YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Prof Dr Bianto, MAg, menyampaikan ceramah dalam Pengajian Tarjih Muhammadiyah dengan tema “Akhlak dalam Menuntut Ilmu (Hubungan Guru dan Murid)”, pada Rabu (23/4).
"Barang siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, maka sepanjang ia menuntut ilmu bagaikan berjuang dijalan Allah hingga ia pulang kembali (selesai)." Hadits tersebut disampaikan Biyanto, ia menegaskan bahwa menuntut ilmu menjadi penting untuk meningkatkan wawasan keagaman yang bekualitas dalam keislaman dan keimanannya.
Merujuk kepada hadits nabi dikatakan bahwa, menuntut ilmu adalah perjalanan panjang dimulai dari buaian ibu hingga menuju ke liang lahat. “Karena itu disebut, masing-masing harus menjadi pelajar sepanjang hayat. Life long education, jadi kita harus belajar sepanjang waktu-sepanjang masa,” ujarnya.
Dalam paparannya dijelaskan bahwa misi risalah nabi ialah pendidikan. Dalam ceramahnya, disebutkan bahwa nabi merupakan seorang pendidik dengan misi mendidik dan berakhlak mulia.
“Sesungguhnya aku diutus kepada kalian semua semata-mata sebagai seorang mualim atau mudarris. Jadi nabi menyebut dirinya sebagai guru,” kutipnya. Menurutnya menjadi seorang guru punya konteks misi yang sangat penting yakni bagaimana membentuk karakter murid.
Williams James Fulbright mengatakan education is a slow moving but powerful force. “Artinya jika kita mendidik generasi hari ini dengan pelayanan pendidikan yang luar biasa, maka di masa mendatang kita akan melihat hasil didikan itu, mereka menjadi orang-orang yang hebat,” ucapnya.
Dikatakan oleh Saad Ibrahim, ketua PP Muhamadiyah, subanul yaum rijalul yaum. Hari ini anak -anak menjadi pelajar, hari ini juga mereka menjadi pemimpin.
Seorang pendidik diwajibkan memiliki misi untuk murid-muridnya salah satunya ialah harus menjadi saintifik (ilmuan) yang selalu mengembangkan ilmu. Tidak hanya itu, guru mesti memiliki kemampuan dalam bersosial selain menjadi ilmuan.
“Kita hadir menjadi ilmuan yang menunjukkan tanggung jawab sosial, selalu hadir dan bisa merasakan kesulitan masyarakat. Tidak boleh ada guru atau ilmuan yang merasa nyaman berada ditempat yang sunyi, suci dan kemudian tidak bersosial. Karena sebaik-baik kita adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain,” paparnya.
Melalui dedikasi dan kerja keras dalam menyampaikan ilmu, menanamkan nilai-nilai kebaikan hingga membangun generasi berakhlak mulia merupakan wujud dari misi pendidik sebagai pencerah kehidupan umat dan bangsa.
Bianto menyebutkan aspek-aspek pendidikan Islam yang penting bagi guru adalah spiritualitas anak, yang diberikan dengan consciousness yang cukup. “Supaya anak memiliki pemahaman bahwa dekat dengan Allah, kejujuran dan tidak mengambil hak orang lain. Itu penting,” tukasnya.
Biyanto berharap guru bisa membentuk anak menjadi cerdas namun juga memiliki integritas tinggi pada aqidah dan akhlaknya serta didorong dengan jasmani yang sehat dan kuat.
Lebih jauh, manusia memiliki tanggung jawab yang besar sebagai khalifah fil ardhi. Maka perlu menumbuhkan sikap kepemimpinan kepada anak mulai dari sekarang. “Dan Muhammadiyah sudah memulai sejak dulu melalui semua ortomnya, dimulai dari tingkat athfal hingga ‘Aisyiyah pun ada,” bebernya.
Biyanto menyebut Aspek sosial juga harus mengajari anak-anak untuk menjadi terbuka. Pengenalan aspek sosial bagi anak-anak penting untuk dilakukan agar jalinan interaksi dengan lingkungannya bagus.
“Menjadi orang Muhammadiyah, orang Islam itu harus luas. Luas dalam berpikir, pergaulan, termasuk wawasan. Kalau kita luas maka kita akan luwes dalam menyikapi perbedaan, sehingga tidak memicu sikap eksklusif atau tertutup,” ujarnya.
Lingkungan sosial menjadi pilar yang cukup berpengaruh dalam pendidikan anak, Ia berharap Muhammadiyah dapat mewujudkan lingkungan yang sehat demi masa depan anak.
“Nah ini tantangan kita, mudah-mudahan Muhammadiyah bisa menjadikan sekolah sebagai rumah kedua yang menyenangkan bagi anak-anak kita,” ujarnya.
Dalam Islam juga memengajarkan metode pendidikan melalui keteladanan. Sifat anak adalah peniru, untuk itu orang tua memiliki peran dalam menjadi role model yang baik untuk anak-anaknya. Di zaman ini media menjadi pisau bermata dua yang memiliki pengaruh positif dan negatif sekaligus.
Dengan perkembangan media saat ini, tidak bisa untuk dihindari atau sekadar membatasi kepada anak-anak. “Satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah dengan mendampingi mereka supaya tidak mendidik dirinya lewat gadget,” tegasnya.
Menurutnya Muhammadiyah dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah seperti yang dikatakan oleh pendirinya. “Tujuan kyai dahlan mendirikan pesantren itu melahirkan lulusan ulama yang intelektual ulama yang kuat, dan saya rasa sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah menerapkan soal ini,” ujarnya.
Biyanto menegaskan pendidik perlu untuk mencermati perilaku murid dengan menyesuaikan cara mengajar dengan zamannya. Sehingga nantinya mereka bisa menjawab tantangan kehidupan dimasa mendatang. (Tia)