SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Ashoka Indonesia mengadakan acara Training Of Fasilitator Sesi Anak Kita Bach 2 secara daring, awalnya peserta mengikuti 4 kali pelatihan secara online, sebagai salah satu persyaratan adalah mengikuti sesi panel, oleh panitia, dibagi 2 hari yaitu ada yang mengikuti pada Kamis dan Jumat (7/11).
Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pinpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah, Koordinator Divisi Lingkungan Hidup, Deny Ana I’tikafia, lolos mengikuti seleksi, turut menjadi salah satu peserta dari kegiatan tersebut, materi yang dipresentasikan adalah tentang mempersiapkan mental masa depan anak agar sadar hemat energi, mendapatkan jadwal panel pada hari pertama yaitu kamis (6/11).
Penyelenggara kegiatan mewajibkan 1 orang peserta menjadi presenter, dan mewajibkan menghadirkan 1 orang panelis, Deny Ana I’tikafia mengajak Ketua LLHPB PDA Brebes, Sylvia Irmawati Setiawan sebagai panelisnya, dengan pertimbangan sesama auditor lingkungan yang telah mengikuti Trauinin Of Trainer (TOT) 1000 cahaya di Yogyakarta 19 sampai 22 Agustus 2025.
Kegiatan presentasi tersebut dalam satu ruangan terdiri dari dua presenter yang telah ditentukan oleh penyelenggara, terjadwal ditempatkan di ruangan 15 dengan 2 presenter, yaitu Deny Ana I’tikafia dan Febrina Rahmawati, aktivis perubahan lingkungan dari SMP Negeri 3 Kediri, Tabanan Bali, materi yang dibawakan adalah kasus bunuh diri yang baru marak terjadi di Bali akhir-akhir ini yang perlu segera ditangani, sedangkan panelis dari penyelenggara kegiatan adalah Mauliya Risalaturrohmah.
Menurut Deny Ana I’tikafia, menyatakan bahwa, ”Kegiatan ini sangat sinergi dengan kegiatan yang ada di LLHPB PWA Jawa Tengah, yang telah menginisiasi ibu aisyiyah di 35 kabupaten/kota, agar memberikan edukasi kepada keluarga masing-masih terutama anak untuk sadar akan hemat energi sejak usia dini,” tuturnya.
“Menghadapi dunia baru, bagi anak jaman sekarang yang kebiasaannya sangat jauh perbedaan adat dan kebiasaannya, dibutuhkan suatu perubahan dalam diri masing-masing individu, merubah mindset menjadi prilaku hemat energi, tidak semudah yang dibayangkan, anak sudah berkebiasaan menggunakan fasilitas handpone sebagai kebutuhan yang primer, disamping kebutuhan peralatan rumah tangga seperti mesin cuti, lemari es, dispenser, kompor, air condisioner, dan peralatan lainnya,” tandasnya.
“Merubah kebiasaan diri baik di rumah, maupun pada waktu di sekolah atau ditempat kerja dan di manapun berada, budaya agar hemat energi sangatlah memerlukan energi positif bagi diri masing-masing individu agar mampu menjadi changemakker (pembawa/agen perubahan) minimal bagi diri sendiri bahkan bisa merubah mindset orang sekelilingnya,”harapnya.
Lebih lanjut disebutkan bahwa.”Penyadaran perilaku terhadap anak, sejak dini, setidaknya agar semampu diri , bisa mengurangi kebutuhan akan daya listrik, dan segera diupayakan pula akan pentingnya energi terbarukan, misal energi dari tenaga surya, dengan harapan makin diperhitungkan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari,“ jelasnya.
Di akhir sesi, secara umum, dapat disimpulkan bahwa.”Peliknya permasalahan anak kita yang makin kompleks, hendaknya setiap orang tua memberi contoh yang baik bagi anak di rumah, chill see, chill do, itu memang betul faktanya, siapa lagi yang akan ditiru, kalau bukan orang tua serumah, yang dilihat dari kecil, hingga dewasa pada akhirnya berhadapan dengan faktor lingkungan yang semakin beragam permasalahannya.”pungkasnya. (Dafia)


