LAMPUNG, Suara Muhammadiyah – Rangkaian Suara Muhammadiyah Road To Sumatera ditandai dengan peresmian SM Corner Lampung. Bersamaan dengan itu, peresmian yang dilaksanakan pada Jumat (4/10) ini juga terjalin MoU meliputi MoU SM Corner, SM Tour and Travel, SM Tower, Majelis Dikdasmen-PNF terkait penyedia kebutuhan seragam sekolah melalui jaringan SM Corner.
Ketua PWM Lampung Sudarman menuturkan, kehadiran SM Corner Lampung sangat dinantikan warga Persyarikatan sekitar. Ia menyebut, SM Corner sebagai representasi dari dakwah Nabi Muhammad Saw dibidang perekonomian. Di mana, Nabi semasa hidupnya menjadi seorang pedadang.
“Ini sesuai dengan treadmark Muhammadiyah. Muhammadiyah itu kan diambil dari nama Nabi yang Agung dan Mulia. Yang Nabi itu salah satu aktivitasnya adalah berdagang. Kalau Muhammadiyah tidak bergerak dibidang ekonomi (tidak berdagang), maka akan kehilangan ciri khas Kemuhammadiyahannya,” sebutnya.
Sudarman menyebut, Muhammadiyah memang sudah tepat berdakwah dibidang ekonomi. Apalagi sesuai dengan keputusan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2015. Di mana menjadikan gerakan ekonomi sebagai pilar ketiga dari gerakan ekonomi Persyarikatan.
Sudarman melanjutkan, keberadaan SM Corner telah menyebar di seluruh Indonesia. Ia sangat bangga dan memberikan tahniah. Hal inilah yang kemudian menjadikan inspirasi untuk bersama-sama dalam mengembangkan amal usaha dibidang ekonomi.
"SM Corner ini sekarang sangat agresif dan inovatif, sehingga di beberapa provinsi di dampingi untuk dikembangkan amal usaha bidang ekonomi. Muhammadiyah Lampung sudah tumbuh besar dan membanggakan dengan hadirnya SM Corner. Mudah-mudahan dengan kehadiran SM Corner akan lebih maju dan membanggakan kita semuanya,” tegasnya.
Di sisi lain, Deni Asy’ari, Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media / Suara Muhammadiyah mengatakan, SM Corner menjadi wujud nyata gerakan ekonomi berbasis jamaah berhasil dijalankan oleh Suara Muhammadiyah.
“Semoga dengan hadirnya SM Corner Lampung ini menjadi jalan keberkahan bagi kita untuk Muhammadiyah dalam membangun ekonomi berbasis jamaah,” ujarnya.
Deni menambahkan, kiprah Suara Muhammadiyah sekarang ini terinspirasi dari hijrah Nabi ke Yastrib (Madinah). Setelah membangun Masjid Quba’, Nabi membangun Pasar Souq al-Madinah. Menurutnya, pasar ini sebagai pasar alternatif umat Islam yang sebelumnya sudah ada pasar yang didirikan oleh Kaum Yahudi.
Tetapi, pasar ini justru melakukan penyimpangan yang berwujud menyengsengsarakan masyarakat sekitar. Dengan iktikad Nabi, maka didirikanlah pasar itu meski banyak mendapatkan pertentangan, Nabi tidak patah semangat mendirikan pasar sebagai pusat pergerakkan ekonomi.
“Pasar yang didirian Nabi untuk melawan ketidakadilan dan kezaliman. Konsep yang diterapkan Nabi seperti salat berjamaah di masjid. Siapa yang dahulu masuk masjid, mengisi shaf di depan, maka dialah yang berada di barisan terdepan. Begitu dengan pasar ini, siapa yang dulu masuk kompleks pasar, dialah yang punya lapak di pasar ini,” jelasnya.
Deni menyimpulkan kiprah Nabi dengan mendirikan Pasar Souq al-Madinah tidak hanya menegakkan dan mengajarkan bagaimana ibadah dan moralitas, tetapi juga mengajarkan umat agar membangun kekuatan ekonomi berbasis jamaah.
“Artinya kekuatan ekonomi yang dibangun di Madinah oleh Nabi bukan kekuatan personal. Tetapi oleh kekuatan jamaah, sehingga kekuatan ekonomi bisa Yahudi bisa tumbang bukan oleh kekuatan personal, tetapi oleh gerakan ekonomi berbasis jamaah,” tegasnya.
Maka dari itu, Ini membutuhkan jihad lil-muwajahah. Yakni jihad yang positif, jihad yang konstruktif, dan jihad yang solutif dalam menghadapi pelbagai tantangan saat ini dengan senantiasa ikhtiar secara maksimal menghadirkan gerakan ekonomi berbasis jamaah.
“Untuk menghadapi para oligarki tidak mungkin dilakukan seorang diri. Maka, kami berkesimpulan, cara kita satu-satunya adalah dengan kita mengonsolidasikan potensi ekonomi umat dalam bentuk gerakan ekonomi berabsis jamaah,” tandasnya. (Cris/Azka/Lika)