Pentingnya Ruang Terbuka Hijau: Ikhtiar Menjaga Keseimbangan Alam di Tengah Kehidupan Modern

Publish

16 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
82
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Pentingnya Ruang Terbuka Hijau: Ikhtiar Menjaga Keseimbangan Alam di Tengah Kehidupan Modern

Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon Klaten

"Seiring perkembangan zaman serta kultur kehidupan manusia dari agraris menuju industri, mau tidak mau akan berdampak pada keseimbangan alam itu sendiri."

Dikala penulis memegang tampuk kepemimpinan sebagai Ketua RT selama dua tahun, 2018–2020, saat itu penulis berdiskusi dengan Sekretaris RT (Ismail). Prihatin melihat lahan kosong yang cukup luas tetapi sangat kumuh karena ditumbuhi rerimbunan dan dijadikan tempat pembuangan sampah oleh sebagian warga.

Atas keprihatinan itulah, pada tahun 2019 penulis bersama sang sekretaris berinisiatif membuat proposal pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ditujukan kepada Kepala Desa setempat, agar lahan kosong yang kumuh itu bisa dimanfaatkan, tidak hanya agar bersih, tetapi juga sebagai tempat berinteraksi sosial (olahraga, bermain), serta kegiatan masyarakat lainnya.

Dengan membangun sinergi dan kolaborasi mulai dari Ketua RT saat ini, masyarakat, dan Pemerintah Desa (Kepala Desa, BPD), pada awal bulan April 2025 ada titik terang bahwa impian punya Ruang Terbuka Hijau (RTH) — atau kalau orang Jawa dulu menyebutnya Alun-Alun "Sasana Wilapa Gayam" — mulai menjadi kenyataan.

Nama tersebut memiliki arti dan makna: tempat atau titik awal menuju ketenteraman. Selain itu, karena di tengah areal RTH atau alun-alun tersebut ada pohon Gayam, maka sebagai bentuk menjaga pohon Gayam yang ada di area alun-alun kampung tersebut, diharapkan warga masyarakat — saat berolahraga, anak-anak bermain, maupun kegiatan lainnya — pikirannya bisa rileks, syaraf menjadi kendur, dan kembali segar setelah melakukan aktivitas yang menyita pikiran dan tenaga.

Sehingga hal ini akan menjadi sebuah ikon baru di kampung maupun desa. Walaupun pengerjaannya bertahap atau multi-years, hal ini juga harus mempertimbangkan kemampuan keuangan desa.

Sebuah ikhtiar yang berusaha menyelaraskan pentingnya menjaga alam ini, baik dari segi bagaimana tetap merawat pohon atau tumbuhan, serta penataan agar lahan kosong tidak kumuh dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan atau kemaslahatan. Sehingga akan terjadi keseimbangan lingkungan, lebih-lebih keseimbangan alam yang lebih luas.

Hal ini selaras dengan apa yang telah diperintahkan Allah dalam Surat Al-A'raf ayat 56:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ ۝٥٦

Wa lâ tufsidû fil-ardli ba‘da ishlâḫihâ wad‘ûhu khaufaw wa ṭama‘â, inna raḥmatallâhi qarîbum minal-muḥsinîn

"Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."

Jika kita merujuk pada ayat di atas, maka yang menjadi perhatian dan harus digarisbawahi adalah larangan Allah kepada manusia agar tidak merusak bumi — dalam bentuk apapun. Maka dalam hal ini, kita sebagai umat manusia yang diberi akal dan pikiran harus merawat bumi dan isinya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penting ada tuntunan bagi manusia agar tidak merusak lingkungan.

Ekologi dan Ekosistem

Dalam kaitan ini, jika kita menelisik lebih dalam tentang ekologi dan ekosistem, maka keduanya berbeda pengertian. Kita harus memahami bahwa ekologi adalah ilmu, sedangkan ekosistem adalah timbal balik dan dampak dari interaksi ekologi.

Oleh karena itulah, kita sebagai insan yang sempurna — diberi akal, pikiran, dan naluri — harus memahami pentingnya timbal balik antara kita dengan makhluk hidup dan lingkungan (suhu, air, cahaya). Apabila kita melakukan perusakan terhadap alam, maka suhu akan meningkat, air akan menyusut dan berubah, serta jika kita tidak mempergunakan energi dengan bijak maka akan mengalami kekurangan cahaya. Di sinilah pentingnya mitigasi dalam kehidupan.

Sedangkan ekosistem terbentuk dari interaksi timbal balik antara komponen makhluk hidup dan lingkungan fisik, baik yang alami (hutan, lautan, sungai), maupun ekosistem buatan (sawah, kebun, taman). Jika kita bersifat serakah dan merusak lingkungan, maka dampaknya sangat luas dan bisa menjadi musibah besar: perubahan iklim, banjir, tanah longsor, gempa bumi — semuanya merupakan bagian dari akibat ketidakpedulian terhadap ekologi dan ekosistem.

Kita tidak boleh mengabaikan dampak yang ditimbulkan, karena akan mempengaruhi tata kelola kehidupan umat manusia di dunia ini.

Oleh karena itulah, sebagai insan khalifah fil-ardh (pemimpin di muka bumi), kita harus membangun dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam di tengah peradaban yang terus berubah dengan cepat saat ini. Sehingga keberlangsungan dan keberlanjutan alam tetap terjaga dengan baik.

Wallahu a‘lam bish-shawab.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kesempatan Berbuat Baik  Oleh: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar  Selalu ada ruan....

Suara Muhammadiyah

3 August 2024

Wawasan

Membangun Ekonomi Muhammadiyah  Oleh: Saidun Derani Tulisan penulis tentang “Memegang d....

Suara Muhammadiyah

13 May 2024

Wawasan

Oleh: Najihus Salam Kader IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Al-Qur’an sebagai Petunjuk dalam....

Suara Muhammadiyah

17 January 2024

Wawasan

Mengoptimalkan Eksistensi Buku Oleh : Dr. Nasrullah, M.Pd., Alumni Program Doktor (S3)  Pendid....

Suara Muhammadiyah

17 May 2024

Wawasan

Resesi dalam Kehidupan Dalam kehidupan di dunia ini tidaklah semulus jalan tol dan secepat pesawat,....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah