SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Sudah semestinya sekolah menjadi ruang aman bagi siapa pun terutama siswa. Maka sekolah sebagai ruang aman untuk belajar perlu bebas dari perilaku kekerasan termasuk bullying (perundungan) sehingga terwujud para siswa yang berprestasi.
Hal tersebut mendorong perhatian SD Muhammadiyah Condong Catur baik dari guru maupun siswa untuk mendeklarasikan gerakan anti bullying. Gerakan ini diinisiasi sebagai salah satu bagian dari puncak kegiatan Program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Deklarasi anti bullying SD Muhammadiyah Condong Catur berlangsung dalam apel pagi di lapangan sekolah, Senin, 27 Mei 2024.
Tampak jajaran guru, wali kelas serta siswa SD Muhammadiyah Condong Catur melakukan tanda tangan deklarasi gerakan anti bullying. Termasuk para siswa membuat poster kreatif tentang ajakan anti bullying.
Dalam sambutannya Kepala SD Muhammadiyah Condong Catur Sulasmi, SPd mengapresiasi siswa khususnya siswa kelas 4 yang masuk Patroli Keamanan Sekolah (PKS), di samping pelopor keselamatan lalu lintas juga akan menjadi pelopor anti bullying.
Sulasmi menyebutkan SD Muhammadiyah Condong Catur telah meraih berbagai pencapaian prestasi seperti sekolah sehat nasional, sekolah rujukan nasional, sekolah adiwiyata nasional, sekolah hijau nasional, sekolah aman pangan nasional, hingga sekolah literasi digital tingkat DI Yogyakarta.
Dengan berbagai prestasi tersebut, salah satu hal yang penting agar siswa nyaman dalam belajar di sekolah maka SD Muhammadiyah Condong Catur menciptakan sekolah yang ramah anak. “Salah satu indikator dari sekolah ramah anak adalah sekolah itu tidak ada bullying atau anti bullying,” ungkap Sulasmi.
Kemudian, Sulasmi menjelaskan terkait tindakan bullying, pertama yaitu bullying fisik, misalnya seperti menendang, mendorong, memukul yang dengan sengaja secara fisik. “Maka kalau bermain diperhatikan mana yang harus dibedakan senda gurau, walaupun senda gurau ini bisa mengarah kepada bullying yang sifatnya fisik, yang akhirnya emosi kemudian bersungguh-sungguh menyakiti. Termasuk saling sikut juga itu bullying fisik,” tegas Sulasmi.
Kedua yaitu bullying verbal, artinya perundungan secara kata-kata atau ucapan yang bisa menyakitkan, menganggap rendah orang lain, meremehkan, hingga memberikan julukan nama yang tidak baik. “Seperti mengejek, kata-katanya tidak baik, ini tidak boleh” tambahnya.
Ketiga yaitu cyber bullying, yaitu perundungan yang dilakukan secara daring (online). “Karena kita ada di dunia media sosial yang semakin berkembang, bisa saja karena anak-anak lewat WA, instagram, atau lewat facebook, atau yang lainnya kamu mengejek lewat media sosial ini termasuk cyber bullying, ini juga hati-hati,” tutur Sulasmi.
Oleh karena itu, Sulasmi menekankan bullying tidak akan terjadi jika semua memegang komitmen bersama. Bahwa antara warga sekolah baik dari kelas 1 sampai kelas 6 sebagai saudara dan teman. Tentu sebagai saudara dan teman seyogyanya saling mengasihi dan menyayangi.
Selain itu di sekolah perlu menanamkan jiwa sebagai kakak dan adik. Oleh karena itu, Sulasmi berharap dengan deklarasi gerakan anti bullying, SD Muhammadiyah Condong Catur tetap menjadi sekolah yang aman dan nyaman bagi anak-anak belajar.
Sementara itu, ada juga perwakilan siswa yang memberikan penjelasan tentang anti bullying yaitu Calya Nabighah Pasca dan para siswa Patroli Keamanan Sekolah dari Kelas 4. Calya menjelaskan kepada sesama siswa diantaranya untuk mencegah bullying yaitu percaya diri, mencegah perkelahian, serta melapor ke orang tua atau guru jika terjadi bullying.
Dalam apel pagi deklarasi gerakan anti bullying juga ada penyampaian pengalamaan perwakilan SD Muhammadiyah Condong Catur dalam Forum Air Sedunia (World Water Forum). Mereka memberikan ispirasi kepada teman-temannya agar dapat memiliki wawasan dalam forum internasional. Selain itu, SD Muhammadiyah Condong Catur pun memberikan apresiasi kepada siswa siswa berprestasi baik secara akademik maupun non akademik. (rpd)