JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim mengatakan, ibadah puasa merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam. Hal itu terintegrasi ke dalam denyut nadi perjalanan sejarah umat Muslim sejak awal diutusnya Nabi Muhammad Saw.
“Kewajiban puasa pertama kali disyariatkan pada tahun ke-2 Hijriah, setelah kaum Muslimin berhijrah ke Madinah (Yastrib),” katanya saat memberikan Kultum Tarawih Awal Ramadhan 1446 H, Jumat (28/2) di Masjid Al Falah Bendungan Hilir, Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat.
Pada masa awal Islam, puasa Ramadhan menjadi ujian bagi para sahabat yang masih menghadapi banyak tantangan, termasuk tekanan dari kaum Quraisy dan kondisi kehidupan yang sulit di Madinah.
“Meskipun demikian, umat Islam menerima kewajiban ini dengan penuh keimanan dan ketulusan. Mereka memahami bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sarana untuk membersihkan jiwa, meningkatkan keimanan, dan membangun solidaritas sosial,” jelasnya.
Terkait ibadah puasa ini, Saad menegaskan telah menjadi titah Allah SwT. Dasar penguatnya termaktub di Qs al-Baqarah [2] ayat 183. Secara redaksional, kata Saad, ayat ini memberikan penjelasan sangat eksplisit hal ihwal kewajiban menjalankan puasa. Dengan orientasi utamanya, menjadikan sosok manusia yang bertakwa (la'allakum tattaqun).
“Perintah ini menandakan bahwa puasa bukan hanya ibadah baru dalam Islam, tetapi juga bagian dari tradisi keagamaan yang telah ada sebelumnya. Ayat ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya diwajibkan bagi umat Islam, tetapi juga telah menjadi bagian dari syariat umat-umat sebelumnya. Tujuan utama dari puasa adalah untuk meningkatkan ketakwaan, yaitu kesadaran akan Allah dalam setiap aspek kehidupan,” tegasnya.
Saad memosisikan puasa sebagai ibadah yang tidak hanya berdimensi spiritual, tetapi juga sosial. Hal ini terpublikasikan tatkala Kaum Muhajirin hijrah dari Makkah yang mengalami sengkarut kesulitan perekonomian. Lalu, di situlah Kaum Anshar datang membantu dengan jiwa keikhlasan.
“Puasa membantu mereka merasakan penderitaan orang-orang miskin dan menumbuhkan semangat berbagi serta kepedulian terhadap sesama. Hal ini menunjukkan sejak awal, puasa telah mengajarkan nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial,” terangnya.
Selain itu, puasa juga menjadi bentuk pelatihan bagi kaum Muslimin dalam menghadapi berbagai tantangan fisik dan mental. Dalam sejarah Islam, puasa tidak pernah menjadi penghalang bagi perjuangan, justru menjadi sumber kekuatan.
“Kaum Muslimin tetap menjalankan aktivitas ekonomi, sosial, dan bahkan militer meskipun sedang berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa puasa tidak melemahkan, tetapi justru memperkuat ketahanan dan kesabaran umat Islam,” urainya. (Cris)