JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Menyadari pentingnya keberadaan Cabang dan Ranting sebagai struktur organisasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai garda terdepan/ujung tombak suksesnya dakwah Muhammadiyah dalam mencapai visinya, maka pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang tahun 2005 telah menetapkan revitalisasi Cabang dan Ranting sebagai salah satu prioritas Program Konsolidasi Organisasi. Lima tahun berjalan, tepatnya pada Muktamar Muhammadiyah 1 abad, yaitu Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta, kesadaran akan pentingnya Cabang dan Ranting tersebut dikokohkan dengan langkah strategis organisasi, yakni lahirnya Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR).
Dua puluh tahun setelah pencanangan program revitalisasi Cabang dan Ranting, maka sudah seharusnya kita sebagai pimpinan di semua level melihat dan mengevaluasi keberadaan serta kondisi Cabang dan Ranting dari waktu ke waktu. Dengan demikian, gemuruh lagu "Ranting Itu Penting" bukan hanya terdengar saat dinyanyikan, tetapi juga harus bergema dalam aktivitas Ranting sesuai dengan fungsinya. Hal tersebut disampaikan oleh Bunyamin, selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta yang membidangi LPCR, pada pengukuhan tujuh Pimpinan Ranting di PCM Koja PDM Jakarta Utara pada Ahad, 16 Februari 2025.
Selanjutnya, Bunyamin menyampaikan bahwa hal yang paling mendasar harus dilakukan adalah memastikan bahwa seluruh Cabang dan Ranting melaksanakan amanah AD/ART, yakni mengadakan musyawarah pimpinan, menyusun pertanggungjawaban/laporan kegiatan periode yang lalu, kemudian menetapkan program lima tahun mendatang serta memastikan terjadinya regenerasi kepemimpinan. Jika hal ini berjalan dengan baik di setiap periode, itu menjadi pertanda bahwa organisasi ini sehat dan ada harapan fungsinya sebagai ujung tombak gerakan dakwah bisa berjalan. Namun, sebaliknya, jika musyawarah saja tidak dapat dilaksanakan dan Cabang serta Ranting hanya muncul saat akan Musyda, apalagi Musywil, maka dapat dipastikan organisasi tersebut sedang tidak sehat. Sama seperti manusia, jika dalam kondisi sakit, mustahil bisa bergerak sesuai fungsinya. "Itu sunatullah," demikian Bunyamin menegaskan dengan penuh semangat.
Bunyamin juga menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Cabang, khususnya Ranting, yang telah melaksanakan musyawarah. Ia juga mendorong PCM dan PDM untuk terus mengawal pelaksanaan Musyawarah Ranting sesuai dengan ketentuan organisasi. Salah satu indikasi organisasi modern adalah ketaatan dan keteraturan dalam mengikuti garis kebijakan pimpinan persyarikatan di atasnya, terlebih lagi terhadap keputusan-keputusan Muktamar, yang merupakan sebuah keniscayaan untuk dipedomani bersama. Dari 253 Ranting yang tersebar di 52 Cabang dan 5 Daerah, masih ada Ranting yang belum melaksanakan musyawarah. Oleh karena itu, Bunyamin mengingatkan bahwa sesuai Surat Edaran/Instruksi PWM DKI Jakarta, maka PDM dan PCM harus memastikan seluruh Ranting di lingkungannya telah melaksanakan musyawarah paling lambat akhir Februari 2025.
Jika hingga akhir Februari 2025 masih ada Ranting yang belum melaksanakan musyawarah dengan berbagai alasan, maka sebagai Pimpinan Muhammadiyah di DKI Jakarta di semua level, kita harus merasa malu dan siap mempertanggungjawabkannya, baik secara organisasi maupun di hadapan Allah SWT dalam konteks amanah melaksanakan tanggung jawab. Jika hingga akhir Februari 2025 masih ada Ranting yang belum musyawarah, maka kita dapat mengategorikannya sebagai RANTING GENTING, yang perlu segera dicarikan "dokter spesialis" untuk mengobatinya.
Di akhir pembekalannya, Bunyamin kembali mensosialisasikan tentang konsep Cabang, Ranting, dan Masjid Unggul sesuai ketentuan LPCR PP Muhammadiyah. Jika organisasi ingin sehat dan dapat beraktivitas secara normal, maka harus berpedoman pada 24 Kriteria Cabang Unggul, 19 Kriteria Ranting Unggul, dan 15 Kriteria Masjid Unggul. Kriteria-kriteria tersebut tidak perlu dianggap sebagai beban yang harus dipenuhi sekaligus hingga membuat stres. Sebaliknya, bermuhammadiyah harus tetap dilakukan dengan kegembiraan, menjaga irama semangat dan kesungguhan, serta secara bertahap namun pasti memenuhi setiap kriteria tersebut dalam bingkai keikhlasan dan demi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar karena Allah SWT.