mana setiap madrasah atau lembaga pendidikan baik itu yang dikelola pemerintah maupun swasta (yayasan) pastinya sudah mempunyai program-program sebagai bentuk implementasi visi atau cita-cita yang diinginkan. Seperti halnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Klaten. Dalam rangka mencapai tujuan, pihak penyelenggara mempunyai langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas anak didiknya.
Dalam beberapa hari yang lalu, penulis menerima undangan rapat komite. Kebetulan penulis menjadi anggota komite bersama beberapa tokoh, yang mana mayoritas anggotanya adalah orang-orang dari persyarikatan Muhammadiyah. Karena sebelumnya, sebelum menjadi negeri, dulu bernama MTs Muhammadiyah Pedan.
Dari pertemuan itu, kepala madrasah menyampaikan pemaparan perkembangan madrasah, prestasi yang dicapai baik secara kualitas maupun kuantitas, serta program kerja madrasah ke depan. Ini sangat penting dan harus dilakukan agar eksistensi atau keberadaan madrasah diperhitungkan, sehingga menjadi bagian dari ikhtiar untuk keberlangsungan madrasah itu sendiri.
Tugas orang tua dalam mendidik secara formal tidak lantas hanya diserahkan pada pihak penyelenggara pendidikan (sekolah/madrasah) saja, tetapi harus ada kolaborasi atau kerja sama yang baik. Sehingga akan memperoleh hasil atau output yang diinginkan. Maka semua pihak, yaitu orang tua/wali murid dan pihak madrasah (sekolah), harus mempunyai satu kesatuan pandangan yang sama (satu frekuensi). Jangan sampai orang tua lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab hanya kepada sekolah.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, perlunya kolaborasi (kerja sama yang saling mendukung dan menguntungkan). Kolaborasi mempunyai makna dan pengertian, yaitu melibatkan kerja sama aktif setiap individu atau kelompok untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam mencapai tujuan. Hal ini dilakukan untuk mencapai hasil bersama.
Seperti halnya di dunia pendidikan, bagaimana dari hasil pengajaran tersebut anak didik mampu mengimplementasikan apa yang telah didapat di bangku sekolah. Sebagai contoh, pihak sekolah atau madrasah dalam rangka meningkatkan pamor sekolah harus punya terobosan inovatif agar masyarakat tertarik, serta memiliki brand yang layak dijual sebagai magnet masyarakat, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikulernya. Selain itu, sumber daya tenaga pendidik yang mumpuni dan memiliki mindset visioner juga sangat penting.
Untuk menunjang hal tersebut, sarana dan prasarana baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik harus menjadi perhatian serius, sehingga keluarga besar sekolah merasa nyaman. Sebagai contoh, program di MTsN 4 Klaten mencakup pembangunan pagar depan, gedung ruang belajar, laboratorium, dan lain sebagainya. Hal ini membuat anak didik merasa nyaman sehingga mudah menerima transfer ilmu dari guru/ustaz.
Semangat Gotong Royong
Dalam dunia pendidikan kita mengenal timbal balik antara sekolah, anak didik, orang tua/wali, komite, dan pemerintah. Karena pada dasarnya pendidikan adalah kebutuhan dasar dan mutlak yang harus dilakukan. Pemerintah, yang menerima mandat dari rakyat, dengan kebijakannya secara garis besar bertugas meningkatkan kualitas pendidikan anak di Indonesia.
Apalagi di tengah perubahan (disrupsi) zaman yang begitu cepat, di era digital ini mau tidak mau kita harus bisa menyesuaikannya untuk meningkatkan kualitas anak didik, misalnya dengan teknologi AI, coding, dan sebagainya. Selain itu, sesuai peraturan dari Kemendikbud, penentuan kelulusan pada tahun ini tidak hanya berdasarkan prestasi saja, tetapi juga melalui Tes Kemampuan Akademik (TKA). Hal ini memerlukan sarana prasarana, salah satunya pengadaan laptop.
Maka, semua pihak harus mengambil peran yang baik, yaitu menunaikan kewajibannya untuk menunjang proses belajar mengajar. Dibutuhkan gotong royong bersama. Jika ini berjalan dengan baik, mewujudkan generasi emas yang beradab akan terwujud. Jika kita tidak mempersiapkan dari sekarang, maka ke depan jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah, baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya: "Apa engkau tidak khawatir meninggalkan anak turunan dalam keadaan lemah?"
Semoga dengan ikhtiar yang diawali kerukunan dan satu rasa, sama-sama mendambakan generasi penerus yang maju dapat digapai dengan doa, usaha, dan laku. Wallahu a‘lam bish-shawab.