SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Kelompok satu peserta Ruang Pemberdayaan PC IMM Kota Surabaya melaksanakan kunjungan lapangan (Field Study) di daerah Kampung Dolly dan Jarak, Kecamatan Sawahan, Surabaya, pada Sabtu (05/10/2024).
Kunjungan ini merupakan agenda riset terakhir dari program Ruang Pemberdayaan. Dengan enam anggota, tim ini menelusuri sejarah dan transformasi sosial kawasan yang dulunya dikenal sebagai pusat prostitusi terbesar di Surabaya.
Kelompok tersebut mewawancarai Bang Jarwo, pendiri usaha Tempe Bang Jarwo, yang menceritakan sejarah awal Kampung Dolly.
“Dolly ini sudah terkenal sejak zaman kolonial Belanda. Para pekerja dari pelabuhan Perak datang ke sini untuk mencari hiburan malam,” ujar Bang Jarwo. Ia juga menambahkan rasa senangnya terhadap kunjungan mahasiswa, yang menurutnya jarang terjadi akhir-akhir ini.
Dalam perjalanan berikutnya, kelompok ini mengunjungi pusat pelatihan keterampilan yang didirikan oleh pemerintah Surabaya untuk rehabilitasi mantan pekerja lokalisasi. Cak Mus, pendamping lokal, menjelaskan tujuan dari program-program ini.
"Kami memberikan keterampilan menjahit, tata boga, dan kecantikan agar mereka memiliki mata pencaharian alternatif,” ujarnya.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan tantangan dalam mengubah persepsi warga terhadap kampung ini. “Meski sulit, kami optimis bahwa dengan kerja sama, perubahan positif pasti bisa dicapai,” ujarnya penuh harap.
Tak hanya dari sisi sosial, transformasi fisik kawasan ini juga tampak jelas. Beberapa bangunan bekas lokalisasi kini berfungsi sebagai toko sembako dan taman-taman kecil mulai bermunculan. Seorang pejabat dari Dinas Tata Kota menjelaskan bahwa perbaikan infrastruktur ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang untuk merevitalisasi kawasan ini.
Kunjungan dilanjutkan ke rumah produksi SAMIJALI (Samiler Jarak Dolly) milik Bu Dwi, produsen keripik singkong. Bu Dwi menjelaskan bahwa usahanya adalah bagian dari inisiatif pemberdayaan ekonomi pasca penutupan lokalisasi.
“Kami sengaja menggunakan nama SAMIJALI sebagai pengingat sejarah, tetapi sekaligus simbol transformasi positif,” ungkap Bu Dwi.
Ia juga memperkerjakan mantan pekerja lokalisasi sebagai bentuk nyata pemberdayaan masyarakat setempat.
Melalui berbagai program ini, Kampung Dolly dan Jarak perlahan berubah menjadi pusat kreatif dan ekonomi yang memberdayakan warga lokal. Kisah Bu Dwi dan SAMIJALI menjadi bukti bahwa perubahan sosial bisa dimulai dari inisiatif kecil yang memberikan dampak besar bagi masyarakat sekitar.
Ketua bidang SPM PC IMM Kota Surabaya Immawan Moch. Syakroni berharap, melalui agenda kunjungan lapangan ini kader IMM Surabaya mampu melihat fenomena yang terjadi di masyarakat. Semoga peserta ruang pemberdayaan mampu mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. (Maheswari)