YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menghimbau kepada seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun Aisyiyah untuk tidak perpuas diri dengan segala capaian yang telah diraih. Apalagi merasa bahwa pendidikan Indonesia sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan negara lain. Hal ini ia sampaikan pada acara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Senin, 30 Desember 2024.
Dalam amanatnya, Haedar mengajak para akademisi di lingkungan PTMA untuk membuka mata, bahwa banyak negara mulai mengalami perkembangan yang pesat pada bidang-bidang riset di perguruan tinggi mereka, tak terkecuali negara-negara Timur Tengah yang selama ini dipersepsikan penuh dengan konflik dan gejolak. Namun ada sisi lain yang luput dari pengamatan kita, di beberapa negara Arab menunjukkan tren positif pada perkembangan sektor pendidikan tingginya.
Ia mencontohkan bagaimana negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab berhasil menjadi salah satu kampium di dunia pendidikan tinggi. Capaian ini tentu tak datang tiba-taba. Ada proses panjang yang mereka lalui untuk dapat sampai di titik dimana mereka saat ini berdiri.
“Di beberapa kawasan memang ada problem, tapi ingat mereka punya sejarah panjang membangun peradaban selama delapan abad. Sebuah bangsa yang memiliki tradisi besar, biasanya untuk maju itu cepat,” ujar Guru Besar Sosiologi UMY tersebut di Dormitory UMY.
Ia pun berpesan agar UMY dapat meniru tradisi besar tersebut dengan cara meningkatkan kualitasnya sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang unggul dan berkemajuan. Perguruan tinggi yang memiliki karakter berbasis pada Pancasila, agama, dan budaya luhur bangsa. Inilah yang menurut Haedar dapat membentuk karakter religius, mandiri, serta humanis. Dan di saat yang sama juga berorientasi kepada kemajuan, ketakwaan, berperan bagi umat dan bangsa, serta berjiwa kesatria.
“Jiwa kesatria ini yang luluh di negeri ini. Apalagi ketika ada kekuasaan. Kekuasaan sering meninabobokan orang menjadi luluh karakternya,” tegasnya.
Haedar menambahkan, melihat tantangan ke depan yang tidak mudah, perlunya bagi PTMA menanamkan karakter Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan perspektif Islam berkemajuan. Hal ini menurutnya menjadi nilai inti sekaligus pembeda bagi PTMA.
“Terkait bagaimana implementasinya di dunia pendidikan tinggi, itu tugas bapak ibu sekalian untuk merancang bangun, termasuk Majelis Dikti Litbang,” ujarnya.
Tak lupa Haedar juga mendorong PTMA untuk memperkuat sistem. Meski beberapa PTMA sedang berada di posisi yang bagus dalam menejemen keuangan, ia mengingatkan PTMA agar tidak boros.
“Ini bukan intruksi ya, tapi perintah, jangan terlalu banyak pergi ke luar negeri yang tidak perlu, termasuk BPH. Apa lagi yang tidak ada kaitannya, serius ini saya sampaikan,” pesannya.
Di akhir sambutannya, Haedar berharap, kehadiran PTMA dapat memback-up program internasinalisasi Muhammadiyah. Menjadi bagian dari program internasionalisasi melalui pusat-pusat keunggulan yang ada di PTMA. Tak hanya itu, kehadiran PTMA juga harus menjangkau program-program keumatan dan kebangsaan yang radiusnya perlu diperluas melalui sumber daya yang melimpah di perguruan tinggi. (diko)
