Ramadhan: Momentum Melatih Kesabaran dan Menjaga Lisan

Publish

21 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
118
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ramadhan: Momentum Melatih Kesabaran dan Menjaga Lisan

Oleh: Suko Wahyudi/PRM Timuran Yogyakarta 

Dalam Islam, pembinaan masyarakat dilakukan melalui berbagai mekanisme ibadah yang membentuk karakter dan kepribadian seorang muslim. Ada pembinaan harian yang diwujudkan dalam kewajiban shalat lima waktu, baik secara berjamaah maupun individu. Ada pula pembinaan tahunan, seperti ibadah puasa di bulan Ramadhan, yang menjadi sarana latihan spiritual dan pengendalian diri. Sebagaimana firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (Al-Baqarah [2]: 183).

Puasa Ramadhan memiliki keunikan dibandingkan ibadah lainnya. Ia bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri di siang hari, tetapi juga mendidik jiwa untuk mengekang hawa nafsu dan memperkuat kesabaran. Allah SWT berfirman:

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur". (Al-Baqarah [2]: 185).

Salah satu aspek utama pembinaan kepribadian melalui puasa adalah pengendalian diri. Seorang muslim yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum meskipun tak ada orang lain yang melihatnya. Ia juga sanggup menahan diri dari hubungan suami istri di siang hari, sekalipun berduaan di rumah.

Namun, pengendalian diri dalam puasa tidak hanya terbatas pada aspek fisik. Yang lebih penting adalah menjaga lisan agar tidak menyakiti orang lain dengan kata-kata yang melukai hati. Rasulullah SAW bersabda:

"Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya". (HR. Bukhari).

Hadits ini menunjukkan bahwa gangguan lisan disebutkan sebelum gangguan tangan, menandakan betapa besar dampak buruknya. Kata-kata yang menyakitkan seringkali lebih sulit dilupakan dibandingkan luka fisik. Bahkan, tak jarang dendam akibat lisan terbawa hingga akhir hayat.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menegaskan pentingnya menjaga ucapan:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam". (HR. Bukhari).

Imam An-Nawawi berpesan bahwa seseorang sebaiknya menjaga lidahnya dari segala perkataan yang tidak memiliki manfaat. Jika ragu apakah suatu ucapan membawa maslahat atau tidak, lebih baik diam. Imam Asy-Syafi’i juga mengingatkan bahwa sebelum berbicara, seseorang harus berpikir terlebih dahulu apakah ucapannya benar-benar bermanfaat. Jika ragu, sebaiknya ia menahan diri dari berbicara.

Lisan adalah anugerah sekaligus ujian bagi manusia. Kata-kata yang lembut, sopan, dan penuh kebaikan mencerminkan akhlak mulia, sementara ucapan kasar, penuh kebencian, dan tidak senonoh adalah perangai yang tidak layak bagi seorang muslim.

Islam sangat menekankan pentingnya bertutur kata yang baik dan menghindari perkataan yang sia-sia. Firman Allah SWT:

"Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna". (Al-Mu’minun [23]: 3).

"Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya". (Al-Furqan [25]: 72).

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak pertengkaran bermula dari ucapan yang menyakitkan. Seseorang tersinggung, lalu timbul aksi dan reaksi yang berujung pada konflik berkepanjangan. Padahal, begitu pertengkaran dimulai, sulit untuk menghentikannya.

Pepatah Indonesia mengingatkan, “Mulutmu harimaumu.” Ucapan yang tidak terjaga bisa lebih tajam dari pedang, melukai perasaan, merusak hubungan, bahkan memicu permusuhan. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah kunci keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Bulan Ramadhan bukan sekadar waktu untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga kesempatan emas untuk melatih diri dalam mengendalikan lisan. Sebagaimana kita menahan diri dari makan dan minum, kita juga harus menahan diri dari ucapan yang tidak bermanfaat, baik dalam bentuk perkataan kasar, canda berlebihan, maupun gosip yang merugikan orang lain.

Canda dan gurauan memang bagian dari pergaulan, tetapi jika berlebihan bisa menyakiti perasaan orang lain atau berubah menjadi perkataan sia-sia. Oleh karena itu, canda pun perlu dikendalikan agar tetap dalam batas yang wajar dan tidak merusak ukhuwah Islamiyah.

Dengan demikian, puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi juga latihan spiritual yang menyeluruh. Ia mengajarkan kita untuk mengontrol hawa nafsu, menjaga sikap, serta merawat lisan agar hanya mengeluarkan perkataan yang baik dan bermanfaat.

Ramadhan adalah madrasah kehidupan. Jika kita berhasil menjaga lisan di bulan ini, insyaAllah kebiasaan baik ini akan terus melekat dan menjadi bagian dari karakter kita sepanjang tahun.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Amalia Irfani Aksi bela Palestina yang bergemuruh dipenjuru negeri dan terus menjadi gerakan ....

Suara Muhammadiyah

13 November 2023

Wawasan

Anak Saleh (24) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

2 January 2025

Wawasan

Membongkar Kedok ISIS: Tinjauan Kritis Buku Refuting ISIS Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu ....

Suara Muhammadiyah

13 January 2025

Wawasan

Partisipasi Perempuan Pada Pemilu 2024 Oleh: Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar  Riuh menyambut p....

Suara Muhammadiyah

31 December 2023

Wawasan

Politik Inklusif Bagi Perempuan Oleh: Sakinah Fitrianti Politik inklusif hadir sebagai upaya mew....

Suara Muhammadiyah

10 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah