MEDAN, Suara Muhammadiyah — Di tengah pragmatisme gerakan, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan Risalah Melayu Deli sebagai bentuk ikhtiar menjaga suluh perkaderan agar tetap hidup dan relevan dengan kondisi zaman. Risalah ini disampaikan pada simposium perkaderan tahun 2025 yang diadakan di Medan, Sumatera Utara, Jumat-Ahad (11-13/7).
Risalah ini bukan hanya kumpulan kalimat retoris, namun hasil refleksi dan manifestasi ideologi yang berupaya menjaga kaderisasi yang saat ini terjebak dalam rutinitas seremonial.
“IMM tidak dilahirkan untuk mengikuti arus dan nyaman dengan sistem yang telah usang, tetapi menjadi aktor penggerak dan mengubah sistem. IMM tidak sedang membentuk sekumpulan kader yang mahir dalam administrasi, tapi membentuk kader progresif yang mampu bergerak mewujudkan tujuan IMM,” sebut Rahmat Saleh, Ketua DPD IMM DIY Bidang Kader.
Risalah Melayu Deli setidaknya memiliki tiga pembahasan yang meliputi agenda ideologis organisasi, poin-poin agenda kemajuan perkaderan dan manifesto perkaderan IMM. Dalam pembahasan agenda ideologis organisasi, DPD IMM DIY menekankan bahwa agenda ideologis organisasi bukan lagi dikelola dengan pendekatan administratif yang linier, tetapi dengan menempatkan perkaderan sebagai jantung ideologis perjuangan organisasi, sekaligus sebagai jalan pembebasan dari ketertindasan struktural maupun kultural yang masih mengakar dalam realitas sosial kita.
Pembahasan poin-poin agenda kemajuan, DPD IMM DIY menawarkan delapan poin perkaderan yang menggembirakan, dimana seluruh kader IMM harus merasakan proses kaderisasi sebagai ruang bertumbuh. Poin-poin agenda kemajuan meliputi reformasi sistem perkaderan berbasis, revitalisasi perkaderan, perkaderan berbasis disiplin ilmu, meneguhkan gerakan dan inklusivitas, meneguhkan gender dan inklusivitas, penguatan korps instruktur, pembentukan blueprint, evaluasi perkaderan berbasis data dan mewujudkan ruang aman dalam perkaderan.
Dalam pembahasan manifesto perkaderan IMM, DPD IMM DIY menegaskan bahwa IMM tidak boleh kehilangan ruh dasarnya sebagai gerakan kader ideologis yang berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan. Maka, sistem kaderisasi harus dilandaskan pada prinsip keberlanjutan, keberpihakan, dan keberanian moral untuk berubah serta membawa perubahan.
Lebih jauh DPD IMM DIY melalui risalah Melayu Deli mengatakan bahwa perkaderan harus menjadi poros utama gerakan agar tidak terjebak pada pragmatisme gerakan dan bayang-bayang kekuasaan. IMM hari ini harus terus merawat suluh sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa. Karenanya sistem perkaderan ikatan harus dibangun di atas fondasi yang progresif, membebaskan dan menyatu dengan denyut kehidupan umat dan bangsa.
Simposium perkaderan dengan tema “Bergerak Memajukan Indonesia” harus menjadi panggung untuk mengevaluasi dan merevitalisasi arah perkaderan IMM. Risalah ini menjadi pemantik diskusi dalam rangka membangun sistem perkaderan yang membebaskan dan merawat ilmu-amaliah dan amal-ilmiah.