YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Selama ini istilah refreshing terbatas pada kegiatan wisata alam, outbond dan sejenisnya. Hal tersebut tidak keliru, memang fisik sudah semestinya memerlukan kegiatan semacam itu. Dalam hal ini Pesantren Mahasiswa KH Ahmad Dahlan (PERSADA) termasuk yang setuju dengan istilah refreshing bukan hanya untuk kesehatan mental dan keperluan fisik jasmani semata, namun juga akal dan ruhani perlu direfresh agar tubuh menjadi seimbang.
Terlebih, bagi para pengurus asrama yang setiap hari berkecimpung dalam dunia pengasuhan. Mereka membimbing, mendampingi, memantau serta mengajarkan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), mereka dituntut melakukan transfer nilai dan ilmu kepada para mahasiswa yang tinggal di asrama. Oleh karena itu pada Sabtu (3/5) yang lalu, dilaksanakan kegiatan bertajuk Refreshing AIK yang diikuti oleh para pengurus PERSADA UAD.
Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Sidang Bersama Fakultas Teknologi Industri, Lantai 5 gedung utama Kampus IV UAD. Secara khusus materi disampaikan oleh Wakil Rektor I Bidang AIK, Dr H Nur Kholis, MAg, juga Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam, H Rahmadi Wibowo, Lc, MA, MHum.
Terlebih dahulu, kegiatan dibuka oleh Mudir PERSADA, H Thonthowi, SAg, MHum. Dalam sambutanya, selain ia pamit untuk menunaikan ibadah haji,ia juga berpesan agar setiap pengurus terus melakukan evaluasi diri atas santri bimbingannya.
“Kader yang biasa itu banyak, namun Pengurus PERSADA adalah kader yang par-excellent atau kader yang luar biasa. Apa yang tidak bisa dilakukan santri, pengurus harus bisa melakukannya,” tegas Mudir.
Adapun Nur Kholis, tampil sebagai narasumber pertama dengan bahasan tema yakni Karakter Kader Muhammadiyah Berkemajuan. Ia mengawali dengan memaparkan visi berkemajuan dalam Muhammadiyah, lalu jati diri seorang kader, dilanjutkan etos kader dan dipungkasi mengenai karakter kader yang berkemajuan.
“Setidaknya terdapat tiga visi berkemajuan ala Muhammadiyah, antara lain membebaskan, memberdayakan dan mencerahkan,” ungkap Warek I UAD tersebut.
Membebaskan diri dari kemiskinan, kebodohan dan penindasan. Derajat masyarakat diangkat, baik dari sisi ekonomi maupun pendidikannya, sehingga mampu menjadi pemenang dalam kehidupan.
Kemudian dalam hal memberdayakan, diharapkan mampu hidup secara mandiri, bukan untuk diri sendiri saja, namun juga untuk lingkungannya.
Di sisi lain, tangannya selalu terdepan dalam membangun gerakan kolektif. Sedangkan dalam hal mencerahkan, selalu memiliki ide-ide baru yang mampu memberikan inspirasi dan inovasi.
Seorang kader mesti memiliki jati diri, dan hal tersebut meliputi akidah yang kokoh, kesadaran ideologis, ilmu pengetahuan dan keahlian yang luas, memiliki pengalaman kepemimpinan, jaringan yang luas, melek media serta memiliki visi kewirausahaan atau visi menebar nilai tambah kepedulian dan kemanfaatan pada sesama. Selain jati diri yang perlu diasah dalam diri setiap kader, soal etos juga tidak boleh dikesampingkan.
Etos seorang kader ialah etos Al-‘Ashr, yakni pandangan hidup yang terinspirasi dari QS. Al-‘Ashr. Misalnya mampu berpikir melampai zamannya sebagai tercermin dalam kata wal ‘ashri, memiliki tauhid yang murni sebagai tercermin dalam kalimat alladzina amanu.
Lalu, pelembagaan ide kreatif menjadi amal shalih sebagai kerja peradaban sebagai tercermin dalam ayat wa ‘amilush-shalihat, tetap berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tercermin dalam diksi tawashaw bil-haq, serta memiliki sikap toleran, rendah hati, menebar cinta, perdamaian dan kerjasama, sebagai tercermin dalam ujung surah, tawashaw bish-shabr.
Point dari yang disampaikan oleh anggota MTT PP Muhammadiyah di atas mengenai karakter kader Muhammadiyah, ialah kesungguhan dan kesabaran. Terus mengasah kekuatan lahir dan batin, dengan tetap berjuang dan menegakkan visi organisasi, dan bukan karena “ghanimah”. Kemudian coret saja kata putus asa, terus bersabar dalam menjalankan tugas sampai kesabaran itu matang dan mencapai hasilnya, sebab berjuang tanpa kesabaran, sudah tentu membuahkan putus asa belaka.
Dalam kamus kesungguhan, kata Nur, tidak boleh ada istilah pemakluman pada diri atas kendala atau kesulitan yang dihadapi. Tetaplah berjuang, hinga kita tidak lagi memiliki jalan keluar sama sekali, sehingga Allah SwT sendiri yang akan menunjukkan jalannya. Adalah di PERSADA, sebagai tempat yang layak untuk menempa kesungguhan dan kesabaran itu, dan dua hal itu merupakan kekayaan yang sesungguhnya.
Usai jeda ice breaking, setelah jiwa diaduk dan digoncang oleh nasehat demi nasehat dari Nur Kholis, tibalah materi kedua yang disampaikan dalam suasana yang cair dan penuh tawa oleh Rahmadi Wibowo, dengan tema Optimalisasi Potensi Diri Kader Berkemajuan.
Kepala LPSI UAD tersebut menekankan pentingnya pengembangan diri bagi kader agar mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, selain menguraikan beberapa karakteristik Islam Berkemajuan dan karakteristik wasathiyah sebagai tersebut dalam dokumen RIB produk Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo. Ia juga memberikan alternatif cara mengoptimalisasi potensi yang dimiliki kader, dalam hal ini para pengurus PERSADA. (FD/DF/n)