Produktivitas Aktivis ‘Aisyiyah, Menyeimbangkan Amanah Dakwah dan Domestik

Publish

26 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
102
Baitul Arqam PCA Jetis Yogyakarta. Foto: Cris

Baitul Arqam PCA Jetis Yogyakarta. Foto: Cris

Oleh: Nur Ngazizah, Ketua PDA Purworejo 

Islam yang berkemajuan sebagaimana terlihat dari penafsiran Muhammadiyah-‘‘Aisyiyah terhadap ayat Al-Qur’an yang tidak membedakan jenis kelamin dalam hal berdakwah, menjadi karakter gerakan Muhammadiyah-‘‘Aisyiyah.

Paham Islam berkemajuan dan pentingnya pendidikan dan bagi gerakan Muhammadiyah-‘‘Aisyiyah menghasilkan pembaruan-pembaruan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah-‘‘Aisyiyah, seperti merintis berdirinya pendidikan untuk anak usia dini di Indonesia dengan nama Frobel School pada tahun 1919 yang saat ini bernama TK ‘‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), pendidikan keaksaraan, pendirian mushola perempuan pada 1922, kongres bayi atau baby show, dan jenis-jenis kegiatan inovatif lain. 

Kiai Haji Ahmad Dahlan sejak awal mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan. Berbeda dengan konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan secara formal. Tapi sebaliknya, Dahlan mendorong anak gadis rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian mengenyam pengkaderan ala Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan. 

Di tengah dinamika zaman yang kian pesat, peran perempuan terus berevolusi dan meluas. Namun, bagi kaum Muslimah, terutama yang bernaung di bawah payung ‘Aisyiyah, peran ini memiliki dimensi yang lebih dalam: dimensi dakwah. Kader ‘Aisyiyah dikenal tak hanya aktif dalam mengemban misi persyarikatan, tetapi juga piawai menjaga harmoni rumah tangga sebagai istri dan ibu. Ini bukanlah tugas ringan, melainkan sebuah seni menyeimbangkan multi-peran yang berlandaskan iman dan ilmu. 

Produktivitas kader ‘Aisyiyah dalam dakwah persyarikatan tidaklah sebatas retorika. Sejarah mencatat, ‘Aisyiyah, sejak kelahirannya, telah menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan umat, memberdayakan perempuan, dan menyebarkan nilai-nilai Islam berkemajuan. Dari ‘Aisyiyah lahir sekolah-sekolah, panti asuhan, rumah sakit, hingga program-program sosial yang telah memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Aktivitas dakwah ini dilakukan melalui majelis taklim, pengajian, pelatihan keterampilan, hingga advokasi kebijakan publik. 
Lalu, bagaimana seorang kader ‘Aisyiyah bisa menjalankan peran dakwah yang begitu aktif, sementara pada saat yang sama, ia adalah seorang istri yang harus mendampingi suami, dan seorang ibu yang mendidik tunas-tunas bangsa? Kuncinya terletak pada pemahaman mendalam tentang konsep keseimbangan dalam Islam, yang tidak memisahkan urusan dunia dari akhirat, serta tidak memandang peran domestik dan publik sebagai dua kutub yang berlawanan.

Islam: Penyeru Keseimbangan Peran

Al-Qur'an dan Hadits memberikan landasan kokoh bagi perempuan Muslimah untuk menjalankan peran ganda ini dengan penuh keberkahan:

1. Amanah Keluarga adalah Dakwah Utama:

Peran sebagai istri dan ibu bukanlah sekadar tugas domestik tanpa nilai. Justru, inilah madrasah pertama dan utama. Mendidik anak-anak menjadi generasi yang saleh dan salihah, serta menciptakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, adalah bentuk dakwah paling fundamental. Keluarga yang baik adalah cikal bakal masyarakat yang baik. Allah SWT berfirman:
QS. At-Tahrim (66): 6:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..."

Ayat ini adalah perintah langsung kepada setiap individu, termasuk perempuan, untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Menjaga keluarga berarti mendidik mereka dengan nilai-nilai Islam, memastikan mereka tumbuh dalam lingkungan yang Islami, dan ini adalah esensi dakwah di level mikro.

2. Kesetaraan dalam Beramal Saleh:

Islam tidak membatasi perempuan untuk berkiprah di ranah publik, asalkan tetap menjaga batasan syariat dan tidak menelantarkan kewajiban primer. Al-Qur'an menegaskan kesetaraan pahala antara laki-laki dan perempuan dalam beramal saleh.

QS. An-Nahl (16): 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Ayat ini menjadi dasar bahwa pintu dakwah dan kebaikan terbuka luas bagi siapa pun yang beriman, tanpa membedakan gender, baik laki laki maupun  perempuan punya peluang yang sana dalam beramal shaleh.

3.Produktivitas yang Berkah: Berpijak pada Prinsip Nabi:

Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan tentang manajemen waktu dan prioritas yang seimbang. Beliau adalah pemimpin umat, panglima perang, namun juga suami yang penuh kasih dan ayah yang penyayang. Konsep itqan (kesempurnaan) dalam setiap pekerjaan adalah kunci.

"Sesungguhnya Allah menyukai apabila salah seorang dari kalian beramal, maka ia mengerjakannya dengan itqan (profesional/sempurna)." (HR. Muslim)

Prinsip ini berlaku bagi semua amal, termasuk peran sebagai istri, ibu, maupun aktivis dakwah. Seorang kader ‘Aisyiyah yang produktif berarti ia melakukan setiap perannya dengan kesungguhan dan profesionalisme, menjamin kualitas dalam setiap kontribusinya.

Strategi Perempuan kader ‘Aisyiyah dalam Merangkai Peran

Prioritas Berbasis Iman yaitu Mereka memahami bahwa shalat adalah tiang agama dan inti keberkahan. Waktu shalat selalu diutamakan, dan melalui shalat, energi serta ketenangan batin didapatkan untuk menjalankan peran-peran lain. Manajemen Waktu yang Cermat yaitu Mereka terlatih untuk menyusun skala prioritas, mendelegasikan (jika memungkinkan), dan memanfaatkan setiap celah waktu. Pertemuan ‘Aisyiyah seringkali diadakan dengan efisien, dan tugas-tugas dibagi agar tidak membebani satu pihak.

Dukungan Keluarga bahwa  Kesuksesan kader ‘Aisyiyah tidak lepas dari dukungan suami dan keluarga. Pendidikan dalam keluarga Muhammadiyah-’Aisyiyah mendorong kesalingpahaman dan gotong royong antaranggota keluarga dalam mendukung aktivitas dakwah. Saling Menguatkan dalam Jamaah, bahwa Jaringan ‘Aisyiyah yang kuat memungkinkan adanya dukungan emosional, spiritual, dan bahkan praktis antaranggota.

Mereka saling menguatkan, berbagi pengalaman, dan membantu satu sama lain dalam menghadapi tantangan. Pengembangan Diri Berkelanjutan, yaitu kader ‘Aisyiyah senantiasa haus akan ilmu, baik ilmu agama maupun umum. Hal ini membuat mereka terus relevan dan mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman, sekaligus membekali diri dengan kemampuan untuk mendidik keluarga dan berdakwah secara efektif.

Kader ‘Aisyiyah adalah representasi nyata dari Muslimah produktif yang berdakwah tanpa melupakan esensi perannya sebagai tiang keluarga. Mereka membuktikan bahwa kiprah di ranah publik dan tanggung jawab domestik bukanlah pilihan yang harus dipertentangkan, melainkan dapat diharmonisasikan melalui pemahaman agama yang mendalam, manajemen diri yang baik, dan dukungan komunitas. 

Kehadiran kader ‘Aisyiyah dalam mengemban dakwah persyarikatan adalah bukti bahwa keislaman yang komprehensif mendorong setiap Muslimah untuk menjadi agen perubahan yang positif, di tengah keluarga maupun masyarakat. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang merangkai keberkahan dunia demi meraih kemuliaan di akhirat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sebagai Muslim, kita tentu meng....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Wawasan

Akuntabilitas Manajemen Koperasi Syariah Oleh: Pepi Januar Pelita, Dosen FKIP Universitas Muhammady....

Suara Muhammadiyah

21 February 2025

Wawasan

Re-branding Organisasi Kemahasiswaan : Membangun Citra dan Makna IMM untuk Semua  Oleh: Pheby ....

Suara Muhammadiyah

25 March 2025

Wawasan

Kemiskinan yang Dicaci Sekaligus Dikomodifikasi  Oleh: Mansurni Abadi, Mantan Pengurus divisi ....

Suara Muhammadiyah

3 October 2024

Wawasan

Implementasi 7 Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Oleh: Wiguna Yuniarsih, Wakil Kepala SMK Muhamm....

Suara Muhammadiyah

5 February 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah